tag:blogger.com,1999:blog-33560972668070998942024-03-13T20:02:33.070+07:00Cerita-cerita DewasaSory jika anda merasa kurang nyaman di blog ini, karena blog ini masih dalam proses pengembangan.
Saya menghimbau kepada seluruh pembaca supaya ikut serta dalam pengembangan blog ini. Bagi pembaca yang berniat mengirimkan cerita, kirim saja ke cwo.maniak@yahoo.comCerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-35953884392063077582010-02-23T01:29:00.001+07:002010-02-23T01:33:04.673+07:00Dewi Dan Tante AnisBerenang adalah salah satu olahraga rekreasi favoritku selama aku kuliah di Bandung. Tapi pada masa itu sebagai mahasiswa yang masih mengandalkan kiriman orang tua, aku harus berhemat dan tidak bisa sering-sering berenang. Paling-paling aku hanya berenang 2 atau 3 kali dalam sebulan. Kadang aku berenang bersama teman-teman kampus, tapi lebih sering berenang sendiri karena tidak banyak teman-temanku yang mau meluangkan waktu untuk berenang secara rutin. Aku sering berenang di daerah Setiabudi, di sana ada kolam air hangatnya sehingga aku bisa berenang sampai malam tanpa takut kedinginan oleh udara malam kota Bandung.<p><p>Hari Jumat itu aku seperti biasa berenang sendiri. Setelah melakukan gaya bebas bolak-balik beberapa kali aku beristirahat sambil tetap berendam di tepi kolam. Hari itu agak sepi, paling hanya 15 orang saja yang ada di kolam renang. Langit sudah mulai gelap dan lampu-lampu di sekitar kolam renang sudah mulai dinyalakan. Tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kolam renang, maklum besok hari Sabtu tidak ada kegiatan kuliah.<p><p>Tidak berapa lama kulihat seorang wanita berrambut ikal yang berumur sekitar 40-an masuk ke area kolam renang. Meskipun sudah tidak muda lagi badannya terlihat sangat terawat dan sexy. Payudaranya tampak agak menggantung tapi masih cukup kencang dan menurutku tidak kalah dengan wanita-wanita yang lebih muda. Kulitnya putih dan wajahnya juga masih tampak cantik...ah.. rasanya aku kenal wanita itu... Kalau tidak salah dia Tante Anis, teman klub aerobik Tante Nita bekas ibu kosku di Dago yang pernah kuceritakan kisahnya beberapa waktu yang lalu. Pantas saja tubuhnya sexy.... Setelah meletakkan barang-barang bawaannya wanita itu mulai menceburkan diri ke kolam renang, tepat di seberangku. Lalu perlahan ia mulai berenang mengelilingi kolam renang. Saat ia berenang di depanku, kuberanikan memanggil namanya, "Tante Anis..." Wanita itu berhenti dan berbalik menatapku.<p>"Hey... Doni ya... sama siapa berenang?" tanya Tante Anis sambil mencubit lenganku.<p>"Biasa tante... sendirian aja, tante sama siapa?"<p>"Oh, sama Dewi teman kantor tante... tapi kayaknya dia masih di kamar ganti tuh...soalnya tadi tasnya ketinggalan di mobil... nah itu dia baru datang, tante kenalin yaaa..."<p>Tampak seorang wanita, terlihat masih muda dan lumayan manis mungkin umurnya sekitar 25-an, berjalan ke arah kolam renang. Rambutnya lurus melewati bahu, tubuhnya terkesan atletis dengan buah dada montok berisi seperti Pamela Anderson di film serial TV "Bay Watch". Tante Anis lalu naik ke pinggir kolam dan bergegas menghampiri wanita tersebut. Tak lama kemudian kedua wanita itu kembali masuk ke kolam renang.<p><p>"Wi.. ini kenalin... Doni, Don... ini kenalin..Dewi, teman kantor tante," Sambil mengulurkan tangannya Dewi tersenyum dan menyebutkan namanya, senyumnya manis sekali. Akupun menyebutkan namaku sambil menikmati kehalusan tangannya. Setelah berbasa-basi sebentar Dewi berpamitan untuk berenang beberapa keliling, lalu aku dan Tante Anis mengikutinya. Sebenarnya aku sudah cukup lelah setelah berenang sebelumnya, tapi kebersamaan dengan Tante Anis dan Dewi kayaknya sayang kalau dilewatkan begitu saja hanya karena rasa capai yang tidak seberapa. Setelah berenang beberapa keliling kamipun akhirnya berhenti.<p><p>"Doni.. kok udah lama tante nggak pernah lihat kamu jemput Tante Nita lagi?"<p>"Lho... saya khan sudah nggak kos di tempat Tante Nita..."<p>"Tapi tante dengar kamu masih suka ketemu dengan Tante Nita, iya khan..?" Tante Anis mulai menggodaku dengan senyumnya yang nakal. Aku tidak menjawab, hanya tertawa ringan.<p>"Tante Nita suka cerita tentang kamu lho...hmm.. bikin kita-kita penasaran deh," Tante Anis menggoda lagi, kini tangannya mencubit perutku.<p>"Aduh... sakit tante...," kataku pura-pura kesakitan. Dewi yang tidak tahu arah pembicaraan kami tampak agak bingung.<p><p>Tante Anis merapatkan badannya ke sampingku dan melingkarkan tangannya di pinggangku.<p>"Dewi, kamu kenal dengan Nita teman aerobikku khan..? Doni ini dulu kos di tempat Nita dan semenjak itu si Nita bisa jadi betah banget di rumah kalau Doni lagi nggak kuliah, nggak tau ngapain aja dia dengan si Doni ini," Tante Anis tertawa genit sambil melirikku. Dewi hanya tersenyum-senyum saja memandangku.<p>"Ah... ati-ati Teh Anis... mahasiswa sekarang memang nakal-nakal....!!"<p><p>Udara malam makin dingin, tapi suasana kami justru mulai menghangat. Aku merasa kegenitan Tante Anis sedang menantikan tanggapanku. Aku mulai memberanikan diri memegang dan meremas-remas pantat Tante Anis dengan lembut. Jantungku berdegup-degup menanti reaksi Tante Anis... syukurlah dia diam saja dan membiarkan tanganku terus beraksi. Hanya aku dan Tante Anis yang tahu persis apa yang kami lakukan. Suasana kolam renang tidak begitu terang dan kami berendam sebatas leher sehingga apapun yang diperbuat tangan-tangan kami di bawah air tidak akan terlihat siapapun. Meskipun demikian Dewi kelihatannya mengerti apa yang terjadi, tapi dia pura-pura tidak tahu dan dengan sengaja berenang menjauhi kami.<p><p>Melihat kegenitannya mendapat tanggapanku dan tidak ada lagi orang lain di dekat kami, Tante Anis semakin berani. Tangannya mulai dengan sengaja menyentuh penisku yang mulai menegang. Melihat aku tidak menolak perlakuannya Tante Anis mulai berani meremas-remas penisku sehingga membuatnya mengeras. Tante Anis tersenyum nakal.<p>"Oh, ini rupanya yang bikin Tante Nita lupa sama suaminya." Aku tidak mau ketinggalan, kuraba dan kuremas-remas kedua buah dada Tante Anis sehingga membuatnya memekik perlahan. Kami saling meraba dan berpandang-pandangan penuh nafsu. Perlahan-lahan kuarahkan tangan kananku ke selangkangan Tante Anis dan kurasakan gundukan yang lembut dan hangat di antara kedua pahanya. Mulut Tante Anis sedikit terbuka, nafasnya mulai terasa berat dan matanya mulai sayu, tampaknya dia mulai terangsang.<p><p>"Ssstop Doni... jangan disini... kita ke hotel aja... mau?" kata Tante Anis setengah berbisik dengan nafas mulai berat menahan birahi. Aku mengangguk setuju.<p>"Tapi Dewi gimana tante.... masak ditinggal?"<p>"Tenang aja, itu urusan tante... kamu naik dulu... tante mau bicara sama Dewi."<p>Aku bergegas naik dan mengambil handuk serta sabun untuk mandi. Saat aku kembali ke kolam renang tampak Dewi dan Tante Anis sudah duduk di kursi sambil mengenakan handuk.<p><p>"Doni, keberatan nggak kalau Dewi ikutan acara kita?" tanya Tante Anis sambil mengedipkan sebelah mata kepadaku.<p>"Terserah Dewi aja, Doni sih nggak keberatan tante..." kataku. "Iiih... emangnya acara apaan sih...?" tanya Dewi, entah dia cuma pura-pura atau memang tidak tahu aku tidak peduli, yang jelas malam ini aku akan menikmati tubuh Tante Anis yang sexy. Belum terbayang bagiku bagaimana kalau nanti Dewi ikut bergabung, aku belum pernah ML dengan lebih dari satu wanita sekaligus.<p><p>Kutitipkan motorku di kantor Satpam, kebetulan karena sudah sering berenang di situ aku jadi kenal dengan mereka. Kami bertiga lalu meluncur pergi ke arah Lembang dengan mobil Tante Anis. Tidak berapa lama kemudian kami sampai di Lembang dan Tante Anis lalu mengajak kami untuk makan malam di sebuah rumah makan. Setelah selesai makan Tante Anis membeli beberapa kaleng bir, softdrink dan makanan kecil, "Untuk bekal sampai pagi cukup nggak..." tanya Tante Anis sambil tersenyum nakal. Aku mengangguk setuju sementara Dewi masih pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.<p><p>Akhirnya kami meluncur ke sebuah hotel kecil yang cukup bagus di sekitar Lembang, lokasinya enak dan aman untuk berselingkuh karena mobil bisa langsung parkir di garasi yang tersedia di sebelah kamar. Mungkin hotel itu sejak semula sudah dirancang untuk tempat perselingkuhan, entahlah.....<p>"Eh.. seperti yang aku bilang tadi.... kalau kalian mau ML aku nggak ikutan yaa... aku cuma nunggu kalian di mobil aja."<p>"Aduh Dewi... kami nggak tega ninggalin kamu di mobil. Kita bakalan di sini sampai pagi lho, ikutan aja deh ke kamar. Kalau nggak mau ikutan kami ML juga nggak apa-apa, that's your choice honey... kamu bisa nunggu di ruang tamu sambil minum bir. Atau kalau perlu bisa kami pesankan "extra-bed". Gimana..?" tanya Tante Anis. Dewi akhirnya mengangguk setuju.<p>"OK aku di ruang tamunya aja... tapi kalian jangan ribut ya.... nanti aku nggak bisa tidur."<p><p>Aku pikir Dewi ini cuma pura-pura saja tidak mau ikut ML, kalau dia benar-benar tidak mau ikutan kenapa dia tadi tidak minta diantar pulang saja. Itu jauh lebih baik dari pada tidur di mobil ataupun di kamar sementara kami asyik bercinta sampai pagi. Aku rasa Dewi ini sebenarnya mau tapi malu karena baru kenal denganku beberapa jam yang lalu, jadi kupikir bagus juga kalau aku sengaja memancing-mancing dan mengambil inisiatif supaya dia mau ikut. Setidaknya dengan cara itu dia tidak harus merasa malu kalau "terpaksa" ikut bergabung. Hmm... kalau Dewi mau ikutan, ini bakal menjadi pengalaman pertamaku ML dengan dua wanita sekaligus.<p><p>Kamar hotel yang dipesan Tante Anis cukup besar, sebenarnya hanya satu ruangan tapi antara tempat tidur dan ruang tamu dipisahkan oleh tirai pembatas. Dengan kondisi seperti itu apapun yang terjadi di tempat tidur pasti akan terdengar di ruang tamu. Dewi merebahkan dirinya di kursi sofa.<p>"Selamat ML yaa... aku mau disini aja menikmati bir dan tidur nyenyak."<p>Sampai di kamar Tante Anis mematikan lampu kamar dan hanya menyisakan lampu tidur yang nyalanya remang-remang saja sementara aku langsung merebahkan diri di tempat tidur. Tante Anis lalu mengikuti dan berbaring di sebelahku. Tanpa menunggu komando aku langsung memeluk dan mencumbu Tante Anis, bibir kami saling memagut dan lidah kami saling melilit penuh nafsu. Tangan-tangan kamipun mulai saling meraba dan meremas daerah sensitif masing-masing. Kuselipkan tanganku ke balik bajunya, oh... rupanya Tante Anis sudah tidak mengenakan BH lagi sehingga tanganku dengan mudah langsung meremas payudaranya. Sementara itu tangan Tante Anis dengan ganas berusaha masuk ke celana dalamku untuk meremas penisku yang sudah menegang sejak tadi. Setelah beberapa saat kami bergumul dan saling meremas dengan panas, aku mulai melepaskan t-shirt dan celana jeansku sementara Tante Anis juga mulai melepas pakaiannya satu per satu.<p><p>Akhirnya kami berdua berbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai busanapun.<p>"Tante Anis... tante sexy sekali...," kataku memuji sambil meraba payudara dan putingnya. Sengaja aku berbicara tanpa berbisik supaya Dewi bisa ikut mendengar.<p>"Ah... kamu bisa aja," tampak wajah Tante Anis memerah, mungkin merasa bangga mendapat pujian dari anak muda. Tante Anis juga tampaknya mengerti maksudku sehingga diapun tidak berusaha mengecilkan suaranya.<p>"Tante, Doni mau menikmati tubuh Tante Anis malam ini sepuas-puasnya... lampunya Doni nyalain aja yaa..."<p>"Iihh... tante malu ah... khan udah nggak muda lagi..."<p>"Tapi tante masih sexy banget lho... swear deh.... Doni betul-betul terangsang."<p>"Terserah Doni kalau gitu... emangnya Doni mau liat apa sih kok pake nyalain lampu segala..."<p>"Doni mau menikmati tubuh Tante Anis yang sexy ini sampai puas, Doni mau menikmati buah dada tante yang indah, Doni mau menikmati seluruh bagian vagina tante yang tertutup bulu-bulu lebat itu, Doni mau liat klitoris tante, Doni pengen liat semua bagian dalam vagina tante. Boleh khan...?" kataku merayu sambil menyalakan lampu kamar.<p>"Tentu boleh aja sayang...., malam ini tante jadi milik kamu. Doni boleh liat apapun yang Doni mau, boleh pegang apapun... pokoknya boleh ngapain aja... sesuka kamu sayang..... Tapi sebaliknya Doni juga jadi milik tante malam ini yaa.... Sekarang tante mau pegang dan isep pisangnya Doni...gimana?" tanya Tante Anis sambil mendorongku ke tempat tidur.<p><p>Mulailah Tante Anis menjilati dan mengulum penisku. Rupanya Tante Anis cukup ahli dalam ber-oral, diremasnya buah pelirku sementara penisku dimasukkan ke dalam mulutnya untuk dihisap.<p>"Hmm dasar anak muda, penisnya keras banget kalau berdiri... tante udah lama nggak ngerasain penis yang keras seperti ini. Tante nggak sabar pengen ngerasain ini di dalam punya tante...." kata Tante Anis sambil terus menjilati kepala penisku. Dimasukkannya kembali penisku ke dalam mulutnya dan sesekali lidahnya menjilati lubang penisku, wow... rasanya membuat tubuhku bergetar menahan nikmat.<p>"Oohh... tante... enak banget tante....mmhh... isep terus tante...," aku sengaja mengekspresikan setiap rasa nikmat yang kurasakan dengan harapan supaya Dewi terpancing untuk ikut bergabung.<p><p>Aku memutar posisiku sedikit supaya tanganku bisa meraba dan meremas payudara Tante Anis sementara dia tetap mengulum penisku. Dengan lembut kuremas payudaranya dan kupilin-pilin pentilnya. Ini membuat Tante Anis makin bernafsu dan bersemangat mengulum penisku. "Mmhh....mmhh....." Tante Anis mulai mendesah-desah menahan nikmat. Seranganku kulanjutkan lagi, kali ini tanganku mulai mengarah ke vaginanya. Kurasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat agak basah oleh lendir yang licin. Jari tanganku mulai menyibak bulu-bulu vagina Tante Anis dan masuk ke dalam belahan bibir vaginanya. Akhirnya dengan perlahan kumasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya yang basah oleh lendir. Kugosok-gosokkan jariku dengan lembut ke dalam dinding-dinding vagina Tante Anis sementara ibu jariku mempermainkan klitorisnya sehingga Tante Anis menggelinjang keenakan.<p>"Ah... Doni.... mhh.... masukin sekarang sayang... tante udah kepengen ngerasain penis Doni di dalam vagina tante," katanya sambil melepaskan penisku dari mulutnya.<p><p>Tante Anis lalu merebahkan dirinya di tempat tidur sambil membuka kedua pahanya untuk mempersilahkan penisku masuk. Tapi aku tidak ingin langsung memainkan partai puncak, aku harus menyimpan tenaga karena bukan tidak mungkin akan ada partai tambahan dengan Dewi. "Sabar dulu ya tante... Doni pengen banget jilat vagina tante...Doni nggak tahan liat vagina tante terbuka seperti itu... boleh....?" "Terserah Doni sayaang.... tante udah kepengen banget sampai puncak...." Pantat Tante Anis kuganjal dengan bantal sehingga aku tidak perlu terlalu membungkuk untuk menikmati vaginanya. Perlahan kubuka bibir vaginanya yang sedikit menggelambir dengan kedua jempolku, terlihat bagian dalam vagina Tante Anis begitu merah dan merangsang. Lubangnya masih terlihat lumayan sempit meskipun sudah punya dua anak, sementara klitorisnya tampak menyembul bulat di bagian atas bibir vaginanya.<p><p>Tidak tahan melihat pemandangan yang begitu membangkitkan birahi akhirnya aku membenamkan lidahku ke dalam liang vaginanya. Dengan penuh nafsu kujilati seluruh bagian vagina Tante Anis, mulai dari klitoris, bibir vagina, hingga lubang vaginanya tidak luput dari sapuan lidahku yang ganas. Tante Anis meremas rambutku dan terus mendesah menahan nikmat.<p>"Oohh... oohh... mmhh... Doni.... mmhh... adduhh...." Suara Tante Anis makin membuatku bersemangat, aku terus menjilati seluruh bagian vaginanya seperti seorang bocah sedang menikmati es krim coklat yang begitu nikmat. Jari-jariku mulai ikut ambil bagian untuk masuk ke dalam liang vagina Tante Anis, sementara itu bibirku mengulum klitorisnya dan lidahku terus menjilati serta mempermainkannya dengan penuh nafsu.<p>"Aaahh... Donii... tante nggak tahan Don.... adduuh..." desahannya makin tak terkendali dan tangannya mulai meremas rambutku dengan keras sementara itu otot-otot kedua kakinya mulai menegang. Tampaknya tidak berapa lama lagi Tante Anis akan mengalami orgasme.<p><p>Sementara itu samar-samar kulihat bayangan di ruang tamu mulai bergerak, ah... rupanya Dewi mulai terpancing untuk melihat apa yang kami lakukan di atas tempat tidur.<p>"Doni... Doni... mmhh... tante nggak tahan lagi... tante udah mau keluar.... mmhh.... ahh...aahh...," akhirnya seluruh tubuh Tante Anis menegang selama beberapa saat dan kemudian terkulai lemas. Kulitnya yang putih tampak berubah agak memerah, Tante Anis mengalami orgasmenya yang pertama malam itu. Dia tergolek lemas dengan mata terpejam dan mulut terbuka sementara itu vaginanya yang merah seperti daging mentah tampak masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa kenikmatan. Tante Anis perlahan-lahan mulai pulih kesadarannya setelah beberapa saat terbuai oleh kenikmatan orgasme.<p>"Doni... enak sekali orgasmenya... mmhh... tante sampe lemes.... rasanya belum apa-apa tulang-tulang tante rontok semua...."<p>Aku hanya tersenyum. "Gimana tante... udah siap lagi....," tanyaku menggoda.<p>"Bentar lagi ya Don... badan tante masih lemes.... dan lagi rasa enaknya masih belum hilang...."<p><p>Sementara itu kulihat Dewi sudah berdiri di samping tirai pembatas ruangan, ikut menikmati apa yang kami lakukan.<p>"Dewi, kalau mau gabung kesini aja... nggak apa-apa kok," kataku memancing-mancing.<p>"Iih... enggak ah, aku cuma pengen ngeliat kalian ML aja kok, soalnya suaranya seru banget sih... sampe Dewi nggak bisa tidur."<p>"Iya Dewi... sini aja lah..., ngapain kamu berdiri di situ... duduk aja di dekat tempat tidur biar bisa liat lebih jelas kalau emang mau liat kita ML," Tante Anis ikut menimpali. Dewi kelihatan masih malu-malu, aku lalu berdiri menghampirinya dan menariknya ke sisi tempat tidur.<p>"Tapi kalian nggak apa-apa kalau Dewi ikutan ngeliat di sini...?" tanyanya sambil duduk di kursi.<p>"Ah nggak apa-apa Wi, malah kami lebih senang lagi kalau kamu juga mau ikutan ML dengan kami, iya khan Don...... Ikutan ajalah sekalian, aku nggak akan bilang sama suamimu asal kamu juga nggak cerita ke suamiku," kata Tante Anis sambil melirikku dan aku mengangguk mengiyakan. Wajah Dewi tampak merah, "Ah.. Dewi cuma mau liat kalian aja dulu...." Betul dugaanku, sebenarnya Dewi mau ikut bergabung hanya saja ia masih malu-malu. Yang dibutuhkannya cuma sebuah alasan yang pas.<p><p>Sementara itu Tante Anis tampaknya sudah pulih sepenuhnya, tangannya mulai meraih penisku dan menuntunnya ke arah liang hangat di selangkangannya.<p>"Ayo sayang... kita lanjutin lagi.... sekarang punya kamu harus dimasukkin ke sini ya...tante dari tadi pengen ngerasain punya kamu..." Aku hanya tersenyum, sementara itu aku mulai menjilati payudara Tante Anis dan mempermainkan putingnya diantara kedua bibirku. Tubuh Tante Anis mulai menggeliat-geliat kembali.<p>"Ah... Doni... tante jadi konak lagi... punya kamu masukin ya.... sekarang sayang... sekarang... tante udah kepengen banget ngerasain penismu yang keras ini..." Tante Anis terus merengek-rengek meminta aku memasukkan penis ke vaginanya sementara itu tangannya terus meremas-remas penisku sehingga membuatnya makin mengeras. Akhirnya perlahan-lahan kubuka paha Tante Anis sehingga bibir vaginanya membelah dan menampakkan liangnya yang bisa mengundang nafsu birahi setiap lelaki.<p><p>Dengan perlahan-lahan kutuntun penisku menuju lubang vagina Tante Anis yang sudah siap menanti sejak tadi, dan... blesss... dengan sekali sentakan ringan penisku masuk ke dalam vaginanya. "Aahh..." teriak Tante Anis sambil menaikkan pinggulnya untuk menyambut penisku. Rupanya Tante Anis sudah sangat terangsang dan bernafsu sehingga sekalipun dia berada di posisi bawah justru dia yang lebih aktif menggerak-gerakkan pinggulnya. Aku tidak mau kalah ganas dengan tante berumur 40-an ini, kugerakkan pinggulku turun naik dengan sentakan-sentakan yang kuat sehingga penisku terasa masuk ke dalam dengan mantap.<p>"Aduhh.. Doni... penismu sampai ke ujung... enak banget....mmhh... terus sayang... tusuk yang kuat sayang... tante suka.... mmhh... mmhh.... mmhh... mmhh ...mmhh .." Tante Anis terus mendesah berulang-ulang seirama dengan tusukan penisku. Suara kecipak beradunya penisku dengan vagina Tante Anis dan suara derit ranjang yang bergoyang menyertai desah persetubuhan kami yang ganas. Aku rasa dengan cara seperti ini Tante Anis tidak akan bertahan lama.<p><p>Beberapa saat kemudian Tante Anis minta ganti posisi, dia ingin berada di atas. Akhirnya aku berbaring pasrah sementara Tante Anis memposisikan dirinya berjongkok di atasku. Tangannya meraih penisku dan membimbingnya menuju liang vaginanya yang basah kuyup oleh lendirnya sendiri. Begitu penisku masuk, Tante Anis lalu mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Gerakannnya makin lama makin cepat dan desahannya makin keras, "Mhh... mmhh.. mmhh...." aku belum pernah merasakan goyangan pinggul seorang wanita seganas Tante Anis. Saking keras dan semangatnya goyangan Tante Anis, beberapa kali penisku sempat terlepas dari cengkeraman vaginanya tapi Tante Anis dengan sigap memasukkan kembali. Dan akhirnya tidak sampai tiga menit Tante Anis di posisi atas iapun mulai mengalami orgasme yang kedua kali....<p>"Aduh... tante mau keluar lagi sayang... aduuh... mmhh... mmhh... mmhh... aahh!" Tante Anis menjerit keras berbarengan dengan orgasmenya yang kedua. Kedua tangannya mencengkeram erat dadaku dan kepalanya mendongak ke atas sementara itu vaginanya menelan habis penisku sampai aku bisa merasakan ujungnya.<p><p>Baru kali ini kurasakan orgasme seorang wanita yang begitu ganas dan intens. Seganas-ganasnya Tante Nita, rasanya masih kalah ganas dibandingkan Tante Anis. Tidak berapa lama kemudian Tante Anis terkulai lemas di dadaku. Aku melirik ke arah Dewi, kulihat dia mulai terangsang hebat melihat "live-show" di depan matanya... Duduknya serba gelisah dan tangannya meremas-remas ujung bajunya. Aku sendiri sebenarnya belum orgasme, tapi rasanya juga tidak lama lagi. Permainan liar Tante Anis mau tidak mau membuatku makin dekat menuju puncak orgasme juga. Kalau aku sekarang mengajak Dewi untuk ML pasti aku tidak akan sanggup bertahan lama, jadi kuputuskan untuk menyelesaikan ronde pertamaku dengan Tante Anis saja. Setelah Tante Anis mulai pulih dari orgasmenya, aku balikkan tubuhnya sehingga dia kembali dalam posisi terlentang. Tanpa basa-basi langsung aku menancapkan penisku ke dalam vaginanya.<p>"Doni... tante masih lemes... sabar sayang.... sebentar lagi.... mmhh... mmhh..." Tante Anis mencoba mendorongku. Tapi tenaganya tidak cukup kuat, lagi pula hanya berselang beberapa detik kemudian tampaknya Tante Anis sudah mulai terangsang lagi. Apalagi setelah telinga dan lehernya kujilati dengan lidahku. Maklum kaum wanita dalam hal persetubuhan sebenarnya jauh lebih hebat dari pria, mereka bisa mengalami orgasme berkali-kali dalam waktu yang singkat kalau mendapatkan rangsangan yang tepat.<p><p>Aku terus menusukkan penisku berulang-ulang ke dalam vagina Tante Anis.<br />"Doni... kamu nakal sekali... mmhh... mmhh .... dasar anak muda..... mmhh... adduuh sayang... nanti tante bisa keluar lagi.... mmhh... Doni... aduuhh...mmhh... tante jadi konak lagi... aahh... kamu ganas sekali...." kurasakan pinggul Tante Anis yang semula diam pasrah kini mulai mengikuti gerakan pinggulku. Setiap kali aku menusukkan penisku, pinggul Tante Anis menyentak ke atas sehingga penisku masuk semakin dalam. Gerakannya yang kembali ganas membuat ketahananku hampir jebol. Perlahan-lahan kuatur posisiku agar bisa menusukkan penis sedalam-dalamnya.<br />"Tante... udah mau keluar belum.....?"<br />"Mmhh... iya sayang.... tante udah mau keluar lagi.... mmhh ...mmhh..."<br />"Sekarang kita barengan ya... Doni juga udah mau keluar...." "Hmmhh....... keluarin aja sayang... keluarin semuanya di dalam.... tante siap menampung.... tante udah nggak tahan sayaang.. ... tusuk tante yang kuat....... mmhh.... uuh... rasanya penis kamu makin besar..... dorong yang kuat sayang..... iya... seperti itu sayang... iya... masukin yang dalam...mmhh... adduuh... tante keluar lagi.... aahh...aagh....!!"<br />"Tante... mmhh... aduuh... Doni udah nggak tahan lagii..... aahh...aahh..aagghh...!!" Akhirnya sebuah semburan sperma yang dahsyat ke dalam vagina Tante Anis menyertai kenikmatan orgasmeku. Sementara itu tubuh Tante Anis juga kembali menegang dan berkedut-kedut menahan nikmat orgasmenya yang ketiga malam itu. Tidak lama kemudian tubuh kami saling berpelukan dengan lemas, kami tidak bergerak ataupun berkata-kata untuk beberapa saat karena rasa nikmat orgasme yang bersamaan tadi seolah meluluhkan semua kekuatan dan keinginan kami selama beberapa saat.<br /><br />Aku dan Tante Anis hanya ingin diam berpelukkan dan saling menikmati hangatnya tubuh masing-masing, sementara penisku yang terasa makin melemah masih tertancap di dalam vagina Tante Anis.... Tidak berapa lama kemudian aku membaringkan tubuhku di samping Tante Anis. Penisku tergolek lemah kelelahan, basah kuyup oleh campuran lendir vagina Tante Anis dan spermaku sendiri. Sementara itu dari celah vagina Tante Anis lelehan sisa spermaku yang berwarna putih kental tampak mengalir keluar bercampur dengan lendir Tante Anis. Aku yakin spermaku banyak sekali yang masuk ke vaginanya karena sudah hampir dua minggu aku belum mengeluarkannya. Tante Anis memiringkan badannya dan mengelus-elus penisku.<br />"Gila kamu Doni..... belum-belum tante udah keluar tiga kali... kayaknya tante nggak bakalan kuat nih kalau ML sampai pagi...."<br />"Ah nggak apa-apa tante... khan ada Dewi, dia bisa gantiin tante kalau tante udah capek... iya nggak," kami tertawa cekikikan melirik Dewi yang dari tadi tampak duduk gelisah menahan gejolak nafsu.<br />"Iya Dewi, ayo kamu ikutan sini dong... bantuin aku ngerjain Doni... aku nggak bakalan kuat kalau sendiri," kata Tante Anis ikut memanaskan suasana.<br /><br />"Ah... kayaknya aku nggak perlu bantuin Teh Anis..., tuh liat... Doni punya udah lemes... kelihatannya dia juga udah bakal nggak kuat lagi main dengan Dewi....," kata Dewi yang mulai menanggapi ajakan kami dengan setengah menantang.<br />"Tapi kalau punyaku bisa berdiri lagi Dewi mau ikutan nggak...?" pancingku.<br />"Boleh aja... tapi buktiin dong kalau Doni punya masih sanggup berdiri lagi seperti tadi," kata Dewi. Tampaknya Dewi sudah mendapatkan alasan yang pas untuk ikut bergabung.<br />"Ok... aku akan buktikan kalau sebentar lagi punyaku akan bangun dan keras seperti tadi tapi syaratnya harus Dewi yang bangunin yaa..." kataku tersenyum.<br />"Iya... tapi dibersihin dulu dong... Dewi nggak mau bekas Teh Anis... he... he.. he..." Aku lalu bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan penisku dari sisa-sisa cairan hasil persetubuhan dengan Tante Anis. Saat keluar dari kamar mandi tampak Dewi sudah duduk di tepi tempat tidur. Sementara itu Tante Anis gantian duduk tanpa busana di kursi sambil menenggak sekaleng bir hitam dan menghisap rokok.<br />"Ayo sini anak muda.... kita buktikan apa kamu masih sanggup bertempur lagi..." kata Dewi sambil tersenyum nakal. Setelah mendapat alasan yang pas, Dewi yang sebelumnya tampak malu-malu mulai menampakkan nafsu sex yang tidak kalah dengan Tante Anis. Aku lalu membaringkan tubuhku di tempat tidur.<br /><br />Tanpa banyak basa-basi lagi Dewi langsung mengelus-elus penisku yang masih terkulai lemas akibat kelelahan setelah bertempur hebat dengan Tante Anis. Diremas-remasnya biji pelirku dan kemudian Dewi mulai menjilat-jilat batang penisku. Aku mulai merasakan kenikmatan lidah Dewi dan remasan lembut tangannya, akibatnya penisku perlahan-lahan mulai menunjukkan tanda kehidupan. Dewi mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dikulumnya kepala penisku dan dikocok-kocoknya batang penisku dengan tangannya. Tentu saja tidak berapa lama kemudian penisku mengeras kembali. Merasakan penisku kembali membesar dan mengeras, Dewi semakin bernafsu menghisap dan menjilatinya. Perlahan-lahan kulepaskan mulutnya dari penisku.<br />"Nah, sudah terbukti bisa bangun lagi khan... sekarang giliran Dewi memenuhi janji untuk ikut bergabung... gimana?" Dewi cuma tersenyum sambil dengan sukarela melepaskan pakaiannya satu per satu dan berbaring di sisiku. Karena sejak awal aku sudah tertarik dengan payudara Dewi yang montok seperti punya Pamela Anderson, aku langsung meremas payudaranya dengan lembut dan mempermainkan putingnya dengan lidahku. Dewi yang sebenarnya dari tadi sudah terangsang mulai mendesah-desah keenakan. Berbeda dengan Tante Anis, meskipun sudah 3 tahun menikah Dewi belum memiliki anak jadi puting susunya masih mungil dan berwarna terang seperti puting susu gadis perawan.<br /><br />Setelah puas menjilati dan meremas buah dadanya, aku mulai menjelajahi bagian bawah. Perlahan-lahan kujilati bagian perut Dewi dan kemudian akhirnya sampai ke daerah "Segitiga Bermuda". Bulu kemaluan Dewi tidak selebat Tante Anis sehingga belahan vaginanya sudah tampak jelas tanpa harus menyibakkan bulu-bulunya. Setelah puas menjilati daerah lipatan paha dan daerah bagian atas bulu vagina Dewi, aku membuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang vagina yang berwarna merah muda dan sangat indah. Ingin rasanya segera membenamkan penisku ke dalamnya. Mungkin karena belum memiliki anak, kedua bibir vaginanya masih tampak kencang dan tidak menggelambir seperti punya Tante Anis. Secara refleks jari-jari tanganku langsung masuk menggerayangi lubang vaginanya dan membuatnya melenguh keras, "Oohh........" Langsung lidahku menjilati bibir vagina dan klitorisnya dengan lembut. Setiap kali lidahku menjilati klitorisnya, pinggul Dewi bergerak maju seolah tidak menginginkan lidahku terlepas dari klitorisnya. Setelah kurasa cukup, akhirnya kulepaskan lidahku dari bagian vaginanya dan aku mulai membuka kedua pahanya. Aku benar-benar sudah tidak sabar ingin segera merasakan kenikmatan vagina seorang Dewi.<br /><br />Dengan lembut kubelai lembut rambutnya, dari matanya kulihat Dewipun sudah tidak sabar ingin menerima penisku. Tapi dia bukan Tante Anis yang secara ekspresif dan terang-terangan mengumbar nafsunya dengan ganas. Dewi hanya menatapku penuh harap sambil nafasnya berdesah-desah tak teratur. Kuposisikan diriku diantara kedua pahanya, lalu perlahan-lahan kubuka bibir vaginanya dan kuarahkan penisku ke liang vagina yang tampak masih sempit. Kuletakkan kepala penisku tepat di depan lubang vaginanya. Lalu dengan lembut tapi pasti kugerakkan pinggulku ke depan sehingga penisku masuk ke dalam vaginanya. Gila....nih cewek... vaginanya masih sempit sekali, benar-benar seperti seorang perawan. Untung saja Dewi sudah cukup terangsang sehingga penisku tidak begitu kesulitan menembus liang vaginanya yang sempit dan basah. Dewi tampak menggigit bibir bawahnya dan tangannya meremas pinggangku. Aku sempat berpikir mungkin Dewi merasa kesakitan akibat perbuatanku, gerakanku kuhentikan sejenak.<br />"Sakit sayang...?" tanyaku. Dewi menggeleng perlahan.<br />"Enak sayang....?" kataku lagi. Dewi hanya mengangguk sambil tersenyum. Sedikit demi sedikit kupercepat gerakanku, vagina Dewi terasa makin basah dan gerakan penisku terasa mulai lancar.<br /><br />Setelah merasakan persetubuhan yang ganas dengan Tante Anis, persetubuhan dengan Dewi terasa begitu lembut dan indah. Kontras sekali bedanya, namun kedua-duanya sama-sama memiliki kenikmatannya yang khas sehingga sulit untuk mengatakan mana yang lebih enak. Kubelai rambut Dewi dan kucumbu bibirnya dengan hangat, kami sungguh menikmati persetubuhan yang indah ini. Sesekali aku melepaskan diri dan meminta Dewi untuk bergantian di posisi atas. Diapun melakukannya dengan lembut namun penuh energi, digerak-gerakkannya pinggulnya maju mundur dengan berirama dan penuh tenaga sementara aku meremas-remas buah dadanya yang indah. Aku rasakan dinding-dinding vaginanya begitu kuat mencengkeram penisku sehingga membuatku makin terangsang. Sementara itu gerakan pinggul Dewi makin cepat dan desahannya makin kuat serta tidak beraturan. Dewi mulai sulit mengontrol gerakannya sendiri....<br />"Oohh... mmhh....mmhh... uuhh.." tampaknya Dewi mulai dekat menuju orgasme.<br />"Ahh... Doni... mmhh... Dewi di bawah aja ya... Dewi takut keluar duluan....."<p>"Nggak apa-apa sayang, keluarin aja...."<br />"Enggak ah... Dewi mau keluar barengan sama Doni...." Akhirnya Dewi kembali berbaring disebelahku. Aku langsung mengambil posisi diantara selangkangan Dewi dan kembali membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Di posisi ini tampaknya Dewi lebih bisa mengatur nafsunya sehingga desahannya kembali teratur seirama dorongan penisku. Kami kembali bercumbu dengan hangat sambil tanganku meremas-remas buah dadanya dan pinggulku turun-naik sehingga kedua tubuh kamipun mulai dibasahi oleh peluh.<br /><br />Sekarang giliranku mulai merasakan dorongan kenikmatan orgasme mulai menjalari seluruh tubuhku. Rasanya tidak lama lagi pertahananku akan bobol. Gerakanku makin kuat dan Dewi juga merasakannya sehingga diapun mulai agak mengganas. Aku mulai melepaskan bibirku dari bibirnya dan mulai mengatur posisi agar bisa menancapkan penisku dengan maksimal ke dalam vagina Dewi. Rasanya tidak lama lagi kami berdua akan sampai ke puncak kenikmatan....<br />"Dewi... aku udah mau keluar sayaang.... mmh.... sshh... sshh... mmhh..." aku mencoba sekuat tenaga mengontrol orgasmeku agar bisa bertahan sedikit lagi.<br />"Dewi juga mau keluar sayang... adduhh... penis kamu tambah besar... Dewi nggak tahan lagi... mmhh... aaah......mmhh..." Gerakan kami berdua makin cepat dan makin ganas, akhirnya....<br />"Aahh.... Donii..... mmhh.... aahh.... Dewi nggak tahan lagi sayang... aahh... aahh...!"<br />"Dewiii.... aduuh..... Donii keluaar............ aahh...!" Tubuh kami menggelinjang dan bergetar hebat dalam sebuah orgasme bersama yang indah, akhirnya kami berpelukan lemas. Setelah beberapa saat kami berpelukan, aku kembali mencumbu Dewi dengan lembut. Kemudian aku merebahkan diriku di sampingnya, kami diam dan saling berpandangan. "Wow... keren.... hebat...." tiba-tiba kudengar Tante Anis bertepuk tangan memberi "applaus" untuk persetubuhan kami yang cukup lama dan menggairahkan. Kami berdua cuma tersenyum saja, sudah terlalu lelah untuk berkomentar.<br /><br />Mungkin lebih dari setengah jam aku dan Dewi saling bergumul sebelum akhirnya kami tenggelam dalam kenikmatan orgasme. Tampak Dewi tergolek kelelahan disampingku, dia hanya sebentar menoleh tersenyum penuh arti ke Tante Anis lalu kembali memejamkan matanya. Sementara itu sisa-sisa spermaku tampak mulai menetes dari celah vagina Dewi meskipun tidak sebanyak Tante Anis. Akupun hanya bisa terbaring lemas, penisku tampak tak berdaya. Tiba-tiba aku merasa sangat haus dan lapar. Aku bangkit lalu mengambil sekaleng bir dan menyantap sebungkus roti untuk mengembalikan tenagaku yang nyaris terkuras habis oleh dua wanita bersuami ini.<br />"Nanti kalau sudah siap, giliran tante lagi ya... melihat kalian ML tante jadi kepengen lagi lho.... Doni masih kuat khan...?"<br />"Ok tante,.... Doni masih kuat kok... liat nih... sebentar juga bangun lagi..." kataku menanggapi tantangan Tante Anis. Kutunjukkan pada Tante Anis penisku yang perlahan-lahan mulai agak membesar. Melihat aku mulai segar lagi Tante Anis merebahkan aku ke tempat tidur di samping Dewi yang masih tergolek kelelahan. Tanpa merasa perlu membersihkan penisku dari sisa-sisa persetubuhanku dengan Dewi, Tante Anis langsung mengulum dan mengkocok-kocok penisku hingga perlahan-lahan kembali mengeras dengan sempurna.<br /><br />Begitu melihat penisku kembali berdiri sempurna langsung Tante Anis mengambil posisi jongkok dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Seperti sebelumnya, dengan ganas Tante Anis menggerak-gerakkan pinggulnya sambil mulutnya terus berdesah-desah merasakan nikmat. Dewi yang terbaring disampingku lalu membuka mata dan menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan kami,<br />"Ah.. keterlaluan deh Teh Anis ini, si Doni belum sempat istirahat udah diembat lagi.... nggak kasian sama anak orang..." Tante Anis cuma tertawa kecil dan meneruskan goyangan mautnya. Tak berapa lama kemudian Tante Anis melepaskan penisku dari vaginanya dan meminta aku untuk berganti posisi, dia ingin ditusuk dari arah belakang.<br />"Doni... tante kepengen kamu masukin dari belakang ya...?" Tante Anis lalu mengambil posisi menungging di sebelah Dewi sambil tangannya meraba-raba payudara Dewi sambil sesekali lidahnya menjilati putingnya. Sementara itu aku langsung memasukkan penisku lagi ke dalam vagina Tante Anis yang sudah merah merekah dari belakang. Merasakan apa yang dilakukan Tante Anis pada mulanya Dewi tampak risih, mungkin dia belum pernah dengan sesama wanita, tapi lama kelamaan dia membiarkan Tante Anis melakukan aksinya bahkan tampaknya Dewi mulai menikmati ulah tangan dan lidah Tante Anis.<br /><br />Aku juga tidak tinggal diam, sambil penisku keluar masuk di vagina Tante Anis tanganku mulai meraba vagina Dewi sehingga membuatnya makin terangsang. Kemudian Dewi membuka kedua pahanya lebih lebar agar jari-jari tanganku lebih leluasa masuk ke dalam vaginanya. Sementara itu pinggul Tante Anis mulai bergerak tak teratur dan desahannya makin keras.<br />"Aaah... mmhh... mmhh.... mmhh...." Aku tahu sebentar lagi Tante Anis akan mencapai orgasmenya yang keempat. Kupercepat gerakanku dan Tante Anispun makin tak terkontrol.<br />"Donii.... aahh.... tusuk yang kuat sayaang.... iya... yang kuat sayang... teruss... teruss... tusuk yang dalam.... tusuk sampai ujung sayang... aahh... tantee keluar lagii......... aaghh..." Tante Anis mengejang keras dan menyentakkan pantatnya ke arahku sehingga penisku masuk makin dalam. Kutarik paha Tante Anis ke arahku dengan maksud supaya dia makin merasakan kenikmatan orgasmenya. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Anis terkulai lemas dan peniskupun terlepas dari vaginanya. Melihat penisku masih berdiri tegang, Dewi langsung mengerti apa yang harus dilakukannya. Dia mengambil alih posisi Tante Anis dengan menungging di depanku. Dengan perlahan kubuka belahan vagina Dewi dan kumasukkan penisku ke dalamnya. Dewipun mendesah menahan nikmat saat penisku meluncur ke dalam vaginanya yang hangat dan basah.<br /><br />Sementara penisku di dalam vaginanya, kedua tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang indah. Dewi tampak sangat menikmatinya sehingga pinggulnya mulai bergerak-gerak. Setelah beberapa menit berlalu, Dewi tampak mulai kelelahan dengan posisi "doggy-style". Dewi memintaku untuk melepaskan penis dan diapun kembali menelentangkan dirinya pasrah dengan kedua pahanya terbuka lebar-lebar seolah mengundangku untuk segera membenamkan penisku kembali. Dan akupun menanggapi undangannya dengan senang hati. Tanpa banyak basa-basi langsung kumasukkan penisku ke dalam liang vagina Dewi yang belum sempat dibersihkan dari lendir sisa-sisa persetubuhan kami sebelumnya. Dewi sendiri sekarang sudah mulai berani mengungkapkan gejolak nafsunya terang-terangan, dia mulai berani menggerakkan pinggulnya dengan ganas dan mendesah-desah dengan kuat. Rasanya Dewi yang sekarang tidak kalah ganas dengan Tante Anis.<br /><br />Ini sungguh kejutan bagiku, aku tidak siap menghadapi keganasan Dewi yang nyaris tiba-tiba. Hal itu membuat aku nyaris kehilangan kontrol dan hampir mencapai orgasme. Tapi aku tidak ingin mengalaminya sendiri, aku ingin Dewi juga bisa merasakannya padahal saat itu kurasakan kondisi Dewi masih stabil dan belum mendekati orgasme. Sekuat tenaga aku berusaha mengontrol nafasku untuk menghambat datangnya orgasme. Tapi rasanya tidak banyak membantu, goyangan Dewi yang ganas membuat orgasmeku terasa makin mendekat. Akhirnya kuputuskan untuk meremas buah dada dan mempermainkan klitorisnya supaya Dewi juga cepat terangsang. Ternyata cara ini efektif, dalam waktu singkat gerakan pinggul Dewi menjadi makin kuat dan mulai tidak beraturan, desahan dan lenguhannya juga semakin keras. Aku tahu Dewi juga sudah kehilangan kontrol dan mulai mendekati puncak orgasme.... "Dewi sudah mau keluar ya.......?" tanyaku.<br />"Hhmm... iya sayang... adduhh... sebentar lagi Dewi keluar.... barengan ya sayang....sepertinya penis Doni juga udah makin besar... mmhh... enak banget..... vagina Dewi terasa penuh.... mmhh.... aahh..... fuck me honey....fuck me hard... aahh.... aahh...." Begitu kurasakan Dewi hampir mencapai orgasme langsung kupercepat gerakanku, kulepaskan tanganku dari klitoris dan buah dadanya sambil mencari posisi yang nyaman untuk melakukan tusukan akhir yang dalam dan nikmat. Dan akhirnya...<br />"Dewi.... aku nggak tahan lagi... keluarin bareng sekarang yukk......"<p>"Iya sayang.... Dewi juga.... aahh... adduhh.... tusuk yang kuat sayang... fuck me...... yess... aahh...uuhh... Dewi keluar lagi....aahh...... aagh...!!"<p>"Oohh.... Dewi.... mmhh Doni juga keluaarr...... aagh...!" Akhirnya kami kembali orgasme bersamaan.<p><p>Orgasme kali ini sungguh-sungguh menguras energiku, aku tidak tahu apakah aku masih sanggup kalau Tante Anis minta lagi. Tapi kulihat Tante Anis juga sudah kelelahan setelah empat kali orgasme hebat yang dialaminya sehingga kami akhirnya memutuskan untuk beristirahat saja. Kami bertiga tidur saling bepelukan tanpa busana dan hanya ditutupi selimut. Pagi itu aku terbangun, sayup-sayup kudengar suara adzan subuh. Tapi aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Ah... ternyata Tante Anis sudah bangun lebih dulu dan dia sedang asyik mengulum penisku. "Aduh... tante... pagi-pagi udah sarapan pisang..." kataku sambil tertawa.<p>"Hmm.. sorry ya Don,... tante tadi bangun duluan terus tante nggak tahan liat penis kamu. Tante langsung ngebayangin kayaknya enak banget kalau subuh-subuh gini ML lagi dengan Doni... nggak apa-apa khan...?" Kulihat penisku sudah berdiri tegak akibat ulah Tante Anis. Tampaknya Tante Anis sudah sangat bernafsu, nafasnya memburu tak teratur dan pandangan matanya menunjukkan dirinya sedang berada pada puncak birahinya.<p><p>Sementara itu Dewi tampak masih tergeletak pulas disampingku.<p>"Doni sayang... tante pengen ngerasain penis kamu lagi yaa.... soalnya sebentar lagi khan kita pisah... jadi sekarang tante pengen ML lagi dengan Doni... mau khan...?"<p>"Masukin aja tante... Doni juga suka ML dengan tante....pokoknya hari ini Doni mau ML sampai kita bener-bener udah nggak kuat lagi.... tante mau khan?"<p>"Hm.... dengan senang hati sayang..... ssttt... jangan keras-keras nanti si Dewi bangun. Kasihan dia masih kecapaian semalam gara-gara ML dengan kamu." Ah... kali ini aku akan memberikan sesuatu yang lain untuk Tante Anis. Aku akan membuatnya mengalami orgasme berkali-kali tanpa sempat istirahat. Aku rasa ini tidak terlau sulit karena tampaknya Tante Anis tipe wanita yang sangat sensitif dan mudah mengalami orgasme. Lagi pula karena semalam aku sudah tiga kali orgasme, aku yakin bisa bertahan lebih lama lagi sekarang. Kubiarkan Tante Anis menaiki diriku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.<p><p>Seperti biasa dia mulai menaik-turunkan pinggulnya sehingga penisku meluncur keluar-masuk vaginanya. Dengan sengaja kusentakkan pinggulku untuk menandingi gerakannya sehingga membuatnya makin terangsang. Benar saja tidak sampai lima menit Tante Anis mulai kehilangan kontrol dan melenguh kuat, ia mengalami orgasmenya yang kelima. "Aahh... Doni.... tante keluar.... mmhh... adduuhh... aahh... aahh.. aaghh...!!"<p>Aku tidak memberi Tante Anis kesempatan beristirahat. Setelah tubuhnya melemas aku langsung membaringkan Tante Anis dan membuka pahanya, tanpa basa-basi aku langsung menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Dan kali ini aku menusukkan penisku dengan kuat dan cepat. Benar saja, Tante Anis tampak kaget dan tidak siap dengan serangan tiba-tiba ini. Tidak sampai tiga menit kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.<p>"Adduhh... Doni... tante jadi pengen keluar lagi.... aahh... aahh... aahh..." Kurasakan badan Tante Anis mengejang dan kemudian lemas, ini orgasmenya yang keenam. Sementara itu penisku masih keras dan besar di dalam vaginanya. Tanpa memberinya kesempatan istirahat aku kembali menggerak-gerakkan penisku dengan kuat dan ganas.<p><br />Tante Anis yang belum sempat istirahat untuk memulihkan tenaganya, kembali tergetar oleh rangsangan orgasme yang ketujuh.<p>"Donni..... kamu nakal.... nanti tante bisa keluar lagi... aduuhh... mhh... aahh... mmhh.... Doni..... tante mau keluar lagii..... aduuhh... aahh..... dorong yang keras sayang... iya... tusuk yang dalam sayang... iya gitu... terus... terus.... jangan berhenti... aahh... aahh... enak sekali sayang... mmhh... tante keluar lagiii... aahh" Kembali aku tidak memberinya kesempatan istirahat, kali ini kuangkat kedua kakinya dan pantatnya kuganjal dengan bantal sehingga penisku masuk semakin dalam hingga menyentuh ujung vaginanya.<p><p>Kutusukkan penisku ke dalam vagina Tante Anis berulang-ulang dengan cepat dan kuat. Hanya berselang satu atau dua menit dari orgasme sebelumnya kembali tubuh Tante Anis bergetar hebat untuk mengalami orgasmenya yang ke delapan.<p>"Aahh... Donnii.... uughh.... masukin yang dalam sayang.... masukin sampai ujung.... aahh.... enak banget..... aaahh... gimana nih.... tante bisa keluar lagi.... mmhh.... aahh... aduuhh... tante keluar lagi sayang... aahh.. aahh....." kali ini tubuhnya menggelinjang cukup lama, pinggulnya berkedut-kedut tidak beraturan, matanya terpejam rapat-rapat dan giginya terkatup menahan kenikmatan yang luar biasa.... Begitu selesai orgasme yang ke delapan, kembali aku meneruskan tusukan penisku.<p><p>Kali ini tante Anis sudah mulai merasa tidak kuat lagi, matanya memelas memintaku untuk berhenti.<p>"Udah dong sayang... tante capek banget.... vagina tante mulai perih sayang jangan cepet-cepet dong... sakit... udah sayang... tante istirahat dulu... sebentar aja... nanti kita lanjutin lagi... kasih kesempatan tante istirahat dulu sayang..." katanya sambil mencoba menahanku. Tapi aku tidak peduli, memang gerakanku kuperlambat supaya Tante Anis tidak merasa sakit tapi aku tetap menusukkan penisku ke dalam vaginanya. Aku sendiri sekarang mulai terangsang berat melihat pandangan sayu tanpa daya seorang wanita yang haus kenikmatan seperti Tante Anis. Setelah beberapa saat tampaknya Tante Anis mulai kehilangan rasa sakitnya dan berubah menjadi rasa nikmat kembali, dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti gerakanku. Sekarang aku ubah sedikit posisiku, hanya kaki kiri Tante Anis yang kuangkat sementara kaki kanannya tergeletak di kasur dan kaki kiriku kuletakkan diatas paha kanannya. Kelihatan Tante Anis menikmati sekali posisi ini, dia mulai bergairah lagi dan gerakan pinggulnya mengganas kembali.<p><p>Tak lama kemudian iapun mengalami orgasmenya yang kesembilan... "Ahh...oohh...Doni....kamu pinter banget sih... aahh... anak nakal.... tusuk tante yang kuat sayang... aahh ... aahh... tante keluar lagi.... aahh..... aahh aahh..!," teriakannya kali begitu keras dan panjang sehingga Dewi yang tertidur kelelahan akhirnya terbangun juga. Aku menekan penisku dalam-dalam di vagina Tante Anis sambil menunggunya kembali siap.<p>"Udah sayang... tante udah capek... tante nggak kuat lagi sayang.... udah ya sayang... vagina tante udah kebas...... please... tante udah nggak sanggup lagi......"<p>"Hmm... Doni masih pengen terus tante... soalnya sebentar lagi kita pisah... Doni mau menikmati tubuh Tante Anis hari ini sampai sepuas-puasnya..." kataku sambil memulai lagi tusukan penisku.<p>"Ayo dong sayang..... udah dulu... kapan-kapan kita khan bisa ketemu lagi.... tante janji deh.... tapi sekarang udah dulu tante capek banget... tenaga tante udah abis...."<br />"Yang ini terakhir tante... Doni juga udah mau keluar kok... boleh yaa..." kataku sambil mengecup bibirnya.<br /><br />Tante Anis terdiam dan berusaha menikmati permainan penisku yang terus mengganas nyaris tanpa henti. Sementara itu aku sudah merasakan diriku mulai mendekati orgasme juga, penisku terasa membesar dan memenuhi vagina Tante Anis. Tampaknya Tante Anis juga merasakan hal yang sama, iapun segera terangsang berat serta mulai mendesah-desah untuk orgasmenya yang kesepuluh.<br />"Ahh... Doni.... keluarin punya kamu sekarang sayaang... tusuk tante yang kuat... tante juga udah mau keluar sekarang....... aaaahhh..!!" "Ayo tante kita barengan... ini yang terakhir.... aahh Doni keluarr... aaggh...!"<br />"Aahh...... mmhh... tante juga keluar lagii..... adduhh maakk...enak bangeett...... aaghh...!" Akhirnya kali itu persetubuhan kami benar-benar terhenti dan kamipun berpelukan lemas. Kukecup bibir Tante Anis dan perlahan-lahan kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Kulihat vagina tante Anis sudah sangat merah dan Tante Anis sendiri masih memejamkan matanya kehabisan energi. Hanya sedikit saja sisa lelehan spermaku yang keluar dari vagina Tante Anis, rupanya aku sudah mulai kehabisan cadangan sperma.<br /><br />Tiba-tiba keheningan kami dipecahkan oleh suara Dewi,<br />"Hey... kalian ML kok nggak ngajak-ngajak Dewi sih... emangnya kalian kira aku nggak pengen yaa...."<br />"Sudah berapa lama sih kalian main... kok kayaknya seru banget... Anis sampai basah penuh keringat gitu...," lanjut Dewi lagi. Tante Anis hanya menoleh sejenak lalu memberi kode dengan jarinya bahwa ia mengalami 6 kali orgasme pagi itu.<br />"Enam kali...?? Ah gila juga... bener-bener teteh maniak ML..... Dewi baru tau...." kata Dewi melotot memandangi Tante Anis seolah tidak percaya.<br />"Swear... enggak juga Wi.... aku baru kali ini kok ML segila ini, gak tau nih siapa yang gila, si Doni apa gue...." kata Tante Anis membela diri sambil masih terengah-engah kelelahan.<br />"Dewi juga pengen dong sayang.... nggak usah enam kali kayak Teh Anis tapi Dewi pengen ML lagi pagi ini sebelum kita pisah... ya sayang..... please... aku pengen dapet kenang-kenangan yang spesial dari kamu. Ok, honey....." Tapi tampaknya Dewi menyadari kondisiku yang masih lelah kehabisan tenaga.<br />"Kalau Doni masih cape, pakai tangan atau lidah juga gak masalah kok..... dari tadi aku liat Teh Anis ML dengan kamu kok kayaknya seru banget, Dewi jadi konak kepengen ngerasain juga. Please honey... jilatin punyaku seperti kemarin malam.... Dewi suka kok... jilatin terus sampai Dewi puas... pokoknya jangan berhenti sebelum aku puas yaaa...... please honey... eat my pussy.... please..." Dewi yang beberapa jam sebelumnya masih malu-malu dan pura-pura tidak mau ikutan kini terlihat mulai berani merayuku dengan genit, di bukanya pahanya dan kedua tangannya menarik bibir vaginanya ke samping sehingga lubang vaginanya yang mungil tampak jelas.<br /><br />Mau tidak mau akupun kembali terangsang dan mulai melupakan kelelahanku. Aku ingin membuat Dewi mengalami orgasme berkali-kali tanpa istirahat seperti Tante Anis. Karena penisku masih lemas, kali ini aku memulainya dengan lidahku dulu. Kubaringkan Dewi di atas ranjang dan pantatnya kualasi dengan dua buah bantal supaya lidahku bisa menjangkau vaginanya dengan mudah.<br />"Nah... gitu sayang... jilatin vagina Dewi... hmmh... enak banget.... Dewi belum pernah orgasme pakai oral... sekarang Dewi pengen ngerasain... ayoo sayang... bikin aku terbang melayang ke bulan.... c'mon honey... lick my pussy.... mmhh... yesss... I like it... yess... make me cum honey..." Kujilati bibir dan liang vaginanya lalu kupermainkan klitoris Dewi dengan bibir dan lidahku sementara itu jari-jari tanganku masuk ke dalam liang vaginanya.<br /><br />Tampaknya Dewi sangat menikmati ini, pinggulnya bergoyang-goyang perlahan serta suaranya mendesah-desah sexy sekali. Setelah beberapa menit akhirnya kuputuskan untuk meningkatkan rangsangan dengan jalan menghisap klitorisnya dengan kuat dan menjilatinya dengan cepat sehingga tubuh Dewi mulai bergetar tak beraturan. Sementara itu jari-jariku terus masuk semakin dalam sampai menyentuh g-spotnya. Ini membuat Dewi menjadi makin tak mampu mengontrol dirinya lagi, pinggulnya bergetar keras hingga akhirnya dia mengalami orgasmenya yang ketiga.<br />"Mmhh Doni... adduhh... Dewi nggak tahan lagi adduuhh... terus isep yang kuat... c’mon honey.... mmhh... yess.... I’m cumming.... I’m cumming...... aduh enak bangeett.... aahh... oohh.... oohh...!!" tubuh Dewi mengejang keras, giginya terkatup rapat, matanya terpejam dan tangannya mencengkeram kasur dengan kuat. Tapi aku tidak menghentikan permainanku, klitoris dan g-spotnya terus aku rangsang sampai akhirnya setelah hampir semenit berlalu tubuh Dewi yang menggelinjang mulai terkulai lemas kehabisan tenaga. Aku ingin Dewi merasakan orgasme yang terus-menerus tanpa henti seperti Tante Anis. Dewi masih tergolek lemas di tengah tempat tidur, sementara itu penisku sudah mulai menegang kembali setelah mendapatkan cukup waktu beristirahat.<br /><br />Dewi yang belum sadar akan apa yang terjadi tiba-tiba kaget karena aku memasukkan penis ke dalam vaginanya yang masih berdenyut-denyut akibat orgasmenya yang terakhir.<br />"Aduhh... Doni sayang... kamu ganas banget sih.... Dewi masih capek nih.... istirahat dulu yaa.... please honey..." Aku tersenyum dan menggelengkan kepala perlahan sambil terus menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya tidak berapa lama kemudian Dewi mulai terangsang juga, dia mulai menikmati sodokan penisku dan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya pertahanan Dewi mulai bobol. Ia mulai kehilangan kendali dan tubuhnya bergetar-getar merasakan orgasmenya yang ke-empat.<br />"Donni..... mmhh... gimana nih... Dewi bisa keluar lagi sayang....... aduhh... aahh... keluar lagi deh... aahh..... mmhh.... aahh...!" kedua tangan Dewi mencengkeram punggungku sementara itu kakinya menjepit kuat pinggulku. Aku membiarkan penisku tertancap dalam-dalam di vagina Dewi dan membiarkan dia menikmati orgasmenya. Begitu cengkeraman Dewi mulai melunak aku mulai lagi melanjutkan goyangan penisku di dalam vaginanya. Dewi tampaknya kaget setengah mati dan benar-benar tidak siap mendapat serangan beruntun ini.<br />"Doni... udah dulu dong sayaang... Dewi masih capek..... Dewi lemes banget sayang.... please.... gimme a break, honey...." Tapi sama seperti dengan Tante Anis sebelumnya, aku tidak ambil peduli. Aku terus menusukkan penisku ke dalam vaginanya, makin lama makin cepat... sampai akhirnya Dewi mulai terangsang lagi untuk yang kesekian kalinya dan kembali ikut bergerak aktif.<br /><br />"Doni... gantian ya... Dewi pengen di atas...." Aku lalu merebahkan diriku dan membiarikan Dewi menaiki tubuhku sambil membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Kali ini Dewi benar-benar sudah belajar banyak dari Tante Anis, gerakannya mulai ganas dan liar. Desahan-desahan kenikmatannya benar-benar membangkitkan nafsu. Akhirnya Dewi mulai mengalami puncak kenikmatan orgasmenya yang kelima, gerakannya makin liar terutama saat membenamkan penisku ke dalam vaginanya dan desahannya berubah menjadi jerit kenikmatan.<br />"Donii.... aahh... Dewi udah nggak tahan...uuhh... mmhh .....Dewi keluar lagi.... mmhh... yess.... I’m cumming... aahh... aahh......!!" Akhirnya pinggul Dewi menghujam keras ke bawah membuat penisku terbenam sampai ke ujung vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat luar biasa yang menjalari tubuhnya. Dan Dewipun terkulai lemas di atas tubuhku.<br /><br />Kelihatan Dewi sudah begitu lemas setelah orgasmenya yang kelima, tapi sudah kepalang tanggung. Aku sudah terangsang berat dan belum orgasme. Kubaringkan Dewi yang masih memejamkan mata, lalu perlahan-lahan kubuka pahanya dan kuarahkan penisku ke liang kenikmatannya. "Aduh... jangan sayang... uuh... sakit sayang... vagina Dewi udah mulai ngilu.... berhenti dulu yaaa... istirahat sebentar aja... nanti boleh lagi...." Dewi mencoba menolakku, tapi tubuhnya yang sudah lemah tidak kuasa menahan masuknya penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya ia tergolek pasrah di bawah berat tubuhku yang menindihnya. Aku tidak ingin menyakiti Dewi, sebaliknya aku ingin memberinya kenikmatan. Maka aku menggerak-gerakkan pinggulku dengan hati-hati supaya penisku bergerak dengan lembut di dalam vaginanya yang sudah over-sensitif. Kalau Dewi terlihat kesakitan aku berhenti sebentar, setelah itu aku lanjutkan lagi dengan gerakan yang lembut. Sesekali kucumbu bibirnya, lalu kujilati leher dan telinganya agar nafsunya bangkit kembali sehingga akhirnya perlahan tapi pasti libido Dewi mulai naik kembali.<br /><br />Ia mulai bisa merasakan kenikmatan yang diberikan penisku. Matanya mulai terpejam merasakan nikmat dan dari mulutnya yang mungil kembali keluar desahan-desahannya yang khas dan sexy. Beberapa saat kemudian tampaknya Dewi benar-benar sudah pulih, rasa sakitnya sudah tergantikan sepenuhnya dengan rasa nikmat. Ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan ganas sehingga akupun harus mempercepat tusukan penisku untuk mengimbanginya. Aku merasakan Dewi sebentar lagi akan mencapai orgasme, dan begitu juga aku.<br />"Doni sayang... Dewi mau keluar lagi..... adduhh... adduhh... enak banget... mmhh... c’mon honey... fuck me harder.... yess.... aahh... masukin yang dalam sayang... adduuh... mmhh.... adduhh... Dewi keluar lagii.... mhh... aahh... I’m cumming.... aahh!"<br />"Ayo Dewi.... kita barengan yaa sayang....... mmhh... aahh...!!" Akhirnya aku menumpahkan sisa persediaan spermaku yang terakhir ke dalam vagina Dewi, sementara tubuh Dewi menggelinjang hebat menahan nikmat orgasmenya yang keenam.<br /><br />Kali ini aku benar-benar sudah kehabisan tenaga, seandainya Tante Anis masih mau ML rasanya aku akan menyerah saja. Untunglah kami bertiga sudah benar-benar kelelahan sehingga tidak ada satupun dari kami yang berani meminta lagi. Tanpa sadar hari sudah terang dan waktu menunjukkan jam 7 pagi, setelah beristirahat sejenak kamipun akhirnya mandi bersama dan bersiap-siap meninggalkan hotel. Di perjalanan pulang masing-masing kami mulai berkomentar tentang perasaan nikmat yang kami alami...<br />"Doni... kamu keterlaluan, tante sampai lemes dan kaki tante sampai sekarang masih gemeteran. Veggie tante juga rasanya masih kebas... belum pernah tante orgasme sampai sepuluh kali seperti kemarin... kayaknya jatah ML sebulan habis dalam semalem deh...."<br />"Iya nih... Dewi juga sampai teler banget, tega banget sih kamu sayang... kayak besok kita nggak bisa ketemu lagi aja....! But anyway thanks ya... Dewi belum pernah ML senikmat ini... I feel great.... kapan-kapan Dewi mau ikutan lagi yaa..."<br />"Aduh... Tante Anis dan Dewi juga nggak kira-kira ganasnya, Doni sendiri juga sudah kehabisan tenaga. Untung aja tante nggak minta nambah lagi, ML yang terakhir dengan Dewi tadi bikin Doni bener-bener udah nggak kuat lagi. Tapi ngomong-ngomong kapan kita bisa ketemu lagi tante... Terus terang ini pengalaman Doni yang pertama ML dengan dua cewek cantik sekaligus dan Doni kayaknya ketagihan pengen lagi... Doni nggak bisa lupain pengalaman ini."<br />"Itu gampang diatur... ini kartu nama tante, Dewi juga kerja di kantor yang sama. Nanti kapan-kapan kalau Doni pengen ketemu tinggal telpon aja, bisa kita atur waktunya. Yang jelas tante nggak mau ketemu sendirian dengan Doni, paling tidak tante akan ajak Dewi atau tambah cewek lain biar gantian Doni yang kita habisin sampe nggak bisa bangun...ha...ha...ha..."<br />"Atau kalau tante mau ketemu tante bisa dateng ke kolam renang hari Jumat, Doni rutin berenang di sana setiap hari Jumat...." kataku memberi alternatif. Setelah mengantarkan aku ke kolam renang untuk mengambil motor kamipun berpisah.<br /><br />Tante Anis sempat berusaha menyelipkan beberapa lembar uang seratus-ribuan ke kantongku tapi aku menolaknya dengan halus. Aku tidak ingin mengganti petualangan yang bebas dan menyenangkan ini menjadi suatu profesi yang bisa mengganggu kuliah dan masa depanku. Setelah kejadian itu kami sempat beberapa kali mengadakan pertemuan dan mengulangi pesta seks, kadang di Ciater, kadang di Puncak, atau di Lembang lagi. Sekali waktu Tante Anis pernah mengajak seorang temannya lagi dan itu benar-benar membuatku kehabisan tenaga karena harus mengalami orgasme sampai delapan kali dalam semalam untuk melayani tiga orang wanita yang haus akan kenikmatan syahwat. Sayang sekali petualangan gila ini terpaksa harus berakhir setelah Tante Anis dan Dewi terlibat perselisihan akibat urusan kantor. Meskipun demikian pengalamanku bersama mereka masih terus kuingat sampai sekarang dan sering menjadi fantasi seksualku saat aku bercinta dengan istriku.<br /><br /><br />TAMATCerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-61580205625580324632010-02-22T16:06:00.001+07:002010-02-22T19:52:47.206+07:00Polwan Yang MalangMalam mulai larut di daerah rawan kota. Sekelompok polisi mengendap-endap di kegelapan, bersiap untuk memasuki suatu kompleks bangunan besar yang kelihatan terbengkalai. Dari luar kompleks itu mirip pabrik yang sudah ditinggalkan, namun sebenarnya sudah diketahui bahwa tempat itu dijadikan penampungan oleh sindikat perdagangan manusia. Di antara para petugas yang ikut serta dalam penggerebekan itu, terdapat seorang polwan bernama Kiani Irawati, berpangkat Ajun Inspektur Satu. Aiptu Kiani termasuk petugas yang berprestasi, sementara kebanyakan polwan di satuannya ditempatkan di bagian lalu lintas atau administrasi, semangat dan keberanian Kiani membuatnya berhasil memasuki satuan reserse. Kerja kerasnya dalam menyidik dan memberantas kejahatan membuat pangkatnya cepat naik dan boleh dibilang memancing rasa iri dari sesama rekannya yang laki-laki. Namun Aiptu Kiani tak begitu mempedulikan itu, dia fokus dengan pekerjaannya untuk menegakkan keadilan. Dia terutama paling bersemangat memberantas sindikat pelacuran dan perdagangan manusia, karena kedua jenis kejahatan itulah yang paling dia benci dan ingin hapuskan dari muka Bumi. Penggerebekan malam itu pun terjadi atas hasil penyelidikan Aiptu Kiani dan desakannya kepada Kapolsek setempat, Ajun Komisaris Polisi Mauli. Sebelumnya, Aiptu Kiani sudah berhari-hari bolak-balik menyodorkan berkas-berkas dan bukti-bukti foto hasil pengintaian kepada AKP Mauli, namun sang Kapolsek tidak juga bereaksi. Akhirnya setelah cukup lama AKP Mauli mengizinkannya melakukan penggerebekan. Di tengah kesunyian dan kegelapan malam, Aiptu Kiani dan rekan-rekannya mengendap-endap memasuki pagar kompleks itu. Mereka berpisah menjadi dua kelompok untuk mendobrak masuk ke bangunan terbesar di dalamnya. Kiani dan lima rekannya akan masuk lewat depan bangunan mirip gudang yang menjadi target operasi. Pintu besarnya terbuka sedikit. Sambil memegang senjata terkokang, Kiani pelan-pelan melebarkan pintu sementara rekan-rekannya menyalakan senter.<p>"Polisi..." teriak seorang petugas selagi mereka berlima masuk sambil menodongkan senjata. Yang menyambut mereka adalah ruangan kosong dan gelap. Cahaya senter yang disorotkan ke sekeliling ruangan memperlihatkan tumpukan peti-peti berukuran raksasa, seperti yang biasa dilihat di gudang pabrik. Mereka tidak menemukan saklar lampu.<p>"Kita masuk, selidiki!" kata Aiptu Kiani. Yang lainnya mengangguk lalu pelan-pelan bergerak. Tiba-tiba mereka mendengar bunyi berderak dari atas lalu"DOR! DOR!"<br /> Bunyi tembakan memecah sepinya gudang itu dan membuat kelima polisi terpencar mencari perlindungan. Mereka berlima menyelinap di sela peti-peti raksasa, dalam suasana remang-remang, menghindari penembak yang mereka kira ada di atas. Terdengar suara langkah orang berlari menginjak permukaan peti, Kiani menduga ada banyak orang selain mereka di dalam gedung itu, berlari-lari di atas tumpukan peti. Posisi para polisi kurang bagus karena penyerang mereka ada di atas. Ditambah lagi, mereka bergerak dalam gelap, hanya dibantu senter yang mereka bawa. Kelompok yang masuk dari belakang belum bertemu dengan mereka. Kiani berlindung di gang di antara dua peti raksasa, menggenggam pistol dengan kedua tangan, berdebar-debar. Dia tidak tahu posisi teman-temannya. TRAK! TRAK! TRAK! Kiani mendengar langkah-langkah dan melihat bayangan orang berkelebat di atas. Ada orang di atas peti di depannya! Kiani langsung melepaskan tembakan ke arah bayangan itu. Bunyi pistol bergema di dinding-dinding peti di sekelilingnya, membuat kedua telinganya berdenging. Kiani meringis selagi melihat bayangan itu terus bergerak, tembakannya tidak kena. Dia terpancing untuk mengikuti gerakan orang yang tadi mau ditembaknya, dan bergerak mengejar menyusuri sela-sela peti. Ketika mengejar sambil mengikuti gerakan buruannya di atas, Kiani lengah dan tidak melihat arah larinya. Dia tersandung dan terjatuh, pistolnya terlepas dari genggaman. Sebelum dia mampu bangkit lagi, dia merasakan ada dua orang mendekatinya. Kiani merasakan salah satunya memukul tengkuknya. Sang polwan berusaha bertahan, namun pandangannya jadi kabur dan dia pun kehilangan kesadaran.<p>*****<p>Selain gigih dan bersemangat, Aiptu Kiani Irawati juga bisa dibilang berpenampilan menarik. Tubuhnya yang jangkung dan atletis karena latihan fisik rutin itu tetap memiliki lekuk-lekuk yang feminin, dengan dada berukuran 36C, sepasang kaki panjang dan indah, perut rata, dan pantat kencang. Wajahnya yang cantik dibingkai rambut yang dipotong pendek sesuai ketentuan namun tetap apik. Dalam seragam polisi pun dia tetap tampak menawan. Kiani belum menikah, namun sejauh ini dia sudah menampik lamaran dan pendekatan beberapa rekan sesama polisi. Dia merasa belum berminat untuk berkeluarga dan masih ingin melanjutkan perjuangannya memberantas kejahatan. Dalam keadaan pingsan pun dia tetap tampak menawan. Itulah yang dirasakan seorang laki-laki bertato, berjaket hitam, dan berkacamata hitam yang sedang menghadapi Kiani Irawati yang digeletakkan dalam keadaan tidak sadar di depannya. Sebagai seorang pedagang manusia, dia biasa menilai harga perempuan-perempuan yang telah dia jerat untuk dijebloskan ke dunia prostitusi. Polwan ini, yang dibawa anak buahnya setelah mereka berhasil melumpuhkan penggerebekan polisi terhadap salah satu lokasi tempat operasinya, berharga tinggi. Tapi dia tidak akan memperlakukannya sama dengan gadis-gadis kampung yang ditipu dengan iming-iming pekerjaan lalu dia jual ke tempat-tempat hiburan di dalam dan luar negeri. Yang ini beda.<p>"Siapkan dia" perintah si pemimpin sindikat.<p>Sejumlah orang segera mengerubungi polwan cantik yang pingsan itu.<p>*****<p>Kiani merasakah posisi tubuhnya berdiri ketika dia sedikit demi sedikit sadar dari pingsannya. Lengannya terangkat ke atas, dia merasakan kedua pergelangan tangannya diikat dan ikatannya terhubung dengan sesuatu yang menggantung di atas depan kepalanya. Berikutnya dia rasakan kedua kakinya menjejak suatu permukaan keras, tapi tidak bisa bergerak karena pergelangan kakinya juga terikat. Posisi kedua kakinya merentang membentuk huruf V terbalik. Tubuhnya berposisi membungkuk sedikit ke depan. Gelap, dia tak bisa melihat apa-apa. Tapi dia masih bisa merasakan bahwa dia masih berpakaian. Tiba-tiba ruangan tempat Kiani berada menjadi terang. Kiani silau sesaat, lalu membelalak ketika menyadari dia sedang berada dalam satu ruangan yang seluruh dindingnya dipasangi cermin, mirip suatu studio senam atau dansa. Maka Kiani bisa melihat bayangannya sendiri, dan dia kaget karenanya. Dugaannya mengenai posisi tubuhnya tidak salah; kedua pergelangan tangannya memang terikat dan berposisi di atas kepala. Ketika dia melihat ke bawah, kedua pergelangan kakinya terikat ke satu batang besi, berposisi sedemikian sehingga dia dipaksa setengah mengangkang. Namun dia paling terkejut melihat penampilannya sendiri. Kiani sehari-hari hanya mengenakan seragam polisi dan jarang berdandan. Itu sebabnya dia terkejut melihat penampilan sosok perempuan terikat di cermin besar di hadapannya. Perempuan itu bermake-up tebal, dengan eyeshadow biru dan lipstik merah terang. Lehernya dikelilingi kalung ketat mirip kalung anjing dengan cincin yang terkait dengan rantai di depan. Dan dia mengenakan pakaian yang seumur hidup belum pernah dia pakai, kemben pendek hitam dari bahan yang menerawang, rok lipit merah kelewat pendek yang sepertinya menutup bagian bawah pantatnya pun tidak, stocking jala hitam setinggi setengah paha, dan sepatu platform ber-hak tinggi warna merah hitam yang mencolok. Hanya rambutnya saja yang tidak diapa-apakan.<p>"Apa... apa-apaan ini..." bisiknya kepada diri sendiri. "Kenapa aku jadi seperti ini?"<p>Jawabannya segera tiba. Di hadapannya, muncul banyak laki-laki bertampang seram. Yang memimpin mereka adalah seorang laki-laki berjaket kulit hitam dan berkacamata hitam. Kiani melihat leher laki-laki itu bertato, di kedua punggung tangannya pun terlihat tato, jadi mungkin si Jaket Hitam sekujur tubuhnya bertato seperti anggota Yakuza. Sebagian wajah si Jaket Hitam tertutup kacamata hitam besar, namun Kiani bisa melihat dia tercukur rapi dan senyum licik melintang dibingkai garis rahangnya yang tegas. Si Jaket Hitam menggenggam kain berwarna coklat di tangannya.<br />"Kiani Irawati" kata si Jaket Hitam, membaca tulisan yang tertera di gumpalan kain coklat yang tadinya adalah seragam Kiani itu."maaf ni seragamnya rusak gara-gara anak buahku gak becus bukain baju cewek. Maklum, biasanya mereka main sobek aja. Suka nggak sama gantinya yang lagi kamu pakai sekarang?"<br />"Kamu...!" Kiani berusaha menggertak. "Lepaskan saya sekarang juga. Jangan macam-macam dengan polisi!"<br />"Ckckck, galak amat si non" ejek si Jaket Hitam. "Kalau aku nggak mau, emangnya kenapa? Nggak bisa gitu dong. Aku paling nggak suka kalau ada orang ganggu urusanku. Termasuk polisi."<br />"Kamu penjual manusia!" teriak Kiani. "Justru bajingan macam kamu mesti diberantas. Tunggu saja, sekarang pasti back-up dari kantor bakal datang ke sini!"<br />"Mana? Dari tadi nggak ada tuh. Jangan sombong, non. Mentang-mentang pake seragam polisi, terus kamu bisa ngebacot seenaknya di depanku? Cuh! Perempuan gak tahu diri" ancam si Jaket Hitam.<br />"Jahanam!" teriak Kiani yang masih berani. "Aku tahu apa saja dosamu. Kamu jerumuskan gadis-gadis yang polos, pura-pura menawari pekerjaan, padahal mereka terus kamu jual ke pelacuran! Manusia hina! Kalau tertangkap, kamu bakal masuk penjara seumur hidup sampai busuk!"<br />"Eh, banyak bacot kamu. Dengar ya, aku ini pengusaha baik-baik. Anggap saja penyalur tenaga kerja. Aku beneran nawarin kerjaan kan? Mereka juga awalnya mau kan diajak kerja? Salahin tuh pemerintah yang gak becus nyediain lapangan kerja. Aku sih bantu mereka biar bisa cari duit" kata si Jaket Hitam.<br />"Apanya yang ngebantu?" seru Kiani gusar. "Memangnya aku nggak tahu kamu apakan saja gadis-gadis itu? Kamu... kamu siksa mereka!, Kamu perkosa mereka!, Kamu iblis!"<br />"Cerewet... Sudah cukup ngomongnya" kata si Jaket Hitam.<p>Dia memungut segumpal kecil kain, yang Kiani kenali. Itu celana dalamnya sendiri. Kiani jadi sadar juga bahwa di bawah rok superpendek yang dipakaikan anak buah si Jaket Hitam, dia tidak pakai apa-apa.<br />"Mmphh!!" Kiani memprotes tanpa hasil ketika celana dalamnya sendiri dijejalkan ke mulutnya oleh si Jaket Hitam.<p>Si Jaket Hitam kemudian menjulurkan tangan ke belakang, meminta sesuatu ke anak buahnya. Rupanya satu lagi perlengkapan Kiani, pentungan karet. Kiani membelalak, memandangi si Jaket Hitam, bersiap menerima pukulan dari pentungannya sendiri. Tapi bukan itu yang dilakukan si Jaket Hitam.<br />"Tahu nggak, sayang bener kamu jadi polisi, kata si Jaket Hitam, ketika berdiri tepat di depan Kiani. "Bisa lihat sendiri bayangan kamu kan. Aku aja lebih seneng lihat kamu kayak gini. Kamu cakep, badanmu bagus, dadamu gede" si Jaket Hitam mengatakan itu sambil menyentuhkan ujung pentungan ke payudara kiri Kiani yang menyembul di balik kemben transparan. "Kamu lebih cocok pakai baju ini, dandan yang cantik, daripada pakai seragam coklat jelek itu. Pasti banyak yang suka sama kamu, dan kamu bakal cepat dapat banyak duit. Mau ikut aku aja? Daripada kamu kerja begini, gaji kecil, dicela-cela masyarakat, ntar juga mesti korupsi biar bisa hidup. Kamu mau, Kiani?"<p>Kiani tidak bisa ngomong karena mulutnya disumpal celana dalam, dia hanya menggeleng sambil memandangi Jaket Hitam dengan tatapan benci.<br />"Tidak?" kata si Jaket Hitam sambil tersenyum mengejek.<br />"Tahu nggak, aku paling nggak suka sama perempuan yang bilang tidak"<br />Jaket Hitam tertawa dan Kiani langsung melotot ngeri ketika dia merasakan ujung pentungan karet yang digenggam musuhnya mengelus-elus kemaluannya. Kembali Kiani menggelengkan kepala, namun kali ini ekspresinya berubah menjadi takut. Andai tidak dibungkam, mungkin kata-kata yang keluar adalah permohonan agar yang hendak dilakukan si Jaket Hitam jangan dilakukan. Jaket Hitam tidak peduli. Setelah cukup lama menggosok-gosokkan ujung pentungan itu ke kemaluan Kiani, Jaket Hitam merogoh ke bawah, menjolokkan satu jarinya sedikit ke dalam belahan kemaluan Kiani. Polwan itu terpekik, Jaket Hitam dapat merasakan basah di jarinya.<br />"Udah siap nih..." kata Jaket Hitam sambil nyengir.<br />Kiani berusaha meronta melepaskan diri tapi ikatan di tangan dan kakinya membuat dia tak mampu menghindar dari nasib buruk yang akan segera menimpanya. Dan datang pula tindakan keji itu. Si Jaket Hitam menjolokkan pentungan karet ke dalam kemaluan Kiani yang perawan, menembus lapisan tipis perlambang kesucian Kiani sebagai seorang gadis. Kiani merasakan sakit di selangkangannya dan air mata mengalir dari sudut matanya selagi dia menyadari betapa tak berdayanya dia di tangan bajingan ini. Tiba-tiba Kiani teringat dengan keluarganya yang tinggal di kota lain, ayah ibunya yang selalu membangga-banggakan dia, dan janjinya sendiri kepada mereka untuk selalu menjaga diri. Hari itu Kiani mesti mengorbankan sesuatu yang sangat berharga baginya sebagai risiko pekerjaannya.<p>Darah perawan yang mengalir sepanjang pentungan dicolek sedikit oleh Jaket Hitam, lalu dengan kejam dia menunjukkan jarinya yang bernoda darah itu ke depan mata Kiani. Jaket Hitam melanjutkan ejekannya dengan mengulum jari itu. Kiani hanya bisa menangis sambil terbungkam. Si Jaket Hitam mendesakkan lagi pentungan polisi itu ke dalam kemaluan Kiani, lalu melepas pegangannya. Polwan yang baru diperawani itu kini berdiri agak membungkuk dengan kaki setengah mengangkang, dan terlihat sebatang pentungan karet tertancap tak senonoh di balik rok mininya, dengan sedikit darah mengalir di permukaannya. Si Jaket Hitam tertawa, lalu menyuruh anak buahnya mendekat. 12 laki-laki bertubuh besar dan bertampang seram lalu mengerubungi Kiani.<br />"Silakan dinikmati" kata si Jaket Hitam yang lantas berbalik keluar dari kerumunan itu.<p>Kiani hanya bisa memandang ketakutan selagi wajah-wajah seram dan bernafsu di sekelilingnya mendekat. Salah seorang di antara mereka kemudian mencubit-cubit putingnya, membuat Kiani meringis walau cubitannya tidak keras. Kiani merasa dikhianati tubuhnya sendiri karena putingnya terasa lebih keras. Seorang di antara mereka yang berkepala botak menarik kaos kemben yang dipakai Kiani ke atas sehingga sepasang payudara 36C Kiani terpamerkan di depan mereka. Si Botak kemudian meraih payudara kanan dan mulai menjilati puting Kiani. Lidah si Botak menjalar dari ujung puting ke area berwarna gelap di sekelilingnya. Kemudian, si Botak membuka mulutnya lebar-lebar dan mencoba melahap sebanyak mungkin bagian payudara Kiani. Kiani meronta-ronta, tapi tubuhnya dipegangi oleh yang lain. Mau teriak jelas tidak bisa karena mulutnya tersumpal celana dalam. Namun di antara teriakannya, terselip satu erangan yang dianggap orang-orang sekelilingnya sebagai tanda Kiani mulai terbawa birahi. Mendengar itu si Botak makin semangat mengisap payudara Kiani.<p>Tak lama kemudian, tangan kirinya meremas payudara kiri sang polwan sementara tangan kanannya turun ke paha Kiani.<br />"Eh, tangan lu mau ke mane tuh?" seorang teman si Botak yang berambut gondrong berkomentar iseng.<br />Si Botak mencabut pentungan yang memerawani Kiani, dan mulai menjamah bibir vagina Kiani. Sekali lagi erangan lembut keluar dari mulut Kiani. Si Botak langsung menjebloskan satu jarinya ke dalam kemaluan Kiani yang basah. Tak lama kemudian dia memasukkan satu jari lagi sambil mengocok-ngocok bagian dalam vagina Kiani. Kiani meronta-ronta tanpa daya.<br />"Mhhghh!!" desah Kiani, tak mampu menahan sensasi yang ditimbulkan jari-jari si Botak.<p>Si Gondrong kini ikut beraksi, dia bergerak ke belakang Kiani lalu ikut merogoh kemaluan Kiani. Kiani mendengar suara resleting dibuka. Si polwan menoleh ke belakang dan menyadari apa yang mau dilakukan si Gondrong. Anak buah si pedagang manusia itu menyibak rok supermininya dan menggenggam kedua sisi pantatnya, membuka belahan pantatnya sampai lubang duburnya terlihat. Kiani panik ketika sadar apa yang mau dilakukan si Gondrong. Polwan yang malang itu makin keras meronta, berusaha melepaskan diri dari penganiayaan seksual yang dialaminya. Kiani pun merasakan sesuatu menempel di pintu masuk bokongnya...kepala penis si Gondrong. Dia menjerit dan berusaha menggerakkan pantatnya agar menjauh dari calon penerobos itu, tapi dua orang lagi yang mengerumuninya, satunya brewokan sementara satunya lagi berambut cepak dengan codet besar di dahi, menahan tubuhnya sehingga dia tak bisa lolos. Pelan-pelan kepala burung si Gondrong mendesak lingkaran pintu duburnya dan mulai menerobos liang pantatnya.<p>Di tengah rasa sakit akibat awal pemerkosaan terhadap pantatnya, tiba-tiba Kiani kuatir dia bisa cedera lebih parah kalau dia terus bergerak. Si Gondrong terus mendesakkan burungnya yang panjang itu ke dalam ujung belakang saluran pencernaan Kiani sementara si Botak di depannya ganti mengenyot-ngenyot payudara kiri Kiani sambil mengobel kemaluan Kiani dengan tiga jari. Si Brewok dan si Codet mulai memegang-megang tubuh Kiani juga. Begitu seluruh penisnya masuk ke dubur Kiani, si Gondrong bilang ke teman-temannya<br />"Sempit banget nih boolnya! Kenceng jepitannya, gue ampe ga bisa gerak!"<br />Sesudah ngomong begitu, si Gondrong langsung menyodomi Kiani dengan penuh semangat, dengan cepat memaju-mundurkan pinggangnya menggempur pintu belakang si polwan tanpa ampun. Kiani menjerit-jerit selagi tubuhnya yang dikekang terguncang-guncang dan penis si Gondrong merojok saluran pembuangannya. Tapi rupanya si Gondrong memang terlalu bersemangat, dan tidak lama kemudian Kiani merasakan semburan hangat di dalam tubuhnya. Kiani meringis dan berusaha menguatkan diri. Untuk pertama kalinya tubuhnya dinodai benih lelaki. Tapi semangat Kiani masih membara. Dia merasakan bahwa inilah risikonya memerangi kejahatan. Orang lain bisa cacat atau tewas dalam tugas. Mungkin diperkosa juga termasuk risiko. Andai dia bisa lepas dari pelecehan ini, Kiani berjanji, dia akan penjarakan semua bajingan yang telah menodainya.<br />"Hahaha, cepet amat lu?" si Brewok mengejek si Gondrong.<br />"Diem lu, asu" kata si Gondrong yang benar-benar kesal karena kecepatan muncrat.<br />Si Brewok mencabut celana dalam yang menyumpal mulut Kiani, dan langsung dihadiahi semprotan ludah dari si polwan.<br />"E-e-e, kok galak banget?" si Brewok cuma tertawa sambil menyeka wajahnya yang diludahi. Si Brewok lantas menggenggam wajah Kiani dan memuji<br />"Cakep juga ya lonte kita?"<br />"Polwan dia, bukan lonte" kawannya, si Codet, membetulkan.<br />"Mana ada polwan bajunya kayak gini? Yang biasanya pake rok mini ama kemben terus ngangkang di pinggir jalan kayak dia ini ya jablay" balas si Brewok.<br />"Awas kalian semua!" Kiani masih berani mengancam. "Kalau sampai ketangkap biar kalian dihukum seberat-beratnya... MMMM!!"<br />Si Brewok membungkam Kiani dengan cara mencium paksa. Bersamaan dengan itu, si Botak makin kencang mengobel kemaluan Kiani, jari-jarinya keluar-masuk dengan begitu cepat. Kiani belingsatan akibat aksi jari si Botak. Dia meronta-ronta dengan liar dan terengah-engah.<br />"Eh, memek dia udah becek banget nih!" seru si Botak selagi Kiani mulai mengerang-erang gelagapan.<p>Si Botak rupanya sangat ahli memainkan jari-jarinya. Kiani mencoba untuk melawan rangsangan kenikmatan yang diberikan, tapi dia sulit sekali melakukannya. Beda dengan ketika diperawani dengan pentungan maupun disodomi oleh si Gondrong tadi. Yang dia rasakan hanya sakit sehingga dia lebih mudah menolak kedua tindakan itu, biarpun hanya dalam niat. Tapi lihainya jari-jari si Botak menjolok, menowel, dan mengelus membuat tubuh Kiani berkhianat dan jatuh ke godaan nafsu. Pikiran Kiani mulai goyah dan buyar. Polwan itu mencoba menyangkal, tapi gagal. Ciuman si Brewok berakhir, dan dalam hitungan detik, Kiani melolong.<br />"OooooOOOOHHH!!!"<br />Orgasme pertama yang pernah dirasakannya itu membuat tubuh Kiani terkejang-kejang dan akhirnya terkulai. Andai tangannya tidak terikat ke tali yang menggantung, mungkin Kiani bakal ambruk ke lantai.<br />"Hei lonte! Enak kan kobelan gue?" si Botak meneriaki Kiani.<br />"Aku... bukan... lonte..." rintih Kiani di sela nafasnya yang tersengal-sengal.<p>Si Jaket Hitam, setelah melihat Kiani kelelahan karena orgasme, menyuruh anak buahnya melepas ikatan sang polwan. Kiani tetap tak bisa bergerak meski seluruh ikatannya sudah dilepas karena anak buah si Jaket Hitam memeganginya. Si Jaket Hitam mendekati Kiani dengan membawa sesuatu. Kiani tidak sempat melihat apa benda itu, tapi dia langsung merasakannya: sebuah jarum suntik yang ditusukkan si Jaket Hitam ke lengan atasnya. Kiani menjerit sejenak, kaget dan kesakitan. Obat penenang ringan yang disuntikkan ke tubuh Kiani cepat bereaksi. Polwan itu jadi kehilangan keinginan untuk meronta dan melawan. Timbul rasa hangat yang menentramkan di tubuhnya. Si Jaket Hitam memerintahkan anak buahnya melepas Kiani. Karena sudah dipengaruhi obat, Kiani tak berusaha bangkit.<br />"Enghh...." desah Kiani selagi tubuhnya bergulung dari posisi menyamping ke telentang.<p>Tanpa dapat melawan, tangannya bergerak sendiri mencengkeram payudaranya yang besar. Bukan cuma obat penenang yang barusan memasuki tubuh Kiani, tapi juga obat perangsang. Si Jaket Hitam merogohkan tangannya ke selangkangan Kiani yang banjir, meraup cairan kewanitaan Kiani, lalu mendekatkan tangannya yang basah ke hidung Kiani.<br />"Tuh, cium. Memek kamu sendiri tuh. Becek pertanda pengen. Sudah sadar belum kalau kamu itu cuma lonte?"<br />"Ahhh!" Kiani mendesah selagi si Jaket Hitam menusuk-nusukkan tiga jari keluar-masuk vaginanya.<p>Tapi setiap kali Kiani akan mengalami klimaks, si Jaket Hitam berhenti. Si penjual gadis itu memang ahli, dia tahu bagaimana cara menyiksa perempuan dengan merangsang sampai nyaris orgasme tapi tidak membiarkan mereka mencapai kenikmatan puncak. Sudah beberapa menit dia memain-mainkan Kiani dengan cara itu. Dia memandangi korbannya sambil senyum sadis.<br />"Terus?"<br />"Jangannnn...." suara lirih Kiani menunjukkan dia masih sedikit sadar, dan berusaha menolak perlakuan si Jaket Hitam.<br />"Terusin aja, ya" si Jaket Hitam melanjutkan godaannya terhadap tubuh Kiani.<br />"Kok memek kamu ngejepit jariku ya. Kamu pengen terus kan? Mulut yang atas bilang jangan tapi yang bawah bilang pengen. Yang mana nih?"<br />"Ah... ahh... Nghaa!!" Kiani merajuk ketika si Jaket Hitam kembali mencabut jari-jarinya. Si Jaket Hitam mengusapkan jari-jarinya yang berlumuran cairan cinta itu ke rok merah Kiani.<br />"Bos, udah boleh belum?" si Codet bertanya, karena dari tadi belum sempat melakukan apa-apa.<br />"Sabar. Tunggu sampai dia minta sendiri" kata si Jaket Hitam sambil nyengir "Kelihatannya sih dia udah pengen, cuma dia gengsi aja gak mau bilang"<br />"Ahh... ahh...." Kiani mendesah-desah seksi, badannya ingin mencapai klimaks lagi. Pikirannya syok. Dia tidak mengerti kenapa badannya berkhianat dan menanggapi jamahan penjahat-penjahat cabul itu. Dia juga tidak habis pikir kenapa badannya terasa meminta disetubuhi mereka. Lebih parah lagi, ketika dia menoleh dan melihat bayangan wajahnya sendiri di cermin yang menutup seluruh dinding ruangan, dia bisa melihat betapa mesum wajahnya ketika si Jaket Hitam sedang mencolok-colok alat kelaminnya. Rasa malu mulai melanda si polwan. Nafasnya mulai memburu, kedua buah dadanya yang besar dan indah itu naik turun.<br />"Ayo mulai lagi" kata si Jaket Hitam sambil memasukkan jari-jarinya lagi ke alat kelamin Kiani. Dia menggerakkan jari-jarinya perlahan keluar-masuk. Senyumnya tambah lebar waktu merasakan dinding vagina Kiani mulai mencengkeram jari-jarinya.<br />"Harus tahan. Harus melawan. Nggak boleh kalah dengan nafsu. Ini tidak benar". Pikiran Kiani berusaha melawan.<br />Kiani memalingkan muka, tidak mau memandang si Jaket Hitam. Tapi si pedagang manusia malah mendapat sasaran baru, dia meniup dan mengulum telinga Kiani sambil terus mengocok kemaluan Kiani. Otot-otot vagina Kiani mengetat di sekeliling jemari si Jaket Hitam. Ruangan itu kini penuh bunyi nafas dan desahan, ditingkahi bunyi becek dari kemaluan Kiani. Tapi si Jaket Hitam tidak mau membiarkan Kiani mencapai klimaks. Dia tiba-tiba menarik jarinya tepat ketika Kiani mulai terlihat keenakan.<br />"Jangaann!!" ratap Kiani. Tubuhnya terasa panas terbakar nafsu. Dia sudah tidak tahu apa yang mau dia bilang, jangan lakukan atau jangan hentikan?<br />"Jangan stop gitu maksudnya? Bilang aja kalau pengen, dasar lonte" kata Jaket Hitam.<br />Kiani mulai tak mampu menahan pengaruh obat perangsang yang telah disuntikkan dan ulah si Jaket Hitam yang berkali-kali membawanya nyaris ke puncak kenikmatan namun selalu berhenti. Polwan cantik itu frustrasi, jantungnya berdebar-debar dan tubuhnya gemetar selagi dia dibuat menggeliat-geliat akibat terlanda birahi. Tinggal sedikit lagi, pertahanannya akan bobol. Jaket Hitam menyelipkan lagi dua jarinya ke belahan kewanitaan Kiani. Kali ini nanggung, seolah tidak berniat memasukkannya. Dan Kiani tak tahan lagi. Tangan Kiani menahan tangan si Jaket Hitam agar tidak pergi.<br />Si Jaket Hitam tertawa. "Eits, mau apa nih?" tanyanya dengan nada mengejek. "Kok dipegangin?"<br />Kiani menggigit bibir, matanya berkaca-kaca. Dia tahu dia tidak kuat lagi menahan nafsu. Dia ingin jari-jari si Jaket Hitam, dan bukan hanya itu, memasuki vaginanya, menerobos kewanitaannya, membawanya ke puncak gairah.<br />"Kamu pengen?" bisik si Jaket Hitam ke telinga Kiani, disusul jilatan sepanjang cuping telinga Kiani dari bawah ke atas.<br />"IYA!!" jeritan Kiani pecah, tidak lagi peduli apa akibatnya "Tolong...!!! gituin lagi... jangan godain.... augh.... ahh..."<br />Serta-merta si Jaket Hitam menarik jarinya dan menyerahkan Kiani ke tangan belasan anak buahnya yang sudah merubung. Segera saja satu orang duduk di lantai, menarik Kiani ke atas pangkuannya, lalu menyetubuhi Kiani dengan posisi woman on top. Orang kedua memposisikan diri di belakang Kiani lalu menggagahi pantat Kiani. Kiani menjerit kesakitan karena orang tadi memaksa memasukkan penisnya dengan kasar. Orang ketiga melihat mulut Kiani terbuka lebar, lalu menggenggam wajah Kiani dan memerkosa mulut Kiani. Orang keempat dan kelima menggenggam tangan kiri dan kanan Kiani dan memaksa Kiani mengocok kemaluan mereka. Yang lainnya menunggu giliran dengan tak sabar selagi si polwan menjerit-jerit ketika dipaksa melayani begitu banyak laki-laki.<p>*****<p><strong>5 jam kemudian</strong><p>"Minggir!" seorang petugas polisi berusaha menghalau para juru foto dan wartawan yang entah bagaimana caranya sudah merubung TKP.<br />"Bubar semua!" Beberapa petugas lain sampai terpaksa menendang dan merampas kamera para nyamuk pers itu karena mereka tidak juga mau pergi.<br />"Waduh" gumam seorang perwira polisi bertubuh gemuk yang bertahi lalat di pipinya ketika dia mendekati pusat perhatian para wartawan tadi.<p>Polisi gemuk itu, Kapolsek AKP Mauli, geleng-geleng kepala. Anak buahnya sudah berhasil mengusir semua orang selain polisi yang merubung TKP. Tapi yang jelas semua wartawan tadi sudah mendapatkan foto pemandangan yang baru bisa dilihat AKP Mauli. Rombongan AKP Mauli dan anak buahnya datang ke kompleks bangunan yang tadi digerebek Aiptu Kiani Irawati dan beberapa anggota lain. Tim penggerebek ternyata disergap ketika berada di dalam gudang dan beberapa orang terluka kena tembak. Jumlah mereka kalah banyak dan mereka terpaksa mundur, namun ketika mundur mereka kehilangan Aiptu Kiani yang tertangkap oleh para penjahat. Mereka meminta bantuan, namun oleh AKP Mauli mereka disuruh mundur dulu ke Polsek, sambil membawa anggota yang terluka. Lima jam kemudian AKP Mauli baru mengerahkan tim penyelamat yang dipimpinnya sendiri ke tempat kejadian.B Orang-orang sindikat perdagangan manusia telah lari entah ke mana, tapi para wartawan foto justru lebih dulu datang ke sana. Ketika menggeledah semua bangunan di kompleks, ditemukanlah satu ruangan dengan dinding-dinding cermin. Di situlah AKP Mauli dan anak buahnya, serta para wartawan sebelum mereka, menemukan Aiptu Kiani Irawati. Kiani Irawati tergeletak tak sadarkan diri di lantai, dengan tubuh nyaris telanjang. Di dekatnya terlihat kemben dan rok mini merah, keduanya bekas disobek paksa. Kedua kaki Kiani masih mengenakan stoking jala dan sepatu hak tinggi, di wajahnya terlihat bekas-bekas make-up tebal yang sudah berantakan. Di seluruh tubuhnya terlihat bekas-bekas cipratan mani; cairan putih benih lelaki juga terlihat berleleran dari mulutnya dan vaginanya yang tak tertutup apapun. Sementara, yang lebih mengenaskan, di lubang duburnya menancap pentungan karet polisi. Pentungan itu masuk cukup dalam. Tanpa banyak bicara, AKP Mauli menyuruh anak buahnya mengevakuasi Kiani dan menyegel TKP. Tapi sebelumnya dia tak lupa menyuruh TKP dipotret untuk dokumentasi. Lengkap seperti ketika ditemukan.<p>*****<p><strong>Beberapa hari kemudian</strong><p>Insiden penggerebekan yang gagal itu langsung diberitakan di koran. Pers tidak menyia-nyiakan berita kriminal yang berpotensi meledak dan berbumbu seks. Sementara koran-koran serius hanya menyelipkan artikel kecil di halaman kriminal, koran-koran kelas rendah dan sensasional mengeksploitasi habis-habisan kisah Kiani, polwan cantik yang bernasib naas dan dinodai komplotan penjual perempuan. Foto-foto Kiani dalam keadaan ketika ditemukan oleh para wartawan, setelah disensor, melengkapi berita-berita itu, berikut foto wajah Kiani dalam keadaan normal yang entah mereka dapat dari mana. Satu koran malah sampai membuat laporan berbentuk narasi fiksi yang seolah menceritakan peristiwa yang dialami Kiani, dengan ditambah-tambahi rincian yang bersumber dari imajinasi cabul penulisnya. Foto-foto Kiani, dalam versi tak tersensor dan menampilkan Kiani dalam keadaan telanjang dan ternoda, juga menyebar di internet dan segera jadi bahan pembicaraan di komunitas-komunitas penggemar konten dewasa di Internet. Lalu, pda suatu hari, di internet muncul video amatir yang menampilkan Kiani ketika di-gangbang oleh para anak buah si Jaket Hitam. Identitas Kiani dalam video itu langsung dikenali karena ada beberapa kali sorotan cukup jelas ke wajahnya, ditambah lagi para pemburu bokep di Internet sudah hafal dengan wajah Kiani dari foto-foto sebelumnya. Beberapa foto Kiani dalam keadaan normal dan berseragam juga muncul dari sumber yang tak jelas, seolah mau menegaskan identitas Kiani sebagai seorang polwan. Kepolisian jelas kebakaran jenggot melihat publikasi tak terduga atas seorang anggotanya yang sebenarnya bernasib malang itu. Sempat dilayangkan surat peringatan kepada redaksi beberapa koran yang memberitakan pemerkosaan Kiani secara bombastis, tapi beritanya keburu beredar dan pernyataan maaf yang dimuat setelah diberi surat peringatan tidak dihiraukan orang.<p>Sementara itu, tidak ada yang bisa dilakukan terhadap bahan-bahan yang beredar di Internet. Jutaan orang bisa mengaksesnya dari ribuan sumber. Menteri yang mengurusi internet mencoba turun tangan dengan menyuruh blokir beberapa situs, tapi pemblokiran malah mengundang kecaman dari pengguna internet lain karena tidak tepat sasaran dan malah membuat berbagai situs biasa ikut terblokir. Seorang ahli telematika sempat berkomentar di media bahwa pemeriksaannya menunjukkan bahwa foto-foto dan video itu palsu, tapi kredibilitas orang yang mengaku ahli ini sangat diragukan dan masyarakat tak menggubrisnya. Yang paling dirugikan atas semua pemberitaan itu jelas Kiani. Dalam sekejap dia mendapat ketenaran yang tak diharapkan, dan dia menjadi objek fantasi seks banyak orang. Padahal dia baru saja mengalami sesuatu yang sangat mengerikan dan menggoncangkan. Apalagi kasusnya menjadi perhatian masyarakat, akibat pemberitaan yang begitu gencar. Ketika dirawat sementara di rumah sakit untuk pemulihan trauma pun wartawan mendatanginya untuk mewawancara maupun memotret. Ketika kepolisian melarang wartawan mendekati Kiani, mereka mengalihkan perhatian dengan mencoba mewawancara orangtua Kiani yang tinggal di kota lain. Yang terjadi malah berdampak buruk, orangtua Kiani malah stres karena dicecar wartawan dengan pertanyaan-pertanyaan yang kadang tak etis dan tak berperasaan. Sampai-sampai akhirnya mereka berdua jadi sakit karena terganggu. Setelah kesehatannya pulih pun Kiani mengalami depresi cukup berat. Dia tak lagi mampu kembali bertugas sebagai polisi seperti normal, dan harus menjalani rehabilitasi. Tiga bulan kemudian, Kiani meminta dibebastugaskan. Enam bulan sesudah penggerebekan yang berujung pemerkosaan terhadap dirinya, Kiani Irawati menghilang dari peredaran. Tak seorang pun tahu ke mana perginya mantan polwan cantik yang bernasib naas itu. Sementara itu, foto-foto dan video Kiani terus beredar di internet. Memang begitulah adanya. Sekali sesuatu terpasang di internet, hampir mustahil melenyapkannya.<p>*****<p><br /><strong>Setahun kemudian</strong><p><br />Laki-laki gendut dengan tahi lalat di pipinya itu dipersilakan duduk di meja terbaik, tepat di depan panggung di tengah klub malam yang temaram namun hingar-bingar dengan musik. Lima orang "sexy dancer" baru saja menyelesaikan tarian erotis yang menggoda para pengunjung klub, yang berkerumun di sekeliling panggung dengan tampang mupeng sambil bersuit-suit dan berusaha menjamah mereka. Seorang pembawa acara yang kebanci-bancian mengumumkan pertunjukan berikutnya.<br />"Yang berikutnya, pendatang baru di sini, Miss KIANI!!!"<br />Semua lampu mendadak dimatikan dan musik berhenti, lalu berganti irama hip-hop dengan lirik menjurus cabul. Seberkas sinar terang menerangi panggung, menunjukkan sesosok tubuh perempuan di tengah-tengahnya. Perempuan itu duduk di satu bangku dan menunduk, sehingga wajahnya tak jelas terlihat. Pakaiannya adalah kostum mirip seragam polisi wanita, tapi jelas-jelas bukan seragam polwan betulan karena mustahil ada polwan yang berani bertugas dengan pakaian seseksi itu. Dia mengenakan blus ketat berwarna biru berlengan pendek yang tidak sampai menutup perut, tapi lengkap dengan lencana dan tanda pangkat bohongan. Dia juga mengenakan rok lipit supermini hitam yang cuma menutup sampai bagian atas paha, dengan ikat pinggang lebar dan borgol yang menggantung di sana, juga sepasang sepatu but hitam ber-hak tinggi yang jelas-jelas bukan yang biasa dipakai polwan betulan. Di kepalanya dia juga mengenakan topi polisi. Lampu sorot segera memudar, digantikan lampu warna-warni yang menerangi panggung. Penonton bersorak menyambut dia "Miss Kiani", bintang baru di klub malam itu. Miss Kiani tidak lain adalah Kiani Irawati, dahulu seorang polwan, yang lantas berhenti dari pekerjaannya semula setelah dia diperkosa dan sesudahnya dipermalukan oleh pemberitaan. Setelah dia menghilang, entah apa yang terjadi kepadanya sampai dia akhirnya tampil di panggung itu.<p>Kiani mulai bergoyang, di tangannya dia memegang pentungan polisi, mirip dengan yang dulu dipakai si Jaket Hitam untuk memerawaninya. Dia mulai melangkah anggun berkeliling panggung. Ketika kembali ke tengah panggung, dia memutar-mutar pentungan di tangannya. Dia mengibaskan rambutnya yang kini panjang dan indah, tak lagi pendek seperti ketika menjadi polisi betulan. Kiani membalik badan dan memain-mainkan pentungannya di belakang pantatnya. Lalu dia pelan-pelan menungging sambil menggesek-gesekkan pentungan itu sepanjang garis selangkangannya. Kemudian dia berdiri tegak lagi, berbalik menghadap penonton, dan menjilat-jilat ujung pentungan. Dia lalu menaruh pentungan itu di panggung dan melepas topinya. Ketika dia melempar topinya ke penonton, terlihatlah wajahnya yang bermake-up tebal, dengan eyeshadow biru dan lipstik merah menyala. Kiani tersenyum ke penonton, lalu menjilat bibirnya yang sensual. Dia terus menari erotis sambil bergerak ke dekat bangku. Kemudian sambil membelakangi penonton, dia menumpukan kedua tangan ke bangku dan membungkuk ke depan sampai pantatnya menonjol menantang penonton. Setiap mata di depan panggung memandangi ketika bokong Kiani bergoyang dari kanan ke kiri.<br />"Buka! Buka! Buka!" Penonton berseru-seru.<p>Kiani tersenyum polos dan menunjukkan wajah pura-pura kaget dengan membelalak sambil menutup mulut dengan tangan. Lalu satu tangannya berkacak pinggang sementara tangan satunya memberi isyarat, mengacungkan telunjuk lalu menggoyang-goyangkannya. Lalu dia pelan-pelan membuka satu demi satu kancing blusnya dengan hati-hati sekali, sehingga blus pendek itu tidak langsung tersingkap. Akhirnya, setelah semua kancing terbuka, dia tiba-tiba membuka blusnya dengan sentakan dan langsung melempar blus itu ke penonton.<p>Blus itu mendarat begitu saja tanpa ada yang menyambut karena penonton melihat apa yang Kiani kenakan di bawahnya: serangkaian sabuk kulit mirip tali-tali bra, hanya saja tidak ada bagian cup yang menutup payudara 36C-nya. Kedua bulatan mempesona itu menonjol dikelilingi bebatan sabuk kulit hitam, putingnya ditutup dua penutup yang ujungnya digantungi rumbai-rumbai yang ikut bergoyang seiring goyangan dada Kiani. Kiani terus menari di tengah siulan dan teriakan nakal penonton. Kiani terus menggoda penonton dengan mencengkeram dan memain-mainkan kedua buah dadanya. Lalu dia menundukkan kepala dan menaikkan salah satu buah dadanya, kemudian menjilatinya. Penonton menyaksikan sambil menganga, air liur mereka sampai menetes. Kemudian, entah siapa yang mulai, terdengar lagi seruan "Buka! Buka! Buka!"<br />Penonton ingin lebih. Dengan senang hati Kiani menuruti permintaan itu, dia melepas payudaranya dan membuka ikat pinggangnya, lalu membuka roknya. Rok itu jatuh memperlihatkan celana dalam g-string yang hanya menutupi kemaluannya. Ketika dia berbalik badan, tampaklah bahwa di bagian belakang hanya sebaris tipis kain yang menyelip di antara kedua belahan pantatnya yang montok. Penonton bertepuk tangan dan bersuit-suit kegirangan. Melihat reaksi penonton, Kiani kembali ke bangku dan memungut pentungan polisi yang tadi ditaruhnya. Kembali dia gunakan pentungan itu untuk mengelus-elus kemaluannya, sambil wajahnya menunjukkan ekspresi dilanda birahi. Di depan penonton Kiani seolah-olah bermasturbasi menggunakan pentungan itu, dan musik sengaja dikecilkan volumenya agar terdengar suara-suara penuh nafsu dari bibir si mantan polwan. Tepuk tangan dan riuh suara penonton mencapai puncak ketika Kiani berpura-pura mengalami orgasme di panggung, kedua tangannya menggenggam pentungan yang sudah mendesak ke celana dalamnya, wajahnya terkulai ke belakang, matanya terpejam, mulutnya terbuka lebar dan melolong penuh nafsu. Pertunjukan Kiani pun usai dengan matinya lampu dan kata-kata pembawa acara "Sekali lagi tepuk tangan untuk bintang baru kita, MISS KIANI!!!"<br />Laki-laki gendut bertahi lalat di pipi itu menyaksikan seluruh pertunjukan dengan antusias, sampai-sampai dia tak memperhatikan bahwa seorang laki-laki lain yang berkacamata hitam, bertato, dan berjaket hitam duduk di kursi di sebelahnya. Si Jaket Hitam mencolek bahu laki-laki gendut itu dan mengajaknya bersalaman.<br />"Selamat ya Bung, debut anak buah Anda sukses" kata si Jaket Hitam.<br />"Hehehe, dia kan jadi anak buah kamu sekarang" balas si gendut.<br />"Sesuai perjanjian, Anda boleh gratis pakai dia kapan saja" kata si Jaket Hitam lagi.<br />"Habis ini, ya? Tolong siapin tempatnya. Aku udah pengen nyoba dia dari dulu"<br />"Sip Bos. Silakan tunggu di kamar belakang ya. Nanti dia kusuruh datang ke sana"<p>Sayang sekali, Kiani Irawati tidak menyadari bahwa dia telah dijerumuskan oleh atasannya sendiri. Ajun Komisaris Mauli selama ini menjadi beking si Jaket Hitam, pemimpin sindikat penjual manusia yang hendak ditangkap Kiani. Ketika Kiani meminta izin menggerebek sindikat si Jaket Hitam, Mauli sengaja mengulur waktu agar bisa memberitahu teman-temannya, dan menyiapkan jebakan untuk Kiani. Tertangkap dan diperkosanya Kiani adalah akibat rencana Mauli dan si Jaket Hitam. Tidak hanya itu; datangnya para wartawan ke TKP sebelum polisi, dan ramainya pemberitaan sesudahnya, juga digerakkan pasangan polisi korup dan penjahat itu. Mauli terus memantau Kiani setelah Kiani mengundurkan diri, dan menawarkan Kiani ikut suatu program rehabilitasi. Namun sebetulnya program itu adalah jebakan terakhir, dan Kiani kembali jatuh ke tangan si Jaket Hitam. Selanjutnya sang polwan cantik itu digojlok dan dihancurkan semangatnya sedemikian rupa dengan pemerkosaan dan penyiksaan hingga akhirnya Kiani berhasil dijinakkan untuk menjadi seorang perempuan pemuas nafsu yang biasa diperdagangkan si Jaket Hitam. Malam itu adalah malam pertama Kiani memulai kehidupan barunya.<p>Kiani sudah berganti pakaian dan dan menunggu orang pertama yang akan dilayaninya di dalam suatu kamar di belakang klub. Kini dia mengenakan set lingerie putih berenda yang seksi. Dia duduk di atas tempat tidur sambil tangannya meraba-raba daerah intimnya sendiri. Rambut hitamnya yang panjang menjuntai menutupi sebagian wajahnya yang bermake-up tebal. Pintu kamar terbuka dan tertutup kembali selagi si beking, Mauli, memasuki ruangan dan berjalan mendekati Kiani. Kiani memandangi wajah mantan atasannya itu penuh harap sambil dia berdiri untuk menyambutnya.<br />"Kita ketemu lagi, Kiani" kata Mauli sambil tersenyum sinis.<p>Perwira bertubuh gemuk itu tidak banyak bicara, dia langsung membalikkan tubuh Kiani dan mendorong si mantan polwan sampai terbungkuk di atas tempat tidur, lalu langsung memelorotkan celana dalam Kiani. Kiani menoleh dan melihat Mauli membuka celana. Tangan-tangan Mauli mencengkeram pantat bulat Kiani; terlihatlah tato hati yang dibuat si Jaket Hitam di atas pantat kiri Kiani. Beberapa detik kemudian, Mauli langsung menyerudukkan penisnya yang sudah tegang ke lubang vagina Kiani yang sudah diimpi-impikannya sejak pertama kali Kiani masuk menjadi anak buahnya. Kiani menanggapi dengan mengangkat kaki kirinya dan melibatkannya ke belakang, memeluk tubuh gendut Mauli. Kemaluannya sudah basah, dan menjepit senjata Mauli seolah-olah ingin segera mengeluarkan apa yang dikandungnya. Erangan dan desahan keluar dari mulut Kiani.<br />"Enak kan, Kiani? Ayo bilang!" perintah Mauli.<br />"Enak!!" kata Kiani di tengah rintihan. "Ngentot itu enak!"<br />"Hahaha!" Mauli tertawa.<br />"Memang kamu cocoknya buat dientot, Kiani! Badan bohai, tampang cakep, ngapain kamu jadi polisi? Mendingan kamu jadi lonte! Gimana, Kiani? Suka sama pekerjaan kamu sekarang?"<p>"Suka" Omongan Kiani sudah tersesuaikan dengan kehancuran mental yang telah dialaminya.<p>Dia tak lagi seorang polwan dengan semangat berapi-api untuk memberantas kejahatan, kini dia telah menjadi seonggok daging untuk memuaskan nafsu lelaki, tanpa keinginan selain menuruti birahi. Kakinya menarik tubuh Mauli lebih dekat, pantatnya bergerak-gerak membalas gerakan Mauli. Pinggul Mauli terus menghantamnya berulangkali, sementara tangan si perwira polisi mencengkeram buah dada besar Kiani. Persetubuhan terus berlanjut, seiring terjerumusnya Kiani Irawati ke dunia hitam.Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-16720956930979778342010-02-22T12:13:00.001+07:002010-02-22T19:56:32.157+07:00Adik Ipar Pemuas NafsuAku bernama john, usiaku sekarang 28, aku sudah menikah istriku berumur 24 tahun, ssetahun sudah aku menikah dengan istriku, dan selama ini aku tinggal di rumah mertuaku. Kehidupan seks ku agak terganggu dengan pengalaman sex ku terdahulu dimana aku berhubungan sex dengan kakakku mona (ingat cerita kecerobohan kakakku, sehingga aku memerawaninya). entah kenapa aku lebih bergairah dengan orang-orang disekitarku dan itu aku alami sejak menikah dan pindah bersama keluarga istriku.<p>Sex dgn istriku biasa-biasa saja, tapi yang membuatku benar-benar horny jika melihat adik iparku novi, dia berusia 21 tahun (tubuhnya sexy dan padat, pantatnya bikin setiap orang ingin merabanya,termasuk aku). Hal itu disebabkan karena dia berkebiasaan memakai bawahan sexy jika berada dirumah, sepert rok mini, celana pendek ketat bahkan sering dia bangun tidur hanya memakai celana dalam dan t-shirt saja, yang terakhir tentu saja membuat kepalaku pening.<p>Novi menggetahui kalau aku sering melirik ke arah pantat dan pahanya yang sekal, tapi dia bersikap cuek saja. Sampai pada suatu pagi, ketika itu hanya aku berdua dengan novi, istriku telah pergi kerja dan mertuaku pergi mengurusi businessnya. waktu itu novi memakai t-shirt putih dibawah pangkal paha sedikit dan celana dalam hitam yang sangat sexy. Mataku terus melirik ke arah gundukan di celana dalamnya dan kearah pantatnya yang bahenol yang hanya tertutup tali celana dalamnya. Aku sempat berpikr, apakah dia sengaja memancing kejantananku dengan pakaian seperti itu, dan memang aku sangat terangsang dan butuh pelampiasan. Ketika aku memperhatikan dia yang sedang membuat roti, tiba-tiba dia berkata<br />"kenapa sih ngeliatin terus?", aku jadi gelagapan dan novi menambahkan<br />"bilangin teteh lho!. apa tadi malem ngga dapet jatah?", aku makin terkesiap dengan komentarnya, tiba-tiba ada bunyi bell rumah terdengar, dan aku timpali "hus!! ngaco kamu nov, sana cepet pake celana kamu, jangan pake celana dalem doang, kalo aku masih bisa tahan, tapi kalo tamu yang datang mana tahan liat kamu begitu!!!" dan novi kembali berkomentar "ahh, males pake celana..panassss!!!" Ya sudah, aku mau bukain pintu dulu ada yang datang, kataku meninggalkannya di ruang makan.<p>Aku kaget sekali, ternyata yang datang kakak kandungku Mona, "hai, dik...nggak ada siapa-siapa yah, aku kangen sama kamu" aku membukakan pintu "cuma ada si Novi" sesampainya di ruang tamu, kakaku melihat celanaku mengembung dan dia langsung merabanya, "lagi ngapain hayo?" aku langsung mendorong kakakku Mona ke atas sofa di ruang depan dan "tolongin aku kak, aku lagi kepengen", kakakku mona langsung memelorotkan celana tidurku dan langsung melahap dan menjilati kontolku sementara aku berdiri memegang kepalanya.<br />"ohhhhh gila kak...enak banget" kataku sambil merem melek, 3 menit kakaku menghisap kontolku dan aku menyuruh kakakku menungging dan kusingkapkan roknya dan kutarik celana dalamnya lalu kumasukkan kontolku dari belakang, bless....enaknya. Sambil kugoyang pinggulnya "..oh..dik nikmat banget" kata kakakku.<br />"cepetan dik ntar novi datang"<br />aku tak perduli karena nafsuku sudah ke ubun-ubun sejak tadi pagi melhat body bahenol adik iparku. Dan beberapa menit kemudian aku mencapai puncaknya dengan spermaku menyembur kedalam memek kakakku mona.<br />"ohhh....kakk.....!!!" crot-crot-crot!!.<p>Buru-buru aku mencabut penisku dari memeknya dan kakakku pun langsung menaikan celana dalamnya lagi. Namun bersamaan dengan itu ketika kami berapihkan baju kami, tiba-tiba novi masuk, "ehhh..ada kakak!! tumben kak" katanya. Matanya curiga kadang-kadang melirik celanaku yang basah. "enggak, kakak cuma sebentar mau pamit aja, tadi nganterin kue ini buat disini" katanya sambil memberikan bungkusannya kepadaku dan melirik kearah tubuh novi yang setengah terbuka.<p>Setelah itu kakakku pamit dan aku mengantarnya kedepan pintu, sebelumnya kakakku berbisik "awas lho kalo novi kamu makan juga!!!"<p>Aku kembali kedalam rumah dan rencanaku meneruskan makan pagiku, aku pergi keruang makan dan apa yang kudapati sungguh pemandangan yang membuat jantungku hampir copot, novi sedang menungging membersihkan kue-kue yang berceceran dilantai, aku terus memandanginya tanpa berkedip dan aku berjalan kebelakangnya dan kurasakan kontolku mengeras minta pelampiasan lagi, tanpa sadar aku menggengam kontolku dari luar celana tidurku dan berkata "lagi ngapain nov?", Novi sambil tetap nungging membersihkan kotoran dilantai, dia menoleh "ini nih, kuenya pada jatuh", dia kaget melihatku menggengam kontolku dan dia juga tersadar bahwa aku tengah memandangi bongkahan pantatnya yang terbuka, dan anehnya dia malah membiarkannya dan tentu saja aku jadi makin tidak tahan melihatnya, ketika kepalanya masuk ke kolong meja dan hanya pinggul dan pantatnya yang tersisa di luar dengan hanya tertutup g-string saja, aku langsung mengeluarkan kontolku yang sudah menegang dan dengan secepat kilat aku mngambil posisi dibelakangnya dan dengan sekali sentak aku lorotkan celana hitamnya, dan novi menjerit "aw...kak...mau ngapain? jangan kak...!!!!" katanya meronta, sementara aku menggenggam pinggulnya dan menarik pantat sementara kontolku sudah menyodok ke memeknya dari belakang.<br />Blesssss.... aku terus menarik pnggulnya hingga kontolku amblas semuanya di memeknya dan nov kembli menjert "aghh...kak..sakit...ampun kak...jangan...!!" aku membiarkannya beberapa saat, lalu secara perlahan-lahan aku menarik kontolku keluar dan memasukannya lagi secara cepat. Lagi-lagi dia menjerit "aahhhh...." beberapa kali aku lakukan demikian sampai kurasakan memeknya basah dan karena tadi barusan aku mengeluarkan sperma dirahim kakaku mona, sekarang aku jadi agak lama ngga keluar-keluar dan tentu saja novi jadi keenakkan. "oh..novi memekmu enak banget, aku suka pantatmu...bahenol banget....enak nggak nov?" tanyaku<br />Aku terus menggasaknya seperti anjing betina. "enak nggak nov?" tanyaku lagi, akhirnya da menjawab "enak kak...!!"<br />"enak mana sama pacar kamu? tanyaku lagi. Belum pernah...." katanya terputus-putus,<br />oh..pikirku, jadi selama ini dia masih perawan dan barusan aku merengutnya, bukannya nyesel tapi aku jadi makin bersemangat, aku genjot terus sampai akhirnya aku mencapai klimaks, ku genggam pinggulnya erat-erat dan.crot-crot "ahhhh noviku..."<p>setelah itu aku melepaskan kontolku dan novi lansung berdiri dan dia menamparku dan berlari kekamarnya. Aku tertegun melihatnya berlari dari hadapanku dan kulihat diujung kontolku sebercak darah keperawanannya.<p>Akupun bersiap-siap dan berangkat ke kantor.<p>Ada malam harinya seolah-olah tidak terjadi apapun diantara kita. Sampai pada hari ketiga setelah itu aku meng-sms-nya, "nov, maafkan aku khilaf" dan diluar dugaan novi menjawab "bajingan kamu, kakakmu kamu makan, aku juga kamu makan, bikin aku ketagihan, kutunggu besok pagi di kamarku setelah teteh pergi!!!" aku melonjak kegirangan, dan sejak itu aku jadi sering menungganginya dan dia menjadi pemuasku jika istriku ogah-ogahan terhadapku dan menurut pengakuan novi, dia sudah gatal sejak bertemu denganku "ohhh indahnya dunia"Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-75607975384212841562010-02-22T11:34:00.000+07:002010-02-22T11:35:48.770+07:00Anakku Sayang<br /><br /><br /><br /><p>Marlina, 35 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak. Penampilan Marlina sangat menarik. Sebagai wanita yang tinggal di kota besar, Bandung, cara berpakaiannya selalu sexy. Tidak sexy murahan tapi berkelas dan menarik. Dengan tubuh tinggi semampai, dada 36, dan kulit yang putih, walau sudah menikah dan punya anak yang sudah cukup dewasa, tapi masih banyak lelaki yang selalu menggodanya.</p><br /><p>Anaknya yang paling besar, Jimmy, 16 tahun, seorang anak yang yang baik dan penurut pada orang tuanya. Anak kedua, Yenny, 14 tahun, seorang anak yang sudah mulai beranjak dewasa. Sedangkan suami Marlina, Herman, adalah seorang suami yang cukup baik dan perhatian pada keluarga. Bekerja sebagai seorang PNS di suatu instansi pemerintah.</p><br /><p>Kehidupan sexual Marlina sebetulnya tidak ada masalah sama sekali dengan suaminya. Walau banyak lelaki yang menggoda, tak sedikitpun ada niat dia untuk mengkhianati Herman.</p><br /><p>Tapi ada sesuatu yang berubah dalam diri Marlina ketika suatu hari dia secara tidak sengaja melihat anak lelakinya, Jimmy, sedang berpakaian setelah mandi. Dari balik pintu yang tidak tertutup rapat, Marlina dengan jelas melihat Jimmy telanjang. Matanya tertuju pada kontol Jimmy yang dihiasi dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat.</p><br /><p>Sejak saat itu Marlina pikirannya selalu teringat pada tubuh telanjang anak lelakinya itu. Bahkan seringkali Marlina memperhatikan Jimmy bila sedang makan, sedang duduk, atau sedang apapun bila ada kesempatan.</p><br /><p>“Ada apa si Mam, kok liatin Jimmy terus?” tanya Jimmy ketika Marlina memperhatikannya di ruang tamu.</p><br /><p>“Tidak ada apa-apa, Jim.. Hanya saja Mama jadi senang karena melihat kamu makin besar dan dewasa,” ujar Marlina sambil tersenyum.</p><br /><p>“Kamu sudah punya pacar, Jim?” tanya Marlina.</p><br /><p>“Pacar resmi sih belum ada, tapi kalau sekedar teman jalan sih ada beberapa. Memangnya kenapa, Mam?” tanya Jimmy.</p><br /><p>“Ah, tidak. Mama hanya pengen tahu saja,” ujar Marlina.</p><br /><p>“Kamu pernah kissing?” tanya Marlina.</p><br /><p>“Ah, Mama.. Pertanyaannya bikin malu Jimmy ah…” ujar Jimmy sambil tersenyum.</p><br /><p>“Yee.. Tidak apa-apa kok, Jim.. Jujur saja pada Mama. Mama juga pernah muda kok. Mama mengerti akan maunya anak muda kok…” ujar Marlina sambil menjewer pelan telinga Jimmy. Jimmy tertawa.</p><br /><p>“Ya, Jimmy pernah ciuman dengan mereka,” ujar jimmy.</p><br /><p>“ML?” tanya Marlina lagi.</p><br /><p>“ML apa sih artinya, Mam?” tanya Jimmy tidak mengerti.</p><br /><p>“Making LOve.. Bersetubuh…” ujar Marlina sambil mempraktekkan ibu jarinya diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.</p><br /><p>“Wah kalau itu JImmy belum pernah, Mam.. Tidak berani. Takut hamil…” ujar Jimmy. Marlina tersenyum mendengarnya.</p><br /><p>“Kenapa Mama tersenyum?” tanya Jimmy.</p><br /><p>“Karena kamu masih sangat polos, sayang…” kata Marlina sambil mencubit pipi Jimmy, lalu bangkit untuk menyiapkan segala sesuatunya karena Herman akan segera pulang.</p><br /><p>Malam harinya, Marlina, Jimmy, dan Yenny asyik menonton TV, sedangkan Herman sedang mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.</p><br /><p>“Ciuman rasanya gimana sih?” tanya Yenny ketika menyaksikan adegan ciuman di televisi.</p><br /><p>“Ah, kamu.. Masih kecil! Tidak perlu tahu,” ujar Jimmy sambil mengucek-ngucek rambut Yenny.</p><br /><p>“Tidak boleh begitu, Jim.. Adikmu harus tahu tentang apapun yang dia tidak mengerti. Biar tidak salah langkah nantinya…” ujar Marlina sambil menatap Jimmy.</p><br /><p>“Begini, Yen…” ujar Marlina.</p><br /><p>“Ciuman itu tidak ada rasa apa-apa.. Tidak manis, pahit atau asin. Hanya saja, kalau kamu sudah besar nanti dan sudah merasakannya, yang terasa hanya perasaan nyaman dan makin sayang kepada pacar atau suami kamu…” ujar Marlina lagi.</p><br /><p>“Ah, nggak ngerti…” ujar yenny.</p><br /><p>“Mendingan Yenny tidur saja, ah.. Sudah ngantuk…” ujar Yenny.</p><br /><p>“Ya sudah, tidurlah sayang,” ujar Marlina. Yenny kemudian bangkit dan segera menuju kamar tidurnya.</p><br /><p>Ketika menyaksikan adegan ranjang di televisi, Marlina bertanya kepada Jimmy, “Apakah kamu sudah itu dengan pacarmu?”.</p><br /><p>“Jimmy belum punya pacar, Mam.. Mereka hanya sekedar teman saja,” jawab Jimmy.</p><br /><p>“Tapi kok kamu bisa ciuman dengan mereka?” tanya Marlina lagi sambil tersenyum.</p><br /><p>“Ya namanya juga saling suka…” jawab Jimmy sambil tersenyum juga.</p><br /><p>“Sudah sejauh mana kamu melakukan sesuatu dengan mereka?” tanya Marlina.</p><br /><p>“Tidak apa-apa kok, Jim.. Bicara terbuka saja dengan Mama,” ujarnya Marlina lagi. Jimmy menatap mata ibunya sambil tersenyum.</p><br /><p>“Ya begitulah…” kata Jimmy.</p><br /><p>“Ya begitulah apa?” tanya Marlina lagi.</p><br /><p>“Ya begiutlah.. Ciuman, saling pegang, saling raba…” ujar Jimmy malu malu. Marlina tersenyum.</p><br /><p>“Hanya itu?” tanya Marlina lagi.</p><br /><p>Jimmy melirik ke arah ayahnya yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.</p><br /><p>“Mama jangan bilang ke Papa ya?” ujar Jimmy.</p><br /><p>Marlina tersenyum sambil mengangguk. Jimmy lalu beringsut mendekati Marlina.</p><br /><p>“Jimmy pernah oral dengan beberapa teman wanita…” ujarnya sambil berbisik.</p><br /><p>Marlina tersenyum sambil mencubit pipi Jimmy.</p><br /><p>“Nakal juga ya kamu!” ujar Marlina sambil tersenyum.</p><br /><p>“Rasanya bagaimana?” tanya Marlina sambil berbisik.</p><br /><p>“Sangat enak, Mam…” ujar Jimmy.</p><br /><p>“Tapi Jimmy dengar, katanya kalau punya Jimmy dimasukkan ke punya wanita rasanya lebih enak.. Benar tidak, Mam?” tanya Jimmy.</p><br /><p>Marlina kembali tersenyum tapi tidak menjawab..</p><br /><p>“Kamu mau tahu rasanya, Jim?” tanya Marlina sambil tetap tersenyum. Jimmy mengangguk.</p><br /><p>“Sini ikut Mama…” ajak Marlina sambil bangkit lalu pergi ke ruang belakang. Jimmy mengikuti dari belakang.</p><br /><p>Sesampai di ruang belakang, Marlina menarik tangan Jimmy agar mendekat.</p><br /><p>“Ada apa sih, Mam?” tanya Jimmy.</p><br /><p>“Karena kamu sudah dewasa, Mama anggap kamu sudah seharusnya tahu tentang hal tersebut,” ujar Marlina dengan nafas agak memburu menahan gejolak yang selama ini terpendam terhadap anaknya tersebut.</p><br /><p>“Ciumlah Mama sayang…” kata Marlina sambil mengecup bibir Jimmy.</p><br /><p>Jimmy diam karena tidak tahu harus berbuat apa. Marlina terus melumat bibir anaknya itu sambil tanggannya masuk ke dalam celana Hawaii Jimmy. Lalu dengan lembut diremas dan dikocoknya kontol anaknya. Karena tidak tahan merasakan rasa enak, Jimmy dengan segera membalas ciuman Marlina dengan hangat.</p><br /><p>Sambil terus mengocok dan meremas kontol Jimmy, Marlina berkata, “Kamu ingin merasakan rasanya bersetubuh kan, sayang?”.</p><br /><p>“Iya, Mam…” ujar Jimmy dengan nafas memburu.</p><br /><p>“Mama juga sama, Jim.. Mama ingin merasakan hal itu dengan kamu,” ujar Marlina.</p><br /><p>“Kapan, Ma?” tanya Jimmy sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur karena enak dikocok kontol oleh Marlina.</p><br /><p>“Jangan sekarang ya, sayang…” ujar Marlina sambil melepaskan genggaman tangannya pada kontol Jimmy.</p><br /><p>“Yang penting kamu harus tahu bahwa Mama sangat sayang kamu…” kata Marlina sambil mengecup bibir Jimmy.</p><br /><p>“Jimmy juga sangat sayang Mama,” ujar Jimmy.</p><br /><p>“Sekarang Mama harus tidur karena sudah malam. Nanti Papamu curiga…” ujar Marlina sambil meninggalkan Jimmy.</p><br /><p>Jimmy menarik nafas panjang menahan suatu rasa yang tak bisa diucapkan.. Tak lama Jimmy masuk ke kamar mandi.. Onani. Besok paginya, Herman sudah siap-siap pergi kerja sekalian mengantar Yenni ke sekolah karena masuk pagi. Sementara Jimmy masuk sekolah siang. Dia masih tidur di kamarnya.</p><br /><p>Setelah Herman dan Yenni pergi, dengan segera Marlina mengetuk dan masuk ke kamar Jimmy. Jimmy masih tidur dengan hanya memakai celana Hawaii saja. Marlina tersenyum sambil duduk di sisi ranjang anaknya tersebut. Tangannya mengusap dada Jimmy. Dimainkannya puting susu Jimmy. Jimmy terbangun karena merasakan ada sesuatu yang membuat darahnya berdesir nikmat. Ketika matanya dibuka, terlihat mamanya sedang menatap dirinya sambil tersenyum.</p><br /><p>“Bangun dong, sayang.. Sudah siang,” ujar Marlina sambil tangannya berpindah masuk ke dalam celana Hawaii Jimmy.</p><br /><p>Diusap, dibelai, diremas, lalu dikocoknya kontol Jimmy sampai tegang dan tegak. Jimmy terus menatap mata MArlina sambil merasakan rasa nikmat pada kontolnya.</p><br /><p>“Mau sekarang?” tanya Marlina sambil tetap tersenyum.</p><br /><p>“Saya mau kencing dulu, Mam…” kata Jimmy sambil bangkit lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai, segera dia kembali ke kamarnya.</p><br /><p>“Lama amat sih?” tanya Marlina.</p><br /><p>“Jimmy kan sikat gigi dulu, Mam…” ujar Jimmy sambil duduk di pinggir ranjang berdampingan dengan Marlina.</p><br /><p>“Kenapa Mama mau melakukan ini dengan Jimmy?” tanya Jimmy. Marlina tersenyum sambil mencium pipi anaknya itu.</p><br /><p>“Karena Mama sangat sayang kamu. Juga Mama ingin mendapat kebahagiaan dari orang yang paling Mama sayangi.. Kamu,” ujar Marlina sambil kemudian melumat bibir Jimmy.</p><br /><p>Jimmy membalasnya dengan hangat pula. Kemudian Marlina bangkit lalu melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Jimmy terus menatap tubuh ibunya dengan kagum dan nafsu.</p><br /><p>“Buka celana kamu dong, sayang,” ujar Marlina.</p><br /><p>“Iya, Mam…” ujar Jimmy sambil bangkit lalu melepas celana Hawaiinya.</p><br /><p>“Sini, Jim…” ujar Marlina sambil berjongkok.</p><br /><p>Tak lama mulut Marlina sudah mengulum kontol Jimmy. Jilatan dan hisapannya membuat Jimmy bergetar tubuhnya menahan nikmat yang amat sangat.</p><br /><p>“Mmhh.. Enakk, Mamm…” desah Jimmy sambil agak menggerakkan pinggulnya maju mundur.</p><br /><p>Marlina melepas kulumannya, sambil tersenyum menatap wajah Jimmy yang tengadah merasakan nikmat, tangannya terus mengocok kontol Jimmy.</p><br /><p>“Gantian, Jim…” ujar Marlina.</p><br /><p>“Iya, Mam…” ujar Jimmy.</p><br /><p>Marlina lalu naik ke ranjang anaknya. Lalu segera dibukanya paha lebar-lebar.. Jimmy langsung mendekatkan wajahnya ke memek Marlina. Lalu segera dijilatinya seluruh permukaan memek Marlina. Marlina terpejam menahan nikmat. Apalagi ketika jilatan lidah Jimmy bermain di kelentitnya.. Mata Marlina terpejam, tubuhnya bergetar sambil menggoyangkan pinggulnya.</p><br /><p>“Ohh.. Enakk.. Teruss, Jimm…” desah Marlina.</p><br /><p>Setelah sekian menit Marlina dijilati memeknya, tiba-tiba tubuhnya bergetar makin keras, ditekannya kepala Jimmy ke memeknya, lalu segera dijepit dengan pahanya.. Tak lama…</p><br /><p>“Ohh.. Mhh.. Ohh…” desah Marlina panjang. Marlina orgasme.</p><br /><p>“Ohh, enak sekali sayang.. Naik sini!” ujar Marlina.</p><br /><p>Jimmy naik ke tubuh Marlina. Dengan segera Marlina melumat bibir Jimmy walau masih belepotan dengan cairan dari memek Marlina sendiri.</p><br /><p>“Masukkin sayang…” bisik Marlina sambil menggenggam kontol Jimmy dan diarahkan ke memeknya.</p><br /><p>Setelah itu, Jimmy langsung memompa kontolnya di memek Marlina. Mata Jimmy terpejam sambil terus mengeluarmasukkan kontolnya.</p><br /><p>“Bagaimana rasanya, Jim?” tanya Marlina sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan Jimmy.</p><br /><p>“Nikmat sekali, Mam…” ujar Jimmy.</p><br /><p>Marlina tersenyum sambil terus menatap mata anaknya. Tak lama, tiba-tiba tubuh Jimmy mengejang, gerakannya makin cepat..</p><br /><p>“Jimmy mau keluar, Mam,” bisik Jimmy.</p><br /><p>“Mmhh.. Keluarkan sayang, puaskan dirimu…” bisik Marlina sambil memegang pantat Jimmy lalu menekankan ke memeknya keras-keras.</p><br /><p>Tak lama.. Crott! Crott! Crott! Air mani Jimmy muncrat banyak di dalam memek Marlina. Jimmy mendesakkan kontolnya dalam-dalam ke memek Marlina..</p><br /><p>“Bagaimana rasanya sayang?” tanya Marlina.</p><br /><p>“Sangat nikmat, Mam.. Lebih nikmat daripada oral…” ujar Jimmy sambil mengecup bibir Marlina.</p><br /><p>“Jimmy sangat sayang Mama,” ujar Jimmy.</p><br /><p>“Mama juga sangat sayang kamu,” ujar Marlina.</p><br /><p>Lalu mereka berpelukan telanjang.</p><br /><br /><br />Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-32765164262564817042010-02-21T20:50:00.001+07:002010-02-21T20:55:23.830+07:00Nyokap Gw<html>
<br /><head>
<br /></head>
<br /><body>
<br /><br /><br /><br />
<br /><p>Liburan panjang kali sangat berbeda buat gw. Sebab my dream come true…sejak akhir-akhir ini gw emang konak terus liat nyokap gw yang makin lama makin sexy. Oh iya, umur gw 20 tahun and my mom is 41 y.o. Gw kuliah di UPH 180 cm and 75 kgs. My mom is about 170cm 60 kgs ‘padat karya’ karena rajin fitnes+berenang malam dirumah. Gw rasa semua lelaki normal juga pasti horny sih liat dia. Rambutnya dicat pirang (dari dulu) keriting gantung, kulit makin kaya keramik aja, kalo toket ama pantat sih udah geeede dari dulu. Hobinya pake baju belahan dada rendah kalo ke mall and celana jeans ketat.</p>
<br /><p>Awalnya gini…jumat malam kemarin gw and temen gw ajak doi ke Embassy ada party nya FHM. My mom ok aja, dia pake baju kemeja gantung and celana jeans model hipster (sorry gw kaga tau jenisnya apa, pokoknya yg dibawah pinggul deh) terus pake rantai kalung dipinggul plus sepatu agak high heelsgitu. Sampe disana aja semua laki pada nengok mungkin dikiranya salah satu modelnya hahaha. Semua temen gw bilang kalo mereka pada horny liat nyokap gw.</p>
<br /><p>Malam minggunya gw ama temen gw itu ajak dia lagi, tapi kali ini ketempat yang agak underground didaerah Kota sana. Gw and my buddy undah semapakt mau ‘jailin” si mommy hehehe kali ini doi kita minta pake rok mini and tanktop! Ternyata eh ternyata doi setuju aja hehehe rok mini jeans+tanktop hitam gokil…no bra). Turun dari mobil pake jaket sih, pas didalam dibuka. Kita mendarat disana sekitar jam 1an and tempat itu masih termasuk sepi. Pesen-pesen minum deh, mom minta red wine, terus kita minta draft beer aja dulu. Ternyata doi enjoy banget dengan musicnya yang bukan music house seperti kebanyakan daerah kota.</p>
<br /><p>Jam 2an gitu udah mulai rame, and kita udah banyak kenalan cowo baru gara-gara ’sexy barbie’ ini. Ada aja yang sok beliin minuman buat kita. Tentu saja in return nya mereka pada grepe-grepe nyokap gw, yah termasuk gw ama my buddy. Gimana engga…kita peluk-peluk dari belakang sambil pegang pinggulnya, ngintip toketnya yang ‘nendang’ banget gitu. Apalagi doi mulai pusing karena minum banyak, sedikit ‘gempa’ hehehe makanya kita pelukin dari belakang supaya kaga ambruk. Meleng dikit aja udah ada laki lain yang meluk-meluk. Temen gw sempet bilang kalo dia remes-remes pantat doi and doi juga bales goyangin pantatnya malah nempelin pantatnya yang nonggeng itu kecelana temen gw yang mana udah ngaceng abis.</p>
<br /><p>Jam 3an suasana tambah rame and kita tambah ‘panas’ Kita udah seperti dirty dancing aja. Ada yang meluk dari belakang and ada juga yang dari depan. Kita gabung juga sama orang sekitar, maklum deh udah mulai padat. Si mommy juga sempet bilang ama kita berdua,” Tuh banyak cewe seksi, mana nih action nya?” sambil ketawa ngejek kita. Kita malah balas bilang,”Ngapain cari cewe lagi kalo udah ada yang paling ok didepan mata hahaha..” eh malah kuping gw yang dijilat…ampun dah tambah ngaceng aja. Kita panas-panasin juga “ayo dong tuh ada cowo macho, godain dong bikin pada horny!” Bah ternyata doi beneran godain…gokil dah.</p>
<br /><p>Gw juga tambah nekat akhirnya, kaga pake malu-malu lagi reme-remes pantat doi (doi tau banget itu tangan gw), cuma diem aja sambil senyum-senyum asik. Disuatu ketika juga si mommy narik tangan gw yang tadinya dipinggul ketoket nya. Buseeet…kesempatan langka dalam hidup gw. gw engga main kasar, touched it very gently and her tounge daneced in my ears…shit! Tangannya juga gerilya nyari lokasi penis gw yang udah tegang banget dibalik celana jeans gw. Toket terbagus selama gw kenal perempuan, big and natural. Kaga tahan gw balikin badannya supaya berhadapan, doi nurut aja…Gw speechless liat mukanya yang malam itu sexxxy abizzz (barbie bitch). Lagi-lagi kuping gw dijilat and leher gw diciumin. As a normal boy tentu gw bales dong sampe kedengeran suara desahan yang makin bikin kepala atas bawah pusing. Sementara temen gw ngelirik sambil ngacungin jempol kearah gw, dia ini juga sibuk dengan perempuan yang baru kenal.</p>
<br /><p>Hentakan lagunya juga bikin badan engga mau diem. Si mommy juga goyangnya makin heboh, goyang bikin konak hehehe. Mungkin udah pengaruh red wine juga kali sehingga dia berani cium gw lips to lips…edaaaan. kepala gw dipegang supaya diem and dicium cukup lama juga…seeer! Sementara tangan gw meremes pantatnya yang super kenyal itu. Kaga lupa gw sempet-sempetin jilat belahan dadanya yang merangsang itu. Kata-kata “oooooh” panjang sering terdengar keluar dari mulut doi. Tangan my mom sih emang udah parkir terus di penis gw berusaha ngocok-ngocok bikin ngilu. Gw ke toilet aja, malah gantian tangannya ada dicelana temen gw yang keenakan gitu. Eh si gila itu malah lebih nekat dari gw, tangannya pake masuk kedalam rok segala! Dia kasih tau gw malah kalo jarinya sempet nyelip dibelahan pantat nyokap yang pake g-string. And dia bilang juga kalo nyokap gw ’shaved’…buseeeet dah. Kalo soal ’shaved’ sih gw udah tau dari dulu melalui ritual ngintip hehehe.</p>
<br /><p>Jam 4an gw udah mulai gelisah penegn cepet pulang dan melanjutkan apa yang sudah terlanjur terjadi. Soalnya tangan gw juga udah menyelusup kedalam rok, nyelip kebelahan pantat and maju kedepan. Suasana semakin panas aja seiring jalannya malam, gw juga udah makin gila mulai pelorotin celana dalamnya, doi nurut aja, kaga peduli lagi dengan lingkungan sekitar yang sekitarnya yang free banget. Dengan susah payah and rela akhirnya lepas juga (gw lupa kejadian detailnya yang pasti gw pungut cd nya dari lantai and gw kantongin) and gw kasih unjuk ketemen gokil gw si anak basket jahanam hahaha. Tangan gw bebas main didada and dipaha selama kalo lagi duduk disofa. Pastinya gw dikira ‘brondong’ ama pengunjung lain sebab mereka juga berusaha ambil keuntungan. Yang ada cuma desahan demi desahan aja yang keluar dari mulut my mom. Pernah juga kepikiran gw ’sikat’ ditempat cuma sayang gw lebih tinggi dari nyokap. Temen gw malah lebih edaaan lagi, gw liat dia keluarin penis nya and di handjob ama nyokap gw…damn! Gw juga udah lupa dah berapa cowo disitu yang grepe-grepe pantatnya and pegang-pegang pinggul doi.</p>
<br /><p>Jam 5 gw ambil keputusan buat cabut and segera melanjutkan rencana lain. Sebelumnya gw sempet minta nyokap menghabiskan minuman Jack Daniels yang dibeliin salah satu teman baru disana. On the way ke parking lot aja dipelukin doi, gw juga takut kalo dia jatuh. Semua mata memandang my mom yang emang bitch banget dandananya and mukanya. Singkat kata gw geber abis tuh E260 kearah apartement gw di Karawaci. Sampe sana turun aja udah oleng hahaha pas masuk kamar langsung ambruk. Gw tukar baju dulu and cuma pake boxer aja langsung bukain sepatunya (karena udah setengah sadar). Doi juga kalap langsung narik gw supaya nindihin dia and kita french kiss, gw berusaha narik kebawah tanktopnya and tangan langsung kebawah rok…she’s wet already. celana gw ditarik kebawah juga, she touched my ball and my penis, dipijit-pijit…damn! Udah kaga tahan, doi bisikin gw,”Just do it what you have to do. A man must responsible when made a woman horny (sambil tersenyum nakal).” Gw setuju sambil ketawa and nganggukin kepala. Penis gw dengan sedikit kemudahan masuk kedalam vaginanya yang udah basah. Gw mesti akuin kalo doi masih seret banget, engga kalah dengan cewe-cewe yang udah pernah gw tidurin. Posisi MOT dengan kaki menjepit pinggang gw bikin mabuk beneran, gw kaga tahaaan kalo gini terus makanya gw tarik tanpa melepas penis gw keposisi WOT. Tanktop dilepas, muncullah toket yang paling indah yang pernah gw liat (mungkin juga jawara indahnya buat STW). Kenceng abis and no silikon! Perutnya juga engga terlalu berlemak, emang sih doi jaga badan abis-abisan, termasuk bokap gw juga. Si mommy juga ulekannya bener-bener mantap! Ganti posisi doggie, gw masukkin sedalam-dalamnya sambil spank-spank pantantnya yang bikin dia semakin kenceng desahannya. We are like in the porn movie hahaha…jempol gw juga sempet bermain didepan ‘matahari’ nya (asshole) yang bikin dia makin menjadi-jadi. Dalam posisi ini score sudah menjadi 3 – 0 buat gw (doi orgasme 3x). Sebel karena udah orgasme lagi, penis gw dicabut, gw disuruh rebahan and she began to suck my dick. Ini bener-bener pengalam tak bakal lupa seumur hidup gw…isepannya kayak sedotan debu kali. Mulai dari my balls sampe bawah dikit kena sapuan lidahnya. Pantat gw aja sampe terangkat secara otomatis gitu. Gw berusaha menahan sekuat tenaga supaya jangan keluar dulu meskipun udah sekitar 40 menitan kira-kira. gw tarik pantanya kearah muka gw dengan posisi 69. She sat on my face when my tounge danced in her bold pussy…Engga lama setelah itu doi orgasme lagi, kali ini gw jilat sampe bersih and gw telen aja dah cairan yang keluar. Sedotannya makin gokil sampe akhirnya gw nyerah juga. “Mom…aku udah mau keluaaar,” eh dia malah diem aja makin asik ngisep. yah udah gw keluarin aja didalam mulutnya and doi telen semuanya sperma gw till the lasy drop. Abis the last drop aja masih diisep-isep sampe bersih! Diakhir pertempuran kita sempat berciuman mesra tapi gw janji engga bakal sering-sering ML ama nyokap mengingat dia nyokap gw hehehe tapi kali diajakin sih apa boleh buat, iya engga…siapa yang tahan liat cewe yang kayak barbie gitu.</p>
<br /><br /><br /><br /><br />
<br /><p>Nah Sabtu tgl.15 April seperti yang gw rencanain sebelumnya kalo kita orang mau clubbing lagi ama nyokap. Waktu itu jam menunjukkan angka 11:27 and si mommy udah siap berangkat. Dia kali ini pake kaos “u can see’ ngepress gantung warna hitam dengan tulisan sexy (gw juga bingung dia beli diman kaos kayak gitu), dengan belahan dada ptuih mengkilap yang mengundang birahi bagi yang ngeliat, plus rok pendek dari bahan kain biasa (bukan jeans). Gw sih dengan jeans+kaos distro and sneakers. Kalo gw perhatiin dengan jelas, engga ada tanda-tanda cetakan celana dalamnya…ehmmm pasti doi pake g-string neh hehehe…eh bener aja setelah gw tanya dia bilang kalo dia pake yang warna merah. Jam 12 lewat dikit gw cabut dari rumah (tentunya kaga ada yang tau kalo nyokap pergi pake baju sexxxy gitu) pake si mini cooper kali ini, supaya gampang parkirnya. Tujuan pertama adalah ke Centro untuk jemput si Tommy my best buddy.</p>
<br /><p>Abis dari sana kita ketempat tujuan seperti minggu lalu, itu tuh tempat underground didaerah Mangga Besar. Bah ternyata si Tommy bawa temen bule nya dari Inggris, names Jack. Kita iring-iringan 2 mobil sambil sepanjang jalan sms an kaga karuan. Yang salah satunya Tommy nanya if he can fuck my mom. tentu aja gw bilang boleh aja asal doi juga mau yah, kaga boleh main paksa, gimana elo caranya deh Tom. Jam 1am kurang dikit kita udah sampe disana, masuk pintu utama ambil arah kiri dan duduk ditempat pojok kiri dekat speaker (kalo kanan dikit udah DJ booth). Posisinya sih asik banget sebab gelap bener and pojok pula, masih sepi banget nih tempat. Pesen-pesen sebotol red wine, jack D 3 gelas, long island 2 gelas and bir sepicer (soalnya kalo pesen minum disini emang agak lama kalo udah rame) sekalian. Kita melakukan toast bersama and minum bareng. Musiknya sih emang top banget dah ini tempat…bikin badan kaga mau diem!</p>
<br /><p>Jam 2 udah mulai rame and my mom udah mulai ‘panas’ nih dicekokin ama si Tommy geblek, goyangnya udah semakin erotis aja. Semua laki yang datang pada ngeliatin doi. Kadang kalo ke wc aja baliknya lama, kalo dilihat dari jauh banyak yang ngajak kenalan. Kita (gw ama tommy) mulai cumbu-cumbu mesra, mulai dari pegang pinggul sampe remes-remes pantat. Gw sih sengaja selalu kasih my buddy peluang, makanya gw ajak si Jack ngobrol agak menjauh beberapa langkah dari mereka. Gw lirik si Tommy udah bisa cium leher doi, emang sih agak membungkuk dikit berhubung Tommy lebih tinggi dari nyokap (meskipun nyokap udah pake sepatu agak high heels). Beberapa saat nyokap mau pamit mau ke WC bentar, eh pas nyokap jalan sambil senyum menebar pesona dikit, Tommy nyamperin gw and kasih tau pertanyaan nyokap ke dia sebelum jalan ke toilet “are u ready for next action?” Gw tos ama Tommy sambil bilang “Go ahead boy, make her come hahaha.” Lama juga nyokap engga balik dari WC sampe gw susulin (takut dia jatuh karena udah agak oleng), ternyata nyangkut ada cowo yang ngajak kenalan. Akhirnya gw dikenalin juga tapi nyebut nama aja kaga pake status hehehe. My mom pamit mau balik ketempat duduknya and gw stay bentar buat basa basi sambil kasih Tommy peluang, gw pesen ama nyokap suruh Jack nyamperin gw disini. Engga lama Jack datang and gw kenalin ama sekumpulan orang disana.</p>
<br /><p>Setelah stay beberapa menit disana, gw geser berdiri kita biar bisa lihat sedang ngapain nih mereka tuh. Ah bodo amat lah gw samperin aja tapi engga langsung, hanya beberapa meter didepan mereka. Sementara si Jack sibuk dengan cewe yang baru dikenalnya dimeja tadi. Pengunjung udah mulai rame tapi sebelumnya kita pesen ama manager sana bahwa kita engga mau digabung kecuali kita yang kasih ijin. Gw liat nyokap lagi dipangku ama Tommy dengan arah menghadapo gw, tapi buat gw jelas kalo itu mah bukan sekedar pangku-pangkuan hehehe but they fucked! Sekali-sekali doi merapatkan kepalanya kearah Tommy and how lucky that bastard! Beberapa saat kemudian si mommy kasih senyum nakal kearah gw, pura-pura kaga lihat gw nya hahaha…Sampe akhirnya dia kaga goyang-goyang lagi alias ngulek pantatnya, mungkin udah orgasme kali. Masih dipangkuan Tommy bentar sampe akhir bangun, jalan kearah gw, jilat kuping gw terus lanjut kearah toilet. Gw samperin Tommy, suruh dia cerita gimana caranya bisa sampe fuck on the spot gitu. Tommy bilang kalo emang udah engga tahan, and pertama ke toilet pun baliknya nyokap udah lepas g-stringnya! Yah sudah gw jabanin aja kata Tommy, malah tadinya sempat fuck standing sambil nyokap tanganya nyanggah speaker, cuma kurang nyaman aja. Akhirnya gw bilang sambil duduk aja kata Tommy. Gw tanya “Keluar berapa kali nyokap gw?” Tommy bilang,”2 kali.” Kata Tommy, dia sempet shock waktu nyokap suruh keluarin didalam aja. Gw jelasin aja kalo my mom udah di-steril sejak beberapa tahun lalu, jadi kaga mungkin hamil. Kita ketawa-tawa aja kayak orang gokil, terus Tommy ke toilet buat cuci-cuci.</p>
<br /><p>Nyokap balik ketempat duduk kita sambil bawa segelas minuman whisky cola dari tamu yang kita kenalan. Gw temenin nyokap duduk disofa, gw tanya “cape yah mom?” dia jawab,”engga kok cuma lemes dikit aja (sambil minum wine nya lagi and senyum nakal).” Gw cium aja pipinya berhubung gw juga udah horny abizzzz and tegang total. Bah malah gw dicium bibir ala french kiss gitu. Emang kaga tahan dah gw lihat nyokap gw sendiri, soalnya emang sexxxy abiz and wangi banget malam itu (wangi bvlgary). Tangan gw refleks ngeremes toket super gede and masih kenyal gitu. Untung gw masih sadar kaga gw pelorotin bajunya yang udah agak kebawah. Tangan gw satunya ‘main’ dibawah roknya…and ternyata emang bener si Tommy gila itu kalo CD nya nyokap udah kaga pake!!! Gw masih bingung gimana caranya nih kalo si Jack tau yah? Ah what the hell lah…gw suruh nyokap bangun berdiri menghadap tempat DJ, gw pukul-pukul mesra pantatnya yang super bahenol itu, sementara gw keluarin penis gw yang udah super keras itu…lalu gw tarik pantatnya kebelakang, angkat roknya dikit, arahin tangannya supaya nuntun penis gw ke trimmed pussy nya, doi udah paham banget…and blessssss masuk semua…yesssss! Gw angkat-angkat pinggulnya pelan-pelan supaya engga banyak yang curiga (meskipun ada juga mungkin yang tau kita sedang ngapain), si nyokap cuma bilang gini “nakal yah kamu…kamu pikir ini di amerika kali (sambil mendesah bikin gw tambah napsu).” Yang gw kaga tahan tuh kibasan rambutnya itu lhooo sambil pantatnya turun naik slow tapi meyakinkan. Kadang-kadang dia lempar rambut panjangnya kedepan sampe nutupin muka, terus kibasin lagi kebelakang…damn…she’s so hot! Setelah beberapa menit naik turun berasa juga doi mulai kejang tanda orgasme, eh tangannya kebelakang jewer kuping gw pula hehehe…Gw lihat Tommy ada beberapa langkah kedepan kita, sambil senyum-senyum and kasih acungan jempol. Kita lanjut terus main jungkat jungkitnya yang beberapa menit kemudian doi orgasme lagi. My mom sempet bilang supaya kalo mau keluar gw kasih tau ke dia. Terus dia bilang bisik-bisik samping sofa kan agak gelap, nanti kalo mau keluar kamu bangun yah berdiri dipojok dekat speaker kaga ada yang liat (emang bener sih gelap abis and mojok. Gw manggut-manggut padahal engga ngerti benera apa maksudnya. beberapa lama kemudian gw kasih tau kalo gw udah ‘diujung’ Gw ditarik bangun dari sofa, nurut aja mundur kepojok speaker, si nyokap jongkok sambil oral sex gw secepat mungkin…shit man…asli gilaaa baget nih malam…gw keluarin dimulut doi, and you know what…abis ditelen sampe gw disedot-sedot serasa my balls mau ikut kesedot. Doi cepet-cepet bangun, berdiri kearah sofa seolah-olah nothing happend, sementara gw beresin ‘barang’ gw kedalem celana. Gw ambilin doi tisue buat ngelap mulut and juga gelas red wine nya. Doi bisikin ke gw “it was fun, menegangkan and mengasikkan” Kita berciuman lagi…</p>
<br /><p>Engga kerasa yah kalo jam waktu itu udah menunjukkan jam setengah 4. Sementara kita masih seru having fun sama my buddy and jack geblek itu. Minuman dimeja masih banyak nih, sampe akhirnya kita bagi-bagi aja sama orang dekat kita. Tommy sibuk tukeran nomer handphone dengan cewe-cewe yang dia kasih minum. Sementara gw tangan gw sibuk melingkar dipinggul nyokap sambil sekali-sekali elus-elus pantatnya yang bulat. Akhirnya gw memutuskan untuk pulang duluan karena kelihatannya Tommy and jack masih mau lanjut. Keluar dari club itu aja banyak cowo memandang si barbie ini, engga dikit yang gw denger say “hi”. Dimobil on the way home, nyokap engga banyak ngomong cuma tangannya satu ditaruh dipaha gw. Gw juga udah pusing sih kebanyakan minum (gw kaga kuat minum soalnya). Sampe rumah satpam bukain pintu, kiranya gw pergi sendiri (nyokap nunduk kebawah supaya engga dicurigain). Masuk garasi, kita ciuman hot lagi…she said “You already fucked two holes of me…nah tinggal satu lagi yang belom!” Waktu itu gw kaga nangkep maksud doi apaan, soalnya doi keburu turun sambil copot sepatu supaya langkahnya engga kedengeran (nakal juga yah si mommy). Sampe dikamar gw baru sadar dengan ‘hole’ yang belom di-fuck…damn…ngebayanginnya aja gw kaga tahan, apalagi melakukannya!!! Ah kita lihat aja nanti deh, siapa tau aja gw emang mujur hehehe…</p>
<br /><br /><br />
<br /></body>
<br /></html>Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-25715771743101329392010-02-21T20:35:00.000+07:002010-02-21T20:37:32.442+07:00Nyokap<html>
<br /><head>
<br /></head>
<br /><body>
<br /><br /><br />
<br /><p>Sebelumnya gue mau bilang ke elu-elu semua yang baca bahwa semua yang gue ceritain ini, elu semua boleh nganggep bohong belaka atau isapan jempol.Tapi bagi yag percaya gue ucapin terima kasih…</p>
<br /><p>Cerita ini bermula pada saat gue masih berumur 17 taon, saat itu gue masih duduk di bangku SMA. Waktu itu gue akuin kalo gue emang tergolong anak yg bandel, gue seneng banget nongkrong/ngumpul sama anak-anak yang usianya jauh diatas gue. Itu semua berakibat pada umur segitu gue udah ngerasain sex bebas. Sampai pada suatu hari (hari sabtu)…, waktu gue baru bangun tidur telepon rumah gue bunyi dan saat itu seperti biasanya dirumah engga ada orang selain gue dan nyokap gue. Dengan terpaksa walaupun mata masih lima watt gue jalan ke ruang tengah buat ngangkat telepon. Ternyata dari cewek gue…langsung aja rasa ngantuk gue ilang sama sekali, berhubung dari semalem gue udah ngerencanain kegiatan yang mantaf punya dengan cewek gue itu. Ngobrol punya ngobrol engga taunya cewek gue ngasih kabar bahwa pada hari itu dia ada acara dengan keluarganya keluar kota katanya sih arisan keluarga dan dia mau engga mau harus ikut.Walaupun dengan segala macam rayuan dia tetap bilang kalo engga bisa jalan ama gue hari itu, denga kesal telepon gue banting yang ada dipikran gue saat itu…ilang deh rencana yang udah gue buat semaleman, padahal gue udah ngebayangin malem ini bakalan ngelonin body cewek gue yang aduhai…. Abis teleponan gue berniat nyari rokok gue ke kamar dan sekalian bermaksud buat tidur lagi…abis kesel sih!. Baru beberapa langkah telepon udah bunyi lagi…gue pikir ini pasti dari cewek gue lagi. Pas gue angkat ternyata dari kakaknya nyokap gue, berhubung gue lagi bad mood gue bilang aja kalo nyokap gue masih tidur. Tante gue akhirnya hanya kasih tau kalo acara jalan ama nyokap gue dibatalin dan minta tolong untuk disampein. Abis itu gue engga jadi ngambil rokok gue dikamar tapi gue langsung menuju ke kamar nyokap buat ngasih tau perihal telepon tadi. Waktu gue buka pintu kamar gue lihat nyokap gue sedang duduk di ranjang sambil sandaran di bantal dan nyokap kelihatan sedang merem sambil tangannya maninin nonoknya sendiri pake alat yang mirip seperti kontol beneran.</p>
<br /><p>Waktu itu gue kaget setengah mati takut kalo nyokap gue marah…tapi keliatannya nyokap gue juga kaget bercampur malu. Dia langsung ngeberesin bajunya yang acak-acakan dan peralatannya di masukin kelaci tempat tidur. Sambil masih kaget gue bialng aja… “Mah tadi ada telpon dari tante Avin katanya acara hari ini batal!”. Gue lihat nyokap gue udah bisa netralisir keadan dan bilang “Oh…Gitu toh…ya udah engga apa-apa Jim, maksih deh…!” Setelah itu gue langsung aja beranjak menuju ke pintu untuk segera keluar dari kamar nyokap. Tapi baru beberapa langkah gue denger nyokap manggil gue…”Jim…kamu mau nolongin Mamah engga sayang…?”. “Nolong apaan sih Mah? pasti Jimmy mau dong..!”, sambil gue balik badan. “Sini dulu dong, duduk disini samping Mamah…!” kata nyokap. Dengan masih agak bingung gue duduk juga disamping nyokap gue. Trus nyokap gue bilang…”Jim…kamu kan tadi udah liat Mamah lagi ngapain kan…!, abis Papah kamu udah lama engga pulang sih Jim, kamu pasti ngerti lah…!!”. “Iya Mah…Jimmy ngerti koq’” jawab gue. “Trus Jim…Mamah kayaknya lagi nanggung nih..!Kamu bisa tolong mamah sebentar kan?”, tanya nyokap gue lagi. “Maksud mamah apa nih…Jimmy belon ngerti Mah…?”, gue belagak bego. “Kamu Mamah ajarin deh! nanti juga kamu ngerti gampang koq Jim…!”. Abis itu nyokap gue langsung ngelepas dasternya dan dibalik itu dia ternyata udah engga pake apa-apa lagi…!!alias bugil…(gile juga yah nyokap gue).</p>
<br /><p>Gue kaget bukan main tetapi berhubung pingin tau juga gue diem aja sambil memperhatikan bentuk tubuh nyokap gue, ternyata body nyokap gue masih dua tingkat diatas body cewek gue. Body nyokap gue kelihatan udah mateng bener, teteknya masih kenceng dengan puting yang tegak menantang. Jembut yang lebat namun ditata dengan rapi berbentuk segitiga sehingga bagi yang melihatnya merupakan suatu pemandangan yang menggiurkan. Tanpa gue sadarin kontol gue udah ngaceng dan berhubung gue cuma pake celana pendek tipis doang maka jelas terlihat. Dan rupanya hal ini disadari oleh Nyokap gue, “Nah kan kamu udah mulai terangsang…jadi kayaknya makin gampang aja nih Jim…?”, kata nyokap gue sambil usaha untuk ngelepasin semua baju gue. “Tapi Mah…nanti apa kata orang…?”, sahut gue sekenanya. “Kan engga ada yang ngeliat Jimmy…dan ngapain juga kita harus kasih tau ke orang-orang…cukup kamu sama Mamah aja…!”, Nyokap gue ngasih penjelasan. Setelah baju sama celana pendek gue lepas maka gue cuma pake celana kolor doang, dan gue lihat Nyokap gue ngasih kode ke gue untuk ngelepasin yang satu itu juga. Tapi gue masih ragu “Kan malu Mah…”, kata gue. “Malu sama siapa sih Jim…kan cuma sama Mamah aja masa sih kamu malu…ya udah Mamah yang lepasin yah…?”, abis bilang gitu nyokap gue ngeplorotin celana dalem gue dan ngelempar ke kolong ranjang.</p>
<br /><p>Setelah CD gue lepas maka kontol gue yag dari tadi udah ngaceng berat langsung nunjuk ke muka nyokap gue. “Wah punya kamu lumayan juga nih…Jim, kayaknya sih sama dengan punya Papah kamu nih…!”, sambil ngomong gitu nyokap gue ngelus-ngelus kontol gue dengan lembut. Perasaan gue saat itu kayaknya gimana…gitu…gue engga tau lagi harus berbuat apa, jadi gue diemin aja sambil mencoba nikmatin apa yang diperbuat nyokap gue. Abis itu nyokap langsung jilat palkon gue yang udah berdenyut-denyut engga karuan, sambil sesekali ngelamot abis batang kontol gue yang lumayan gede. Selang beberapa menit nyokap gue nyuruh gue untuk naik ke ranjang, maka kita berdua segera beranjak dari lantai kamar ke atas ranjang nyokap gue yang empuk dan luas. Nyokap gue langsung ambil posisi celentang dengan kedua pahanya dikangkangin lebar-lebar sambil bilang..,”Jim…coba kamu sini…jilatin tetek Mamah dong…!”. Berhubung gue udah dirasuki oleh birahi yang tinggi ditambah memang seharusnya hari ini gue ngelakuin ini dengan cewek gue sendiri dan acara itu ternyata gagal total, maka gue langsung aja menghampiri tetek nyokap gue yang masih kelihatan kencang dan padat walaupun tidak begitu besar tapi cukup proposional dengan ukuran tubuhnya. Gue lantas ambil inisiatif untuk menjilati bagian putingnya dulu sambil sesekali menggigit gemas (dalam urusan begini gue udah bukan beginer lagi). Usaha ini ternyata menimbulkan rangsangan buat nyokap gue ini terbukti dengan terdengar rintihan nikmat dari mulut nyokap gue, “Shhhhh….uuuhhhh…shhssshhhsss….aduh…Jim…”. Ternyata tetek nyokap gue memang masih kencang dan bertambah kencang setelah gue lamot abis. Setelah puas dengan tetek gue mulai turun ke bagian bawah yaitu ke bagian nonok nyokap gue. Gue mulai dari arah jembut yang berbentuk segitiga terus turun ke arah itilnya yang udah mulai nyembul keluar, semua gue jilat abis sampe engga ada yang kelewat.</p>
<br /><p>Suara nyokap gue yang tadinya cuma rintihan berubah menjadi teriakan, “Aaaahhhh….waaawww…Jim…aduhhhh…Jim…kamu pinter banget sih….ahhhh….shhhhh…!”. “Udah Jim….ahhh..Mamah udah engga tahan nih…!!”, kata nyokap gue lagi. ya udah, abis itu gue bangun dan langsung gue arahin kontol gue ke arah lobang vagina yang udah basah mendekati banjir. Gue masukin pelan-pelan…dan terasa hangat, bleeep…masuk sudah kontol gue ke dalem nonok nyokap gue. Walaupun terasa sedikit agak longgar dibanding punya cewek gue tapi ranggsangan yang gue terima lebih besar dan ini semua menambah nikmat yang tidak ada bandingnya. Pelan-pelan gue maju mundurin kontol gue sesuai dengan gerakan yang dilakukan nyokap gue, makin lama gerakan gue makin cepat dan gue rasain tubuh nyokap gue bergetar hebat sambil kedua tangannya meremas pantat gue kenceng banget. Gue tau kalo nyokap gue udah orgasme dan itu pun ditandai denga erangan hebat…”Aaaaawwww…..ahhhh….Jimmyyyyyy…..aduuuuhhhh….Mamah engga tahan Jim…..aaahhhhhhh……..”, gue ngerasa kontol gue dibanjiri oleh cairan yang membuat makin licin dan kayaknya gue juga udah engga tahan. “Mahhhh….Jimmy udah mau keluar nihhhhh…..ahhh…..,keluarin di dalem apa diluar Mah…..?”, tanya gue. “Udah keluarin di dalem aja Jim…engga apa-apa koq….!”, jawab nyokap sambil ngelus ngelus pantat gue. Dengan cepat gue gesekin kontol gue dan akhirnya muncratlah peju gue di dalem nonok nyokap gue, “Creeet…creeeet…..creeeet….aaaahhhhhhh, Mah enak banget nih….”, ujar gue setelah muncratin peju gue banyak banget. “Iya sayang…Mamah juga enak koq….”, balas nyokap dengan lembut di kuping gue. “Tuh…Jim gampang kan…udah gitu enak lagi!!”, kata nyokap gue setelah kita berdua tidur berdampingan sambil menyeka keringat yang keluar dari tubuh masing masing. “Jimmy makasih banyak yah…sayang…yah…!”, kata nyokap gue sambil mengecup pipi gue lembut banget, abis berkata begitu dia langsung bangun dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badan dengan air dari shower. Sambil masih tiduran gue, jadi berpikir apa yang gue lakuin dengan nyokap gue ini bener apa salah…tapi ini semua awalnya kan diluar kehendak gue sendiri jadi akhirnya gue putusin “What the hell lah…”.</p>
<br /><p>Semenjak saat itu gue jadi rutin ngelakuin itu sama nyokap gue dan kita udah bikin jadwal tetap disesuaikan dengan jadwal kepulangan bokap gue, dan itu semua yang ngatur nyokap gue sendiri. Hubungan dengan cewek gue masih berlanjut tapi itu cuma sekedarnya, cuma buat pelampiasan kalo bokap gue pulang dan libido gue lagi tinggi. Yang jelas setelah saat itu gue cuma pingin ngentot sama nyokap gue sendiri karena rasanya lebih nikmat dibanding dengan yang lain. Sekian cerita dari gue, sekarang gue udah berusia 25 taon dan udah kerja di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang komputer. Sampai saat ini gue masih suka ngelakuin itu sama nyokap gue cuma frekuensinya udah jarang, itu juga kalo kepingi aja dan lagi malas untuk keluar rumah.</p>
<br /><br /><br />
<br /></body>
<br /></html>Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-11092791820399845322010-02-21T18:46:00.001+07:002010-02-22T20:08:18.235+07:00Eksebisi PertamaPerkenalkan namaku Mevy, umurku 23 tahun. Saat ini aku kuliah di salah satu perguruan tinggi di provinsi Kalimantan Barat, tepatnya di kota Pontianak semester 7. Sebagai gambaran, aku berkulit kuning langsat (masih keturunan tionghoa), tinggiku 164 cm dan berat 63 kg dengan ukuran bra 34B. Aku anak pertama dari 2 bersaudara, adikku cewek masih duduk di bangku kuliah semester 3. Selain itu aku juga punya lesung pipit di kedua belah pipiku, dengan rambutku yang sebahu. Saat ini aku masih sendiri setelah hampir 1 tahun putus dengan pacarku.<p>Sejujurnya aku akui kalau aku mempunyai sifat aneh yang mungkin jarang dimiliki wanita yang seusia denganku. Yah boleh dibilang aku beda dengan perempuan kebanyakan. Aku mempunyai sifat suka mempertunjukkan bagian-bagian tubuhku kepada orang lain, khususnya laki-laki. Hal ini sudah kualami sejak aku berumur 17 tahun, waktu itu aku masih duduk di bangku SMU kelas 2. <p>Ceritanya aku baru pulang dari sekolah, hari itu aku capek sekali karena tadi pagi habis mengikuti pelajaran olah raga, kemudian siangnya aku mengikuti latihan Paskibra sehingga begitu pulang tanpa membuka pakaian sekolahku, aku langsung tertidur di kamarku.<p>Sialnya aku lupa menutup pintu, mungkin karena badan ini sudah begitu lelah sampai-sampai hal sekecil itu tak terpikirkan olehku. Berhubung aku masih memakai pakaian sekolah, otomatis rok sekolahku masih belum kubuka. Sehingga mungkin tanpa sadar aku telah tidur dengan posisi yang sangat menantang buat laki-laki yang melihatku. Saat itu aku lupa kalau dirumah adikku sedang kerja kelompok dengan teman-teman sekolahnya. Sekilas waktu aku datang dari sekolah tadi cukup ramai juga, kebanyakan dari teman-teman adikku yang datang adalah cewek, cowoknya hanya ada 2 orang, dan itupun aku tak mengenalnya. Berhubung kamarku berada di depan ruang tamu tempat adikku dan temannya mengerjakan tugas kelompok, sehingga akan kelihatan tempat tidurku. Entah berapa lama aku tertidur, begitu terbangun dari tidurku tanpa sengaja mataku melihat teman adikku yang cowok sedang melihat ke kamarku, atau tepatnya kearah bawah tubuhku. Barulah aku tersadar kalau rokku telah tersingkap hingga hampir ke pangkal pahaku sehingga dengan jelas teman adikku itu bisa melihat dengan bagian rahasiaku.<p>Saat itu aku baru tersadar kalau aku masih mengenakan pakaian seragam sekolahku, mungkin teman adikku itu sedang memperhatikan gundukkan daging yang masih tertutup dengan celana dalam berwarna biru yang kukenakan. Entah mengapa aku tiba-tiba punya ide gila untuk membiarkan kejadian itu terus berlangsung. Bahkan dengan santainya aku membuka kedua pahaku dan berlaku seolah-olah aku masih tidur. Enyah mengapa kurasakan jantung ini berdegup dengan kencang, sensasi yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Bahkan dengan mengintip dari balik bantalku, kulihat teman adikku itu masih melihat kearahku. Kulihat mukanya merah sambil sesekali menelan air ludah. Hal itu kusadari dengan melihat jakunnya yang naik turun dari tadi sejak melihatku.<p>Kemudian aku pura-pura mengubah posisiku, jikalau tadi ia bisa melihat dengan jelas bagian depan kemaluanku yang masih tertutup celana dalam itu, kini aku ingin menunjukkan bagian pantatku yang kata teman-teman sekolahku aku memiliki pantat yang lumayan aduhai. Walaupun aku tidak bisa melihat reaksi teman cowok adikku itu tapi dapat kubayangkan bagaimana wajahnya setelah kuperlihatkan bagian pantatku itu. Bahkan dengan pura-pura tertidur pulas sengaja aku naikkan rok ku agar ia bisa melihat dengan jelas seluruh bagian pantatku. Tapi entah mengapa tak lama kemudian aku mendengar tawa keras dari teman-teman adikku itu, seolah menertawakan sesuatu yang sangat lucu.<p>Barulah kusadari kalau mereka itu menertawakan aku setelah adikku masuk ke kamarku dan membangunkan aku yang pura-pura tertidur dan mengatakan bahwa rokku tersingkap. Aku cuek saja pura-pura tidak tahu akan hal itu, lalu setelah adikku keluar dari kamarku, aku tiba-tiba tertawa walaupun dengan perlahan dan mengatakan pada diriku sendiri dalam hatiku kalau &quot;aku sudah gila&quot;. Kemudian aku keluar kamar untuk menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil, saat aku keluar kulihat teman adikku yang tadi mengintipku tanpa sengaja mataku dan mata cowok teman adikku itu bertemu pandang, aku tersenyum dan dibalasnya setelah itu ia menunduk dan kulihat sekilas wajahnya memerah. Melihat itu kembali aku tersenyum dan melanjutkan langkahku menuju kamar mandi.<p>Sesampainya di kamar mandi sebelum aku pipis kuraba vaginaku dan aku terkejut karena ternyata vaginaku telah basah dengan cairan yang saat itu aku masih belum mengerti cairan apa itu. Semula ku beranggapan kalau cairan itu adalah keputihan, namun setelah kuperhatikan celana dalamku cairan itu lumayan banyak dan tidak berbau seperti layaknya keputihan. Akhirnya lama kelamaan baru aku sadari kalau itu adalah orgasme pertama yang kualami dalam hidupku. Mungkin cairan itu keluar saat aku merasakan nikmatnya ketika aku mempertontonkan bagian rahasiaku kepada teman adikku tadi. Pikirku saat itu, ternyata begini rasa nikmat saat orgasme. Tiba-tiba aku punya ide gila yang selama ini tak pernah terlintas di otakku. Aku ingin menunjukkan seluruh bagian tubuhku tanpa sehelai benangpun kepada laki-laki. Namun aku tak tahu bagaimana caranya.<p>Akhirnya setelah sekian lama menunggu, hampir setengah tahun, akhirnya saat itu datang juga. Walaupun itu boleh dibilang bukan suatu kesengajaan, tapi aku bersyukur.<p>Saat itu rumahku kedatangan tamu, dia adalah sepupuku dari keluarga mamaku. Namanya Ivan, ia seumur denganku saat itu dan sama-sama masih duduk dibangku SMA kelas 2. Menurut penilaianku Ivan adalah seorang cowok yang humoris, ia sering membuatku tertawa dengan joke-jokenya yang spontan, menurutku walaupun tampangnya tidak terlalu ganteng namun aku cukup terpesona melihatnya karena ia memiliki sesuatu yang sangat aku sukai dari kaum lelaki yaitu dagunya yang berbelah. Saat itu Ivan sedang berlibur di rumahku, karena kami sedang libur kenaikan kelas.<p>Otomatis selama hampir sebulan Ivan akan menginap di rumahku. Saat itu juga aku baru teringat akan rencanaku untuk mengulangi kegilaanku dulu. Akhirnya saat yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga, hari itu hari minggu. Dirumah saat itu hanya tinggal aku, adikku, dan ivan. Waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi, aku baru bangun tidur saat kulihat Ivan dan adikku sedang nonton TV di ruang tamu. Saat melihatku, Ivan tersenyum dan berkata<p>"Yee.. Anak perawan kok bangun siang?!!"<p>Aku hanya tersenyum mendengarnya, tak lama kemudian aku kembali ke kamarku mengambil handukku untuk mandi, saat aku melintas kulihat hanya Ivan sendiri yang sedang menonton.<p>"Lho, Nita mana?? Kok sendiri aja nontonnya??"<br />"Nita ada temannya datang, tuh didepan" Jawab Ivan.<br />"Oo.. Ya udah. Eh 'Van, kamu udah mandi belum??"<br />"Mandi, aku mah udah dari tadi mandinya. Kamu tuh baru bangun, sana mandi.. Bau tau".<br />"Biarin bau.. Tapi tetep cakep. Kirain kamu belum mandi. Kalo belum sih.." Ucapku menggantung.<br />"Kenapa?? Mo ngajak mandi bareng??" Tanya Ivan spontan.<br />Aku cukup terkejut juga mendengarnya, tapi dengan santai aku menjawab<br />"Maunya sih, kalo situ nggak keberatan"<br />Ivan hanya terdiam mendengar jawabanku. Lalu dengan santai aku melangkah menuju kamar mandi yang terletak di dekat dapur. Kurasakan seolah-olah Ivan sedang menatapku dari belakang. Setelah masuk ke kamar mandi, sengaja tidak kututup rapat pintu kamar mandi. Aku berharap Ivan mengetahui kesengajaanku ini, aku ingin merasakan bagaimana nikmatnya mandi sambil diintip laki-laki. Setelah menanggalkan seluruh pakain yang melekat ditubuhku, sambil bernyanyi kecil aku membasahi tubuhku dengan air yang keluar dari shower. Sekitar 10 menit kemudian, kudengar bunyi langkah menuju arah dapur. Lewat sela-sela pintu yang sengaja tidak 'ku tutup tadi, aku lihat Ivan sedang mengambil air minum.<p>Sekilas kulihat arah matanya sedang menatap pintu kamar mandiku dan aku yakin ia melihat tubuhku walaupun tidak seluruhnya terlihat. Lalu aku pura membungkuk untuk membersihkan kakiku, sengaja kuarahkan pantatku ke sela-sela pintu agar Ivan dapat dengan leluasa melihat bagian yang kuanggap paling seksi dari seluruh tubuhku itu. Sekitar lima menit kemudian aku mengubah posisiku, kali ini aku berdiri menyamping, sekilas kulirik kalau Ivan masih berdiri ditempatnya, kuusap-usap payudaraku yang berukuran 34B itu. Kupastikan agar Ivan bisa melihat gerakanku itu walaupun dari samping. Aku merasakan sensasi yang luar biasa dahsyat saat aku mengelus-elus pentil susuku.<p>Badanku bergetar hebat menahan gairah yang seakan-akan mau meledak. Ah, aku berkhayal, seandainya Ivan menerobos masuk dan mencumbuku tentu tidak akan kutolak. Kini tanganku turun untuk mengelus vaginaku. Kumain-mainkan clitorisku, ach.. Ingin rasanya aku berteriak<br />"Ivan.. Apa yang kau tunggu lagi!! Cumbu aku, puaskan aku!!"<br />Aku seolah tak perduli lagi. Tak lama kemudian aku merasakan ada suatu yang akan keluar dan dapat aku pastikan kalau aku akan orgasme. Kupercepat elusan tanganku di clitorisku, dan tak lama kemudian<br />"Akhh.....Eesstt....."<br />Tanpa kusadari aku mengerang menahan kenikmatan yang sedang aku rasakan dan aku yakin Ivan pasti mendengarnya. Barulah setelah itu aku membersihkan badanku. Setelah mengeringkan badanku, aku keluar dari kamar mandi dan kulihat Ivan sudah tidak ada lagi di tempatnya semula berdiri. Saat aku melewati ruang tamu. Kulihat ia sedang nonton TV sambil berbaring.<p>"Wah, lama amat mandinya. Jangan-jangan udah habis tuh airnya, hampir aja aku mo' numpang kencing di rumah tetangga kalo' kamu nggak keluar-keluar. Tidur yah..??" Ledek Ivan.<br />Aku hanya menjulurkan lidahku mendengar ucapannya, sekilas saat aku akan masuk ke kamarku, kulihat bagian bawah pusar Ivan tampak menonjol. Aku yakin ia pasti horny, karena dari tadi mengintip aku mandi.<p>Setelah masuk ke kamarku, sengaja tidak kututup pintu kamarku, sehingga kamarku hanya ditutupi kain korden. Sehingga apabila tertiup angin, kupastikan kain itu akan tersibak. Setelah membuka lilitan handuk yang menutupi tubuhku, aku mengeringkan sisa-sisa air dari tubuhku sambil sesekali melirik Ivan yang ada tepat di depan kamarku, kuharap ia sadar kalau aku ingin mengulangi kejadian di kamar mandi, kini di kamarku. Sambil bernyanyi-nyanyi aku mengambil BH, CD dan daster dari dalam lemari bajuku. Aku ingin terlihat seksi saat Ivan melihatku memakai daster didepannya, karena aku yakin pasti ia tidak pernah melihat seorang gadis sepertiku memakai daster. Kemudian terlintas di pikiranku seandainya aku tidak memakai bra, pasti akan terlihat dengan jelas lekuk-lekuk payudaraku.<p>Kemudian kutaruh kembali BH yang tadi kuambil. Lalu aku mulai memakai celana dalamku saat tiba-tiba angin bertiup kencang hingga menyingkap kain penutup kamarku sehingga terlihat dengan jelas posisiku yang sedang memasukkan kaki kananku ke dalam segitiga pengaman wanita itu. Dan tanpa sengaja mataku bertatapan dengan mata Ivan yang sedang tercengang melihat pemandangan indah itu. Tapi aku cuek saja dan tetap meneruskan kegiatanku memakai celana dalam. Aku tersenyum mengingat raut wajah Ivan saat melihatku bugil tadi. Setelah lengkap berpakaian, aku keluar dan kulihat Ivan tidak ada ditempatnya semula. Lalu kudengar bunyi pintu kamar mandi yang barusan ditutup. Oh, mungkin ia sedang buang air kecil, pikirku. <p>Tak lama kemudian Ivan keluar dari WC dan menuju kearahku. Kulihat wajahnya memerah, tapi aku tak tahu karena apa. Sambil nonton TV, aku dan Ivan berbincang-bincang sambil sesekali aku tertawa dibuatnya dengan cerita-cerita lucunya. Saat aku tertawa itu ku rasakan payudaraku yang tanpa BH itu berguncang-guncang. Aku lihat Ivan sesekali melirik ke arah gunung kembarku itu, dan aku yakin ia pasti tahu kalau aku tidak memakai BH. Tanpa kusadari ternyata tonjolan putingku itu nampak jelas tercetak dari balik dasterku.<p>"Ah, udahan ah Van. Cerita lo bikin aku sakit perut nahan pipis. Dari tadi ketawa melulu". Ucapku.<br />"Lha pipis di tahan-tahan, ntar jadi penyakit baru tahu rasa" Jawab Ivan.<br />"Ya udah aku pipis dulu nih.."<p>Lalu aku beranjak menuju ke kamar mandi untuk pipis. Setelah buang air kecil, saat aku akan keluar kulihat pakaian dalamku sebelum aku mandi tadi masih menggantung di belakang pintu. Lalu aku mengambilnya dengan maksud akan kurendam di ember, tanpa sengaja saat aku memegang celana dalamku kurasakan ada banyak lendir tepat dibagian penutup vaginaku. Saat aku perhatikan, ada banyak lendir berwarna putih kental disitu. Aku bertanya-tanya apakah ini cairanku, tapi setahuku tadi saat aku mo' mandi, aku ingat kalau celana dalamku tadi masih kering karena saat ini aku masih dalam masa subur. Pun aku yakin kalau itu bukan cairan keputihan, karena cairan yang ini banyak sekali seperti lendir. Saat kusentuh cairan itu terasa hangat dan melekat, baunya pun persis dengan bau pemutih pakaian.<p>Kulihat di BHku juga ada cairan lendir itu walaupun tidak banyak. Aku berpikir, apakah ini cairan milik Ivan.<p>Kini aku yakin ini pasti sperma milik Ivan, mungkin ia tidak bisa menahan nafsunya sehingga dilampiaskan melalui pakaian dalamku ini. Aku tidak menyangka ternyata Ivan yang kuanggap alim itu bisa melakukan onani, dan pakaian dalamku yang menjadi korbannya. Tapi aku tidak marah, malah aku ingin merasakan bagaimana rasanya air mani Ivan ini. Kemudian aku keluar dari kamar mandi, dan masuk ke kamarku. Saat aku melewati ruang tamu, kulihat tidak ada siapa-siapa. Mungkin Ivan ada dikamarnya di lantai dua.<p><br />Begitu sampai ke kamarku, kukunci pintu kamarku dan kembali ku buka lipatan celana dalamku yang terdapat sisa-sisa air mani Ivan tadi. Dengan perlahan, kuhirup aroma sperma milik Ivan itu. Mungkin kalau ada orang yang melihatku pasti akan jijik dan mengatakan aku jorok. Tapi aku tak perduli dan tetap ku hirup aroma nikmat itu. Kurasakan panas yang keluar dari tubuhku walaupun di kamarku telah terpasang AC. Kubuka daster yang kukenakan dan juga celana dalamku hingga aku telanjang bulat. Kemudian aku berbaring di atas tempat tidurku, sambil tetap mencium bau khas lendir milik laki-laki yang bernama Ivan itu.<p>Karena penasaran, kumainkan lendir itu dengan jari telunjukku. Timbul rasa penasaran ingin mencicipi sperma Ivan ini, tanpa rasa jijik sedikitpun kujilat sedikit air mani Ivan itu. Kurasakan rasa asin dan entah rasa apa lagi, tak bisa kujelaskan. Karena penasaran, kujilat lagi sedikit sperma Ivan yang ada di celana dalam ku itu, hingga tanpa sadar akhirnya kujilat dan kutelan seluruh air mani Ivan itu hingga celana dalamku yang tadi belepotan dengan air mani Ivan itu menjadi basah oleh air liurku karena bekas menjilatinya tadi. Entah mengapa aku jadi ketagihan, rasa asin tadi seolah berubah menjadi suatu rasa nikmat yang memabukkanku. Akhirnya karena terangsang hebat, ku mainkan klentitku, aku pun mendesah hebat menahan getaran kenikmatan hingga akhirnya aku orgasme.<br />"Aahh.....ouhhhh....."<br />Sesaat aku terkulai lemas, dan tanpa sadar aku akhirnya tertidur dengan tubuh telanjang. Saat aku bangun kulihat jam ternyata aku tertidur hampir 1 jam. Cepat-cepat aku memakai bajuku kembali dan keluar untuk mencuci pakaian dalamku tadi. Setelah mencuci, tiba-tiba kurasakan kalau rumahku sepertinya sepi tidak ada orang. Lalu aku membuka kamar adikku, ternyata dia tidak ada. Akhirnya aku baru teringat akan Ivan, aku lupa menyuruhnya makan. Kulangkahkan kakiku menuju lantai dua, menuju kamar Ivan. Kulihat pintunya terbuka sedikit, pikirku apakah Ivan sedang tidur. Saat tanganku akan membuka pintu kamarnya, aku dikejutkan dengan pemandangan yang membuatku surprise. Aku lihat Ivan sedang berbaring telanjang diatas tempat tidurnya, kelihatannya ia sedang horny berat karena kulihat ia sedang mengelus-elus penisnya. Untuk pertama kalinya aku baru melihat bentuk penis laki-laki. Lumayan besar juga milik Ivan. Yang makin membuatku surprise adalah ternyata Ivan sedang memegang celana dalam berwarna merah. Aku yakin itu pasti milik adikku karena aku tidak mempunyai celana dalam berwarna merah. Kulihat Ivan sedang mencium-cium celana dalam adikku itu tepat di bagian tengah-tengahnya. Lalu ia mulai mengocok penisnya sambil tetap mencium CD adikku itu. Aku yang melihat itu kembali menjadi terangsang. Kuremas-remas payudara sebelah kananku sambil melihat Ivan. Ah, kalau aku tidak dapat mengendalikan diriku mungkin sudah dari tadi aku masuk kekamar Ivan. Aku membayangkan seandainya penis Ivan itu menusuk-nusuk memekku, ah pasti nikmat sekali. Tak lama setelah itu aku lihat wajah Ivan tiba-tiba memerah dan tubuhnya menegang, dan kulihat ia meletakkan celana dalam adikku itu tepat di diujung penisnya dan kudengar ia mendesis pelan menyebut nama adikku.<br />"Achh.. Fitri.. Enak sekali sayang!!"<br />Oh, mungkin ia sedang membayangkan begituan dengan adikku.<br />"Sialan" makiku dalam hati kenapa ia malah memilih Fitri untuk menjadi bahan onaninya. Kenapa tidak aku, tiba-tiba saja aku menjadi cemburu. Padahal aku lebih cantik dibandingkan adikku itu.<p>Tak lama setelah itu, kulihat Ivan mengangkat celana dalam yang tadi ditutupkannya di atas penisnya saat onani. Kulihat celana dalam adikku itu basah dibagian tengahnya. Dan kulihat juga di ujung penis Ivan itu ada sedikit cairan putih, sama seperti yang terdapat di celana dalamku tadi. Ternyata dugaanku tidak meleset, lendir yang tadi ada di celana dalamku itu adalah kepunyaan Ivan. Ternyata ia juga ingin membaginya dengan celana dalam adikku.<p>Kemudian aku turun dan pura-pura sedang nonton TV, semoga saja Ivan tidak mengetahui kalau aku tadi mengintipnya sedang onani. Itulah sedikit pengalamanku yang bisa kuceritakan. Sebenarnya masih ada pengalamanku ynag lain yang lebih seru, dan aku janji akan menceritakannya nanti.<p>Buat rekan-rekan sesama Exhibitionis, mari bergabung bersama saya di mailing list yang khusus membahas tentang kaum eksibisi, tapi tidak menutup kemungkinan diluar dari itu yang ingin bergabung. Kita curhat dan berbagi cerita bersama. Kirim saja e-mail kosong di <a href="mailto:eksibisionist-subscribe@yahoogroups.com">eksibisionist-subscribe@yahoogroups.com</a>. Kemudian setelah mendapat balasan, reply kembali dengan email kosong, tujukan dengan alamat yang sama.Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-62505117379658399682010-02-21T18:38:00.001+07:002010-02-21T18:41:26.940+07:00Oh Mama, Oh Adikku<html>
<br /><head>
<br /></head>
<br /><body>
<br /><br /><br />
<br /><p>Saat pertama kalinya aku merasakan nikmatnya seks. Saat itu usiaku 11 tahun dan masih duduk di kelas 6 SD. Dan orang-orang pertama yang menjadi pemuas nafsuku adalah Mama dan adikku sendiri.</p>
<br /><p>Sudah sejak berumur 7 atau 8 tahun aku mempunyai keingintahuan dan hasrat yang kuat akan seks. Secara sembunyi-sembunyi aku sering membaca majalah dewasa milik orang tuaku. Biasanya hal itu kulakukan saat sebelum berangkat sekolah dan orang tuaku tidak di rumah. Saat membaca majalah tersebut aku juga beronani untuk memuaskan hasratku.</p>
<br /><p>Pada saat usiaku 10 tahun, hasratku akan pemuasan seks semakin besar, maklum saat itu adalah masa puber. Frekuensiku melakukan onani juga semakin sering, dalam sehari bisa sampai 4 kali. Dan setiap hari minimal 1 kali pasti aku lakukan.</p>
<br /><p>Pada suatu sore ketika aku duduk di kelas 6 SD, saat itu tidak ada seorang pun di rumah. Papa sedang bertugas keluar kota, sedangkan Mama dan adikku sedang mengikuti suatu kegiatan sejak pagi. Aku gunakan kesempatan tersebut untuk menonton blue film milik orang tuaku. Sejak pagi sudah 3 film aku putar dan sudah 4 kali aku melakukan onani. Namun hasratku masih juga begitu besar.</p>
<br /><p>Ada adegan yang sangat aku sukai dan aku sering berkhayal bahwa aku menjadi pemeran pria dalam film itu. Adegan itu adalah saat seorang pria sedang berbaring sementara wanita pertama duduk di atas penis sang pria sambil menggoyangkan pinggulnya dan wanita kedua duduk tepat di atas mukanya sementara sang pria dengan lahapnya menjilati vagina wanita kedua tersebut.</p>
<br /><p>Aku segera menurunkan celanaku bersiap melakukan onani sambil menyaksikan adegan favoritku. Di tengah-tengah kegiatanku dan film sedang hot-hotnya, tiba-tiba terdengar suara pintu pagar dibuka. Saat itu menunjukkan pukul 20.00, ternyata Mama dan adikku sudah pulang. Segera aku kenakan celanaku kembali dan mengeluarkan video dari playernya kemudian meletakkannya kembali di tempatnya. Lalu baru aku membukakan pintu untuk mereka.</p>
<br /><p>“Eh Wan, tolong bantu masukkan barang-barang dong”, Mama memintaku membantunya membawa barang-barang.<br />
<br />“Iya Ma. Shin, di sana ngapain aja? Koq sepertinya capek banget sih?”, aku menyapa adikku Shinta.<br />
<br />“Wah, banyak. Pagi setelah aerobik terus jalan lintas alam. Sampai di atas udah siang. Terus sorenya baru turun. Pokoknya capek deh.”, Shinta menjelaskannya dengan bersemangat.</p>
<br /><p>Setelah itu mereka mandi dan makan malam. Sementara aku duduk di ruang keluarga sambil menonton acara TV. Setelah mereka selesai makan malam, adikku langsung menuju ke kamarnya di atas. Mama ikut bergabung denganku menonton TV.</p>
<br /><p>“Wan, ada acara bagus apa aja?”, Mama bertanya padaku.<br />
<br />“Cuma ini yang mendingan, yang lainnya jelek”, aku memberi tahu bahwa hanya acara yang sedang kutonton yang cukup bagus.</p>
<br /><p>Saat itu acaranya adalah film action. Setelah itu ada pembicaraan kecil antara aku dan Mama. Karena lelah, Mama menonton sambil tiduran di atas karpet. Tidak lama sesudah itu Mama rupanya terlelap. Aku tetap menonton. Pada suatu saat, dalam film tersebut ada jalan cerita dimana teman wanita sang jagoan tertangkap dan diperkosa oleh boss penjahat. Spontan saja penisku mengembang. Aku tetap meneruskan menonton.</p>
<br /><p>Ketika film sedang seru-serunya, tanpa sengaja aku menatap Mama yang sedang tertidur dengan posisi telentang dan kaki yang terbentang. Baju tidurnya (daster) tersingkap, sehingga sedikit celana dalamnya terlihat. Tubuhku langsung bergetar karena nafsuku yang tiba-tiba meledak. Tidak pernah terpikir olehku melakukan persetubuhan dengan Mamaku sendiri. Tapi pemandangan ini sungguh menggiurkan. Pada usia 29 tahun, Mama masih terlihat sangat menarik. Dengan kulit kuning, tinggi badan 161 cm, berat badan 60 kg, buah dada 36B ditambah bentuk pinggulnya yang aduhai, ternyata selama ini aku tidak menyadari bahwa sebenarnya Mama sangat menggairahkan.</p>
<br /><p>Selama ini aku benar-benar tidak pernah punya pikiran aneh terhadap Mama. Sekarang sepertinya baru aku tersadar. Nafsu mendorongku untuk menjamah Mama, namun sejenak aku ragu. Bagaimana kalau sampai Mama terbangun. Namun dorongan nafsu memaksaku. Akhirnya aku memberanikan diri setelah sebelumnya aku mengecilkan volume TV agar tidak membangunkan Mama. Aku bergerak mendekati Mama dan mengambil posisi dari arah kaki kanannya. Untuk memastikan agar Mama tidak sampai terbangun, kugerak-gerakkan tangan Mama dan ternyata memang tidak ada reaksi.</p>
<br /><p>Rupanya karena lelah seharian, ia jadi tertidur dengan sangat lelap. Dasternya yang tersingkap, kucoba singkap lebih tinggi lagi sampai perut dan tidak ada kesulitan. Tapi itu belum cukup, aku singkap dasternya lebih tinggi lagi dengan terlebih dahulu aku pindahkan posisi kedua tangannya ke atas. Sekarang kedua buah dadanya dapat terlihat dengan jelas, karena ternyata Mama tidak mengenakan bra. Langsung aku sentuh buah dada kanannya dengan telapak tangan terbuka dan dengan perlahan aku remas. Setelah puas meremasnya, aku hisap bagian putingnya lalu seluruh bagian buah dadanya.</p>
<br /><p>Tiba-tiba Mama mendesah. Aku kaget dan merasa takut kalau-kalau sampai Mama terbangun. Tetapi setelah kutunggu beberapa saat tidak ada reaksi lain darinya. Untuk memastikannya lagi aku meremas buah dada Mama lebih keras dan tetap tidak ada reaksi. Walau masih penasaran dengan bagian dadanya, namun aku takut jika tidak punya cukup waktu. Sekarang sasaran aku arahkan ke vaginanya. Mama mengenakan CD tipis berwarna kuning sehingga masih terlihat bulu kemaluannya.</p>
<br /><p>Aku raba dan aku ciumi vagina Mama, tapi aku tidak puas karena masih terhalang CD-nya. Jadi kuputuskan untuk menurunkan CD-nya sampai seluruh vaginanya terlihat. Namun hal itu tidak dapat kulakukan karena posisi kakinya yang terbentang menyulitkanku untuk menurunkannya. Jadi terpaksa aku rapatkan kakinya sehingga aku bisa menurunkan CD-nya sampai lutut. Tapi akibatnya aku jadi tidak bisa mengeksplorasi vagina Mama dengan leluasa karena kakinya kini merapat. Apakah aku harus melepas semuanya? Tentu akan lebih leluasa, tapi jika Mama sampai terbangun akan berbahaya karena aku tidak akan bisa dengan cepat memakaikannya kembali.</p>
<br /><p>Berhubung nafsuku sudah memburu, maka aku putuskan untuk melepaskannya semua. Lalu aku rentangkan kakinya. Sekarang vagina Mama dapat terlihat dengan jelas. Tidak tahan lagi, langsung aku cium dan jilati vaginanya. Lebih jauh lagi, dengan kedua tangan kubuka bibir-bibir vaginanya dan aku jilati bagian dalamnya. Aku benar-benar semakin bernafsu, ingin rasanya aku telan vagina Mama. Tidak lama setelah aku jilati, vaginanya menjadi basah. Setelah puas mencium dan menjilati bagian vaginanya, penisku sudah tidak tahan untuk dimasukkan ke dalam vagina Mama. Aku kemudian berdiri untuk melepas celanaku. Lalu aku duduk lagi di antara kedua kaki Mama dan aku bentangkan kakinya lebih lebar.</p>
<br /><p>Dengan mengambil posisi duduk dan kedua kakiku dibentangkan untuk menahan kedua kaki Mama, aku arahkan penisku ke lubang vaginanya. Tangan kananku membantu membuka lubang vagina Mama sementara aku dorong penisku perlahan. Aku rasakan penisku memasuki daerah yang basah, hangat dan menjepit. Tubuhku gemetar hebat karena nafsu yang mendesak. Setelah beberapa saat akhirnya seluruh penisku sudah berhasil masuk ke dalam vagina Mama dengan tidak terlalu sulit, mungkin karena Mama sudah melahirkan dua orang anak.</p>
<br /><p>Mulailah kugoyangkan pinggulku maju mundur secara perlahan. Kurasakan kenikmatan dan sensasi yang luar biasa. Aku memutuskan untuk memuaskan nafsuku, apa pun yang terjadi. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Dengan semakin bernafsu, aku peluk tubuh Mama dan mengulum dadanya, sementara penisku terus bergerak cepat menggosok vagina Mama. Aku sudah tidak peduli lagi apakah Mama akan terbangun atau tidak, biar pun terbangun aku akan terus menggoyangnya sampai aku puas.</p>
<br /><p>Sungguh nikmat. Bahkan lebih nikmat daripada fantasiku selama ini. Setelah aku berjuang keras selama 6 menit, akhirnya aku sudah tidak tahan lagi hingga aku benamkan penisku dalam-dalam ke vagina Mama. Aku rasakan spermaku mengalir bersamaan dengan sensasi yang luar biasa. Seakan melayang sampai-sampai terasa sakit kepala. Aku biarkan penisku beberapa saat di dalam tubuh Mamaku.</p>
<br /><p>Setelah cukup rileks, aku cabut penisku. Aku puas. Aku tidak menyesal. Aku kenakan kembali celanaku. Sebelum aku kenakan kembali CD-Mama, aku puaskan diri dengan meremas-remas vagina Mama. Setelah itu aku rapikan kembali daster Mama. Aku matikan TV dan naik menuju kamarku di atas. Aku langsung rebahan di atas kasurku. Walau aku merasa lelah tapi aku tidak bisa tidur membayangkan pengalaman ternikmat yang baru saja aku rasakan. Pengalaman seorang anak SD yang baru saja melakukan hubungan seks dengan Mamanya sendiri.</p>
<br /><p>Membayangkan hal tersebut saja membuat nafsuku bangkit kembali. Aku berpikir untuk kembali melakukannya dengan Mama. Aku berjalan keluar kamar menuju ruang keluarga. Namun di depan kamar Shinta adikku, entah apa yang mengubah pikiranku. Aku berpikir, kalau Mama saja tidur sedemikian lelapnya maka tentu Shinta juga demikian. Apalagi selama ini Shinta kalau sudah tidur sulit sekali untuk dibangunkan.</p>
<br /><p>Perlahan aku buka kamarnya dan aku lihat Shinta tertidur dengan menggunakan selimut. Aku masuk ke kamarnya dan aku tutup lagi pintunya. Seperti yang sudah aku lakukan dengan Mama, aku juga sudah bertekad akan menyetubuhi Shinta adikku sendiri. Walaupun ia bangun aku juga tidak akan peduli.</p>
<br /><p>Lalu aku singkap selimutnya dan aku lepaskan dasternya serta tidak CD-nya. Sekarang Shinta sudah benar-benar bugil. Karena Shinta belum memiliki buah dada, sasaranku langsung ke vaginanya. Vaginanya sungguh mulus karena belum ditumbuhi rambut. Aku rentangkan kakinya lalu aku cium dan jilati vaginanya. Sekali-kali aku gigit perlahan. Lalu aku buka lebar-lebar bibir vaginanya dengan jariku dan kujilati bagian dalamnya.</p>
<br /><p>Setelah puas menciumi vaginanya, aku bersiap untuk menghunjamkan penisku ke dalam vagina Shinta yang masih mulus. Aku rentangkan kakinya dan aku tempatkan melingkar di pinggangku. Aku ingin mengambil posisi yang memungkinkanku dapat menyetubuhi Shinta dengan leluasa.</p>
<br /><p>Lalu kuarahkan penisku ke lubang vaginanya sementara kedua tanganku membantu membuka bibir vaginanya. Aku dorong perlahan namun ternyata tidak semudah aku melakukannya dengan Mama. Vagina Shinta begitu sempit, karena ia masih kecil (saat itu ia baru berusia 9 tahun) dan tentu saja masih perawan. Tapi itu bukan halangan bagiku. Aku terus mendorong penisku dan bagian kepala penisku akhirnya berhasil masuk. Namun untuk lebih jauh sangat sulit.</p>
<br /><p>Nafsuku sudah memuncak tapi masih belum bisa masuk juga hingga membuatku kesal. Karena aku sudah bertekad, maka aku paksakan untuk mendorongnya hingga aku berhasil. Namun tiba-tiba saja Shinta merintih. Aku diam sejenak dan ternyata Shinta tidak bereaksi lebih jauh. Walaupun aku tidak peduli apakah Shinta akan tahu atau tidak, tetap saja akan lebih baik kalau Shinta tidak mengetahuinya.</p>
<br /><p>Kemudian aku mulai menggoyang pinggulku, tetapi gerakanku tidak bisa selancar saat melakukannya dengan Mama, karena vagina Mama basah dan tidak terlalu sempit, sedangkan milik Shinta kering dan sempit. Aku terus menggesekan penisku di dalam tubuh Shinta semakin lama semakin cepat sambil memeluk tubuhnya. Ada perbedaan kenikmatan tersendiri antara vagina Mama dan Shinta. Karena vagina Shinta lebih sempit maka hanya dalam waktu 3 menit aku sudah mencapai orgasme.</p>
<br /><p>Kubiarkan spermaku mengalir di dalam vagina Shinta. Aku tidak perlu khawatir karena aku tahu Shinta belum bisa hamil. Aku tekan penisku dalam-dalam dan aku peluk Shinta dengan erat. Setelah puas aku kenakan lagi pakaian Shinta baru aku kenakan pakaianku sendiri. Aku berjingkat kembali ke kamarku dan tertidur sampai keesokan paginya.</p>
<br /><p>Pada pagi harinya aku agak khawatir jika ketahuan. Tapi sampai aku berangkat sekolah tidak ada yang mencurigakan dari sikap Mama maupun Shinta. Sejak saat itu aku selalu terbayang kenikmatan yang aku alami pada malam itu. Aku ingin mengulanginya. Dengan Mama kemungkinannya bisa dilakukan jika Papa tidak di rumah. Jadi akan lebih besar kesempatannya jika melakukannya dengan Shinta saja. Walaupun pada saat melakukannya, aku tidak peduli jika diketahui tetapi tetap akan lebih aman jika mereka tidak mengetahuinya. Maka hampir setiap malam, aku selalu bergerilya ke kamar Shinta. Namun aku hanya berhasil sampai tahap melucuti pakaiannya. Setiap kali penisku mulai masuk, Shinta selalu terbangun.</p>
<br /><p>Empat bulan sejak pengalaman pertama, aku belum pernah lagi melakukan sex. Pada bulan kelima, aku masuk SMP dan pada pelajaran biologi aku mengenal suatu bahan kimia praktikum yang digunakan untuk membius. Saat itu aku langsung berpikir bahwa aku bisa menggunakannya bersetubuh dengan Shinta lagi.</p>
<br /><p>Setelah pelajaran biologi, aku mengambil sebotol obat bius untuk dibawa ke rumah. Pada malam hari setelah semuanya tertidur, aku masuk ke kamar Shinta. Sebuah sapu tangan yang telah dilumuri obat bius aku tempatkan di hidung Shinta. Setelah beberapa saat, aku angkat sapu tangan tersebut dan mulai melucuti pakaian Shinta. Dan setelah aku melucuti seluruh pakaianku, aku naik ke ranjang Shinta dan duduk di antara kedua kakinya.</p>
<br /><p>Aku mengambil posisi favoritku dengan menempatkan kedua kakinya melingkari pinggangku. Aku masukkan penisku ke vaginanya dengan perlahan sampai keseluruhan penisku masuk. Goyangan pinggulku mulai menggoyang tubuh Shinta. Aku memeluk tubuhnya dengan erat dan penisku bergerak keluar masuk dengan cepat. Karena aku yakin Shinta tidak akan terbangun maka aku bisa mengubah posisi sesukaku. Seperti sebelumnya, saat pada puncaknya aku biarkan spermaku tertumpah di dalam vaginanya.</p>
<br /><p>Sejak saat itu hampir setiap hari aku menyetubuhi adikku, Shinta. Sesekali jika Papa sedang di luar kota, aku juga menyetubuhi Mama. Alangkah beruntungnya aku. Dengan ilmu pengetahuan, suatu hambatan ternyata dapat diselesaikan dengan mudah.</p>
<br /><br />
<br /><br />
<br /></body>
<br /></html>Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-12897713887861548842010-02-21T12:41:00.000+07:002010-02-21T12:45:04.212+07:00Di Tengah Hujan Deras<head>
<br /><title>Di tengah Hujan Deras-http://ngesex-ngesex.blogspot.com</title>
<br /></head>
<br /><body><br /><br /><br />
<br />Cerita ini bermula pada suatu siang saat hujan tengah mengguyur kota Yogyakarta dengan derasnya. Karena kosku jauh dari kampus, maka dengan diantar Rio teman sekampusku, kami berteduh di kos Leo sahabat Rio yang kebetulan kosnya berada tidak jauh dari kampusku. <br /><br />Untuk mengisi waktu, Rio memutar VCD porno yang ada di kamar Leo dan aku ikut menontonnya karena sebenarnya aku sudah biasa menonton film begituan sebelum bercinta dengan pacarku yang dulu. Makin lama kami bertiga makin hanyut dalam hayalan di tengah lenguhan dan jeritan sang bintang biru di layar kaca. <br /><br />Ketika adegannya memperlihatkan seorang cewek tengah digarap oleh dua lelaki, aku mulai merasa tidak karuan. Entah mengapa aku selalu sangat terangsang bila melihat adegan-adegan seperti itu, dan kurasa mereka berdua pun demikian karena sesekali mereka mencuri pandang menatapku dengan aneh. <br /><br />Timbul pikiran dalam kepalaku membayangkan aku lah yang sedang di layar TV menikmati sorga dunia yang tiada tara itu. Kulihat kedua pria di kiri kananku semakin gelisah, dan dengan curi-curi kulihat benda di balik celana mereka mulai menggembung. Aku mulai menebak-nebak ukuran kedua benda itu dalam hatiku dan berharap mereka melakukan sesuatu duluan, sebab aku semakin tidak kuasa menahan gelora birahiku. Kurasakan celanaku mulai basah menyaksikan adegan-adegan panas dan seru itu. <br /><br />"Kamu pernah ML?" tanya Leo memecah kebisuan. <br />"Pernah, dulu dengan mantanku. Emangnya kenapa?" jawabku menggoda. <br />"Nggak pa-pa, cuma nanya. Ada nggak impian kamu yang belum terjadi?" <br />"Yah.., jujur saja aku suka membayangkan bagaimana rasanya kalo ditiduri oleh dua laki-laki sekaligus seperti dalam film-film yang itu lho." jawabku setelah ragu sejenak. <br /><br />"Mau nggak kalo sekarang?" tanya Rio dengan tersenyum menggoda dan aku jadi sangat ingin mencobanya. <br />"Tergantung.., penis kalian besar atau nggak. Soalnya aku juga pengen merasakan kepuasan yang total. Gimana?" tantangku. <br />"Nggak usah takut deh, taruhan kamu pasti akan sangat puas, dan aku malahan kuatir kamu nggak bakal kuat ngadepin kita. Lihat nih..!" sambil berdiri Leo membuka celananya sekaligus sampai benda favoritku itu muncul mendadak di depan hidungku. <br />Gila panjang banget, bahkan lebih panjang dari penis mantanku dulu. Aku hanya dapat menatap takjub. Pasti tidak akan muat deh mulutku mengemut penis sepanjang itu. <br /><br />Sementara itu Rio rupanya sudah tidak dapat menahan nafsunya. Dia langsung mendekatiku dan meremas payudaraku yang tidak terlalu besar tapi aku yakin pasti memuaskan, karena montok dan indah bentuknya. Aku melenguh pelan menerima serangan mendadak itu. Leo menarik rambutku dan kumengerti sebagai isyarat untuk mulai mengemut 'adik'-nya itu. Kukecupi ujung penisnya dengan lembut dan mulai menjilati perlahan mulai dari bawah hingga ke ujungnya dengan maksud ingin menggodanya. <br /><br />Leo mulai mendesah nikmat membuatku semakin bersemangat untuk membuat desahan itu semakin keras. <br />"Oohh.., yes.., terus Han.., Kamu memang pintar." <br />"Ungongg.. umh.." jawabku tidak jelas dengan batang kemaluan sepanjang 20 senti di dalam mulutku. <br />"Ooh.. kontolmu enak sekali Yang. Uhmp.. sroot.. wow.. aku.. oohh.." aku semakin tidak terkendali menikmati sensasi yang kurasakan. <br /><br />"Hana, tetekmu indah sekali. Ouu.., pantatmu juga. Kenapa sih kamu nggak pernah cerita kalo kamu punya badan yang sangat menggoda seperti ini?" puji Rio sambil menjilati putingku yang sudah menegang dan agak besar karena sering dihisap oleh pacarku. <br />Tangannya membelai pantatku dengan lembut dan diselingi dengan remasan dan cubitan gemas yang cukup sakit namun merangsang. <br /><br />Aku agak terkejut ketika kusadari ternyata Rio telah membuka seluruh pakaianku sehingga aku betul-betul bugil di hadapan mereka berdua. Namun efek melihatku bugil serta kuatnya hisapanku dan frekuensi kocokan pada batang kemaluannya ternyata sangat berpengaruh, sehingga Leo cepat mencapai orgasme dan memuntahkan maninya di dalam mulutku yang langsung kutelan dengan rakusnya. Uuh.., rasanya enak sekali. <br /><br />"Enaknya.., sini Yang kujilati lagi jangan sampai tercecer." rengekku sambil menarik lagi penis Leo ke dalam mulutku dan menjilatinya dengan liar. <br />Tanganku yang kiri mendorong kepala Rio makin rapat dengan dadaku, sementara dadaku sendiri kulambungkan ke arahnya. Aku tidak perduli lagi dianggap apaan, pokoknya aku ingin menikmati surga dunia ini dengan seluruh jiwa ragaku. Di sini saatnya sisi diriku yang lain yang selalu tertutupi oleh predikat mahasiswi teladan boleh muncul tanpa perlu malu. <br /><br />Rio kemudian mengambil alih tubuhku. Diaturnya sedemikian rupa di atas tempat tidur dengan posisi kaki mengangkang di tepi tempat tidur, sehingga vaginaku yang berwarna pink tersibak dengan jelas di antara bulu-bulu halus dan Rio langsung berlutut di depan selangkanganku. Tangannya membelai daerah pinggul lalu turun, berputar dan berhenti di vaginaku, memainkan klitorisku setelah membuka belahan bibir bawahku setengah kasar. <br /><br />"Oh ya.. oouu enak.. Hmmph.." <br />"Cantiknya.." <br />"Oouu..!" aku menjerit pelan ketika dia mencubit klitku. <br />Kedua tangannya lalu membuka bibir vaginaku lebih lebar lagi dan kusambut dengan lebih mengangkangkan kakiku agar dia lebih leluasa mempermainkan vaginaku. Kurasakan lidahnya menyentuh bagian dalam vaginaku perlahan, lalu semakin liar membuatku bergerak tidak karuan mengimbangi serangan-serangan Rio. <br /><br />"Teruss Yang..! Jangan berhenti.., Oh yeah.. enak banget." <br />Kugerakkan pinggulku ke kiri dan ke kanan, kadang ke atas menahan rasa geli dan nikmat. Jeritanku mulai mengisi kamar itu mengalahkan jeritan dalam VCD, dan itu tampaknya semakin membakar nafsu kedua lelaki itu. <br />"Aaww yess..!" seruku ketika Rio menggigit kacang yang sangat sensitif itu. <br />Kugerakkan tanganku mencari kepalanya dan kuremas rambutnya sambil terus mendorong agar kepalanya tetap berada di vaginaku. <br /><br />"Leo udah dong istirahatnya, sini kontolmu kuisap lagi..!" pintaku manja. <br />Leo tersenyum dan mendekatiku, mencium bibirku dengan ganas, kusambut permainan lidahnya dengan bersemangat pula. Lidahnya berputar liar dalam mulutku beradu dengan lidahku, dan kami terus mencoba menghisap lidah satu sama lain, nikmat sekali! Puas bermain di mulutku, dia meneruskannya di belakang telingaku, menghisap setiap senti leherku hingga turun ke dadaku menyentuh payudaraku yang putih dan menegang. <br /><br />Dengan rakus dihisapnya payudaraku seakan ingin dimasukkannya semua ke dalam mulutnya, sementara tangannya meremas puting kiriku dan memutar-mutarnya. Aku melenguh habis-habisan diserang dari dua sudut sumber birahiku. Tapi aku tidak menyerah begitu saja setiap bagian tubuh Leo yang berhasil kupegang segera pula kubalas menghisapnya, tanganku yang satu meremas rambut Rio, sedangkan yang lain mencari dan membelai bagian tubuh Leo. <br /><br />Melihat serangan Leo, Rio pun tidak mau kalah membuatku menjerit nikmat dengan mejilati lubang pantatku. Aku agak terkejut karena baru sekali ini merasakannya, namun menikmatinya juga. Entah apalagi yang dilakukannya, aku tidak perduli lagi walaupun sakit yang penting itu dapat membuatku semakin nikmat. <br /><br />"Udah Sayang.., oh.. masukkan sekarang, aku dah nggak tahan lagi. Please..!" aku benar-benar tidak sabaran lagi dipenuhi oleh nafsu untuk segera merasakan nikmatnya vaginaku dimasukki batang kemaluan mereka. <br />"Ayo dong..! Oouhh.. udah stop, memekku udah gatal nih..!" <br />"Sabar dong Han, baru juga segini. Bentar lagi deh, aku masih mo mainin memekmu. Aku suka sih baunya, harum.. nggak seperti bau memek pacar-pacarku dulu." <br />"Jelas dong. Kan punyaku kurawat tiap hari pake pembersih khusus wanita, so pasti harum dong." <br />"Cepeten dong friend, aku kan juga mau ngerasain memeknya. Masa dari tadi aku kebagian mulutnya aja?" protes Leo. Aku tersenyum. <br /><br />"Jangan kuatir nanti pasti kebagian. Pokoknya terserah deh kalian mo ngapa-ngapain aku hari ini, I'm yours..!" hiburku di sela-sela desahan. <br />"Sayang ayo kontolmu..!" kumiringkan badanku meraih penis Leo di sampingku dan segera mengemutnya bagaikan es krim. <br />Kuvariasikan hisapanku dengan jilatan pada buah zakarnya hingga batang sampai ujung penisnya dengan gigitan kadang pelan kadang keras yang pasti membuatnya 'nggak ku-ku'. <br /><br />Taktikku itu berhasil. Leo langsung 'blingsatan' tidak karuan setengah mendesah setengah memaki dan menjambak rambutku, meremas payudaraku keras-keras hingga memerah. Aku mengeluarkan jeritan tertahan berhubung batang kemaluannya tengah kuhisap. <br />"Huumph.. enaknya. Aku ketagihan nih ama kontolmu..!" godaku sambil menatap wajahnya. <br />Leo menjawab dengan menjambak rambutku lebih keras dan menyentakkan penisnya ke dalam mulutku sampai aku tersedak namun dia tidak perduli. Permainannya semakin kasar dengan menggigit leherku dan memaksa hisapanku semakin keras, tapi aku menyukai cara-caranya. Kini tubuh bugilku penuh cairan campuran keringat dan liur mereka. <br /><br />Rio menggosok batang kemaluannya di daerah vaginaku, dan tiba-tiba dengan sekali sentakan keras dia mendorang penisnya masuk ke vaginaku. Satu menit dibiarkannya di dalam, diam lalu dikeluarkannya lagi, didorongnya lagi lalu dikeluarkan lagi, mula-mula secara perlahan namun kemudian semakin cepat. Kedua kakiku dipakainya untuk berpegangan agar pinggulnya mudah digerakkan. <br /><br />"Oh yeah.. oh yeah.. oouu terus oh Sayang enak sekali. Ohh.. lebih keras, yeah. Lebih keras lagi, auww sakit..! Enak, nikmat..!" cerocosanku berhenti ketika Leo memasukkan kembali batang kemaluannya ke dalam mulutku dan membuatku sibuk melayaninya. <br /><br />"Ohh.. Sheet..! Memekmu rapat sekali Han, sakit tapi enak..! Oh yeah..! Ayo.., enakkan..? Oukh.. yeah..!" Rio bergumam tidak karuan, sesekali ditepuknya pinggulku dengan keras, membuatku tersentak kesakitan. <br /><br />Bosan dengan posisi demikian, Leo mengambil alih vaginaku, dan tanpa basa-basi langsung menusukkannya di lubang kenikmatanku. Saking panjangnya, kupikir liangku tidak akan muat menelan seluruh batang penisnya sampai ke pangkalnya. Aku menjerit keras ketika Leo memaksa penisnya agar masuk sedalam mungkin. Kurasakan kemaluannya menyentuh dinding rahimku. Posisiku kini berubah, bukan tiduran lagi namun agak jongkok, karena Rio telah berbaring di depanku meminta jatah kocokan mulutku yang mungil ini.<br /><br />Seperti dugaanku, batang kemaluan Rio tidak lah sepanjang punya Leo, tapi tidak juga pendek, namun lingkar diameternya lebih besar dari Leo, sehingga tetap saja aku kewalahan menghisapnya berhubung bibirku kecil. Aku berjongkok di antara kedua tungkainya dan bertumpu pada kedua sikuku, sementara Leo dengan ganasnya menusukkan penisnya ke dalam vaginaku sambil memaki-maki dan melenguh kenikmatan. <br /><br />Agar tidak terlalu keras menjerit menahan serangan Leo, aku mencoba berkosentrasi pada batang penis Rio dan mulai bekerja menjilat, menghisap, menggigit dan mengocoknya dengan bersemangat seirama dengan sodokan yang kuterima dari arah kemaluanku. <br /><br />"Uhh.. mmph.. kontolmu besar juga Yang, enak..!" pujiku. <br />Rio tidak menjawab karena sedang menikmati sensasi pijatan mulutku. Kuputar-putar ke kiri dan ke kanan di dalam mulutku sambil kuhisap dalam-dalam, kutahan lalu kulepaskan setelah sekian detik membuatnya meringis nikmat. Tidak ada kata lain memang yang dapat mewakili perasaan yang kami alami selain nikmat yang tiada tara. Aku sangat menikmati peranku melayani kebutuhan seksual dan menjadi objek pemuas nafsu mereka. <br /><br />"Leo, aku mau keluar. Oouu.. Ooohh yeah..! Aahh..!" jeritku ketika mencapai orgasme. <br />Leo tetap liar menyodok liangku, sesekali tangannya bergerak ke bawah mencari klitorisku dan mencubitnya sampai aku menjerit antara sakit dan nikmat. Selanjutnya berbagai posisi mereka atur tubuhku, sementara aku hanya dapat menurut disuruh apa saja, sebab seluruh tubuhku pasrah menerima perlakuan mereka. <br /><br />Badanku gemetar hebat melepas orgasme berkali-kali, tapi mereka tetap saja belum orgasme. Bergantian mereka menggarap vaginaku, sementara aku terus berusaha mengimbangi mereka. Bagaimanapun aku tidak mau kalah menunjukkan kebinalanku di tempat tidur, dan kurasa mereka sangat terkesan melihatku sangat hebat bergerak liar dan menjerit-jerit. Kami semakin hanyut dalam gelorah nafsu birahi, hingga akhirnya aku mau keluar. Rio semakin keras menyodokku, lalu tiba-tiba ditariknya penisnya dan dibawa ke mulutku. Aku segera menyingkirkan batang kejantanan Leo dari mulutku dan menyambut penis Rio dengan terburu-buru. <br /><br />"Oh cepat sini Sayang..! Biar kuemut sampai keluar, Ooohh..!" <br />Kuhisap cepat dan kukocok batang kemaluannya di dalam mulutku, semantara penis Leo sudah nangkring di sarangnya mengaduk-aduk vaginaku. Dalam beberapa menit, muncratlah sperma Rio memenuhi rongga mulutku dan kutelan setelah kumainkan sejenak. Semprotan kedua muncrat mengenai seluruh wajahku dan semprotan ketiga sebagian berhasil kutangkap dalam mulutku, namun sebagian sukses membasahi wajahku pula. <br /><br />"Hmm.. banyak sekali spermamu Yang, enak..!" kataku sambil menjilati penisnya, membersihkan sisa-sisa sperma yang masih tertinggal. <br />"Udah dong Hana. Geli nih..! Nggak usah rakus gitu, nanti juga bisa kok kamu dapatin. Tenang aja.. asal memekmu masih bisa kuubek-ubek, spermaku juga masih bisa kamu nikmati." ujarnya kegelian. <br />Akhirnya kurelakan batangnya pergi dari mulutku. <br /><br />Karena wajahku penuh sperma, maka kubersihkan dengan jari-jariku dan kujilati setiap jari untuk mendapatkan sperma yang tercecer itu. Sejak pertama kali pacarku menyuruh menelan spermanya, aku langsung tergila-gila dan jatuh cinta menelan setiap sperma dari laki-laki yang meniduriku. Aku asyik mengemut jari-jariku sendiri sambil menjerit menikmati sodokan-sodokan Leo yang semakin cepat. Pasti sebentar lagi dia off. Benar saja kataku, tidak lama kemudian kurasakan otot-ototnya makin tegang pertanda maninya udah di ujung penis. Cepat-cepat kutarik vaginaku. <br /><br />"Tahan Yang bentar..!" aku langsung bergegas bangun dan turun dari tempat tidur, lalu berlutut di depan batang penisnya dan menyambarnya masuk ke mulutku. <br />Leo meringis ketika kemaluannya kuhisap dan kukocok kuat berkali-kali. <br />"Oh yeah.. terus..! Hampir, ayo Hana..! Ohh.. Aahh..!" seruannya membahana keluar mengiringi muncratnya cairan putih susu yang kental dan hangat dalam rongga mulutku. <br />Enaknya, aku terus menghisap dengan rakus tidak ingin ada setetes sperma pun luput dari mulutku. <br /><br />Leo berkali-kali memuncratkan lahar putihnya itu hingga akhirnya dia terduduk lemas di tempat tidur, tapi aku tetap tidak berhenti. Kuhisap batang kemaluannya dan kubersihkan dengan lidahku sampai benar-benar bersih. Rio menonton adegan itu dari sudut kamar di atas sebuah kursi sambil memegang batang kemaluannya menatap pinggulku yang terangkat naik memperlihatkan vaginaku yang membengkak dan berair. <br /><br />Sedang asyiknya aku menjilati batang kemaluan Leo dan bergerak ke atas ke arah pusarnya, tiba-tiba Rio bangkit dan meremas pinggulku. Kedua tangannya membuka belahan pantatku dan berlutut di belakangku, tepat di antara kedua pahaku dan mulai menjilati vaginaku ramai sekali hingga berbunyi kecipak-kecipuk. Hisapannya pada klitorisku kembali menaikkan birahiku, dan aku semakin bersemangat menjilati seluruh badan Leo yang terbaring kelelahan. <br /><br />"Han.. sodomi ya..?" pinta Rio setelah sekian lama mengerjai daerah vaginaku dan sekitarnya. <br />"Terserah tapi pelan-pelan ya, aku belum pernah soalnya." kataku di antara kesibukan mengecup dan membelai dengan lidah bagian dada Leo yang ditumbuhi bulu-bulu subur naik ke lehernya dan mendarat di bibirnya. <br />"Tenang aja, nggak kalah nikmat kok, sekali mencoba pasti ketagihan." ujar Leo pelan menggenggam rambutku dan melumat bibirku dengan ganas sampai seisi mulutku pun tidak luput dari perhatian liarnya. <br /><br />Dengan posisi doggy style di atas, tubuh Leo asyik bertukar-tukar ludah, Rio meludah tepat di lubang duburku dan menusuk-nusukkan ibu jarinya untuk melicinkan jalan penisnya nanti. Dan, bless.., aku menancapkan kuku-kukuku di bahu Leo menahan rasa sakit ketika Rio menusukkan batang kejantanannya ke dalam anusku. Aku ingin berteriak tapi Leo telah membungkam mulutku dengan lidahnya yang liat. Rio terus memompa anusku dengan penisnya yang berdiameter super itu makin lama makin cepat dan mencengkram pinggulku erat-erat, mengayunkannya berlawanan dengan arah sodokannya hingga menimbulkan tumbukan yang luar biasa enak. <br /><br />Leo rupanya mulai pulih kekuatannya, dia menggeser badannya hingga batang kemaluannya itu tepat berada di depan mulutku. Tanpa basa basi, kusambut batang kemerahan yang telah memberikan aku nikmat tiada terkira itu dengan servis istimewa. Kutusukkan ujung lidahku tepat di lubang saluran penisnya berkali-kali dan kuhisap kuat-kuat hanya pada ujungnya saja. <br /><br />"Auwww..yes pintar kamu girl! Tanganmu sini genggam buah zakarku biar lebih enak." <br />Kuturuti permintaanya dan kelima jari-jari lentikku mulai membelai, meremas buah zakarnya dan kulanjutkan dengan mengocok batang kemaluannya mengimbangi hisapanku dan sodokan Rio. Leo langsung merem melek menikmati pelayananku. <br /><br />"Kenapa? Enak ya Yang..? Uuhh.. ouw.. enaknya. Liat nih..!" kutepuk-tepukkan penisnya di daerah mulutku sambil kuberikan dia senyum dan tatapan menggoda alias mesum. <br />Kuangkat kedua tungkainya dan kususupkan kepalaku ke bagian pantatnya hingga dadaku rebah menyatu dengan kasur meski pahaku masih dalam posisi doggy style. Kujilati daerah anusnya hingga Leo merintih kegelian. Semakin dia meringis semakin terbakar nafsuku untuk memberinya kepuasan dari seluruh tubuhku. <br /><br />Jilatanku berganti dengan hisapan dan tusukan ibu jariku ke dalam liang anusnya. Kubuang rasa jijikku, yang ada hanyalah hasrat ingin melayani dan memberikan kepuasan kepada kedua jagoanku itu. Lama-lama aku merasa menjadi pelacur ahli tempat pemuas nafsu seksualitas mereka, namun anehnya aku malah semakin merasa horny dengan perasaan demikian. <br /><br />Dengan rasa itu, ditambah pula desakan dalam duburku, akhirnya aku tidak tahan lagi dan menjerit keras melepas orgasmeku yang entah untuk keberapa kalinya terjadi, dan tubuhku bergetar hebat sementara kemaluanku menyemburkan cairan kental yang hangat. Rio segera menusukkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke dalam vaginaku sambil terus bergoyang maju mundur. <br /><br />"Oh.. jepitanmu kuat sekali Han. Jariku sampai berdenyut-denyut di dalam. Bagaimana rasanya..? Asyikkan..?" <br />"Asyik sekali Yang. Oohh.. akh.. hmpm.. aku nggak kuat lagi." timpalku dengan memelas. <br />Leo langsung mengambil inisiatif, diangkatnya tubuhku ke atas tubuhnya lagi seperti pada posisi awal dan langsung memberikan rangsangan maut pada kedua buah dadaku yang memerah dan membengkak akibat hisapan-hisapan mereka. Aku hanya mampu rubuh di atas dadanya dan membiarkan tangannya sibuk menjelajahi buah dadaku, bibirnya pun tidak mau kalah menjilati belakang telingaku dan leherku. <br /><br />Dengan sekali jambakan kuat pada rambutku, dia memaksaku bertumpu pada kedua tanganku dan mengulum bibirku. Aku hanya pasrah menerima semuanya, bagaimanapun toh aku menyukai kekasarannya, juga pada saat dia mengangkat pinggulku dan langsung menancapkan penisnya dalam vaginaku. Oh Tuhan, sungguh sensasi yang luar biasa dimana ketiga lubang sex-ku terisi semua. Satu di lubang vaginaku, satu penis lainnya di lubang anusku berlomba memacu maju mundur berirama liar, sementara di mulutku lidah Leo pun bergerak liar maju mundur menghisap lidahku. Jika saja kiamat akan datang saat itu, aku takkan menyesal karena aku berada pada puncak kenikmatan paling dasyat yang membuatku melayang ke surga. <br /><br />Tempat tidur spring bed Leo berderak-derak seirama dengan gerakan kami. Mungkin orang di luar kamar ini pasti mendengarnya, namun aku tidak perduli lagi, bahkan aku ingin menjerit memamerkan keadaanku yang sedang disenggamai kedua lelaki jantan ini. Napasku memburu dan kutekankan buah dadaku di dada Leo sambil terus mengulum lidahnya. <br /><br />"Ayo Sayang, oh.. goyang teruss..! Oh.. ya.. akh.. shh..!" desahku di antara lidah Leo. <br />Peluh kami banjir memenuhi tubuhku dan seprei coklat sampai akhirnya tiba-tiba Rio berteriak keras dan kurasakan cairan hangat itu tumpah dalam anusku. Aku merapatkan lubang anusku menjepit penis Rio dan menahannya tetap di dalam anusku hingga sensasi itu hilang. Rio menampar pinggulku keras sekali sambil memaki tidak jelas, lalu mencabut batang kemaluannya dan rebah di samping kami. <br /><br />Aku segera menegakkan badan dan gantian kini aku yang memompa Leo. Kuturun-naikkan pinggulku semakin cepat hingga tusukan penis Leo terasa sangat nikmat. Gerakan demikian sangat menguras tenagaku, sehingga tidak lama aku tidak sanggup lagi mengangkat pinggulku, namun rupanya Leo tidak mau melepaskan kenikmatan itu, maka dia lalu ganti mengangkat pinggulku dan melakukan gerakan seperti tadi. <br /><br />Tanpa melepaskan penisnya dari liang sanggamaku, leo membalik posisi kami hingga aku terbaring di kasur dengan kaki mengangkang ke atas, sementara Leo duduk tegak dan melanjutkan kegiatan mengocoknya. Dengan posisi demikian aku lebih leluasa meremas payudaraku sendiri dan bergoyang erotis sambil sesekali menarik dan menjepit putingku dan mendesah halus. Menyaksikan aku yang bergerak erotis, Leo semakin mempercepat frekuensi sodokannya plus gigitannya pada betisku. Tidak lama kemudian dia mulai menegang. <br /><br />"Han.., udah hampir nih..!" <br />"Jangan, jangan dicabut dulu Yang, aku juga hampir..!" pintaku memelas dan kini aku pun ikut menggoyangkan pinggulku berlawanan arah dengan dorongan pantat Leo. <br />"Keluarin dalam ya?" bujuk Leo. <br />"Ter.. se.. rahh.. akkhh..!" aku memuntahkan lagi cairan orgasmeku. <br /><br />"Ohh.., enaknya jepitanmu Han. Oh.., ash.., shshsh.., aakhh..!" cairan hangat yang kugilai itu tumpah dalam vaginaku dan aku sangat terkesan oleh sensasi yang ditimbulkannya karena sebenarnya baru pertama kali ini aku membiarkan sperma memenuhi vaginaku. <br />Aku sangat menjaga agar jangan sekali pun ada sperma yang menyentuh daerah vaginaku, sebab aku tidak ingin hamil, tetapi hari ini aku lupa akan kekhawatiranku itu. Aku ingin merasakan semua fantasi-fantasiku selama ini, lagipula kalau hitunganku tidak salah hari ini aku masih dalam masa tidk subur. <br /><br />Leo lalu mengeluarkan penisnya dari vaginaku dan rebah di sebelah kananku meninggalkan aku yang masih gemetar dengan anus dan vagina basah penuh sperma. Kakiku tetap kubuka lebar agar aku dapat merasakan sperma yang mengalir di bibir-bibir vaginaku yang masih berdenyut-denyut kencang. Kedua lelaki tadi terbaring dengan mata tertutup entah tertidur atau berpikir. Aku pun tidak dapat menahan kantuk dan segera tertidur kelelahan dalam posisi tadi. <br /><br />Ketika aku bangun hujan telah berhenti, kulirik jam di tembok ternyata sudah jam 4 lewat, tangan kananku bergerak otomatis ke arah vaginaku, sedangkan tangan kiriku mencari Leo ataupun Rio, namun ternyata mereka sudah tidak ada di sampingku. <br />"Akh.., kemana sih mereka?" aku bergegas berdiri mencari bajuku atau minimal CD dan BH-ku, namun aku tidak mendapatinya. <br />Yang kudapat akhirnya hanyalah kemeja dan rokku saja. Akhirnya tanpa mengenakan BH dan CD aku memakai baju dan rokku dan segera merapikan diri, di luar terdengar tawa beberapa orang yang kupikir pasti Leo atau Rio dengan teman-temannya. <br /><br />Setelah yakin penampilanku sempurna, aku segera keluar mendapati mereka dengan maksud meminta Rio mengantarku pulang. Benar saja di ruang tengah ternyata Leo dan Rio berkumpul bersama teman-temannya lagi asyik ngobrol dan nonton film triple X. Begitu aku muncul, mereka langsung terdiam dan menatapku dengan ganjil. Memang tanpa BH payudaraku dengan puting yang mencuat tegang tampak jelas di balik kemeja kuning muda dan sangat tipis ini, dan itulah mungkin yang menyebabkan mereka terbelalak menatapku. <br /><br />"Udah bangun Han? Sini duduk sini yuk. Kenalin nih teman-temanku. Itu Rudi, Adi, Dias, Deni dan Lilo." Leo memperkenalkan temannya satu persatu. <br />Setelah menjabat tangan mereka, aku pun ditarik duduk di antara Leo dan Rio, lalu ikut menyaksikan adegan panas di TV. Kami pun terlibat obrolan menarik seputar sex dan ML selama kurang lebih satu jam sambil sesekali mereka menggerayani tubuhku. <br /><br />"Rio udah sore nih, antarin aku pulang dong..! Belum mandi nih." kataku sambil mengancingkan kemejaku dan merapikan rokku yang telah tersingkap kesana kemari. <br />Aku takut kalau lama-lama di sini jangan-jangan aku dikerjai mereka semua disuruh melayani nafsu mereka. Bukannya aku tidak mau, sebenarnya aku malah tergoda sekali untuk merangsang mereka, tapi aku malu lah mengingat selama ini kan aku dikenal sebagai cewek 'baik-baik' dan aku belum siap kehilangan predikat itu. <br /><br />"Ok deh, yuk..!" <br />Aku segera mengambil tas dan buku-bukuku dari kamar Leo dan diantar pulang oleh Rio. Sebelum mandi aku menatap tubuh bugilku di depan kaca dan mengusap bekas-bekas cupangan Leo dan Rio di sekujur badanku terutama daerah payudara, perut sampai di bawah pusarku. Bulu-buluku menegang kembali mengingat kejadian barusan yang kualami, lalu tanpa sadar aku bermastrubasi di depan kaca, tapi karena tidak kuat berdiri aku membaringkan tubuhku di atas kasur dan mulai mengerjai vaginaku sendiri. Kumasukkan jari telunjuk dan jari tengahku ke dalam vaginaku, lalu mulai mengocoknya sambil meremas putingku bergantian dengan tangan yang satunya. <br /><br />Lima belas menit akhirnya aku selesai tapi birahiku masih tinggi, maka kuambil HP-ku dan menghubungi Ken mantan pacarku. Sampai sekarang kami masih tetap berhubungan hanya untuk melepaskan hasrat seksual masing-masing. Batang kemaluan Ken memang tidak sebesar punya Rio apalagi Leo, tapi dia tahu bagaimana memuaskan aku dan membuatku merindukan kocokan mautnya. Satu setengah tahun kami pacaran dan dia telah mengajarkan segalanya tentang bagaimana membuat lelaki puas melepas hasrat mereka dengan membiarkannya melakukan apa saja terhadap tubuh wanita. <br /><br />"Halo, Ken? Ke sini dong, aku kangen nih. Udah dua hari kamu nggak ke sini, aku kan kangen mo ngemut lolipopmu. Aku hampir gila nih nggak dikasih jatah. Bilang dong ama Vivi aku juga butuh, bukan cuma dia." rayuku. <br />"Mau tau nggak aku lagi apa? Dengar ya Yang, aku lagi tiduran bugil mastrubasi bayangin kamu. Datang dong..!" <br />"Ok deh. Tapi aku nggak bisa lama-lama, soalnya jam tujuh nanti ada janji mo temenin Vivi ke pesta. But kamu siap-siap aja ya aku datang bentar lagi." <br />Kututup telponku setelah memberikan ciuman panjang kepadanya.<br /><br />Aku langsung bergegas mandi, berdandan dan mengatur kamarku tanpa memakai baju, hanya kulilitkan handuk saja. Kasur kuletakkan di tengah ruangan dan kututupi dengan selembar kain, sebab aku tidak mau nanti malam tidur dengan bau sperma. Untungnya kosku ini termasuk bebas dimasuki cowok sampai jam 10 malam, jadi kami bebas melakukan apa saja tanpa perlu khawatir, apalagi khusus saat ini hujan tampaknya akan deras lagi, sehingga aku yakin segaduh apapun kami nanti suaranya akan hilang ditelan deru angin dan hujan. <br /><br />Setelah selesai persiapan ruangnya, aku segera mengoleskan baby oil ke seluruh badan agar tampak mengkilap dan seksi plus harum. Tidak lupa aku makan dahulu, tidak terlalu banyak yang penting cukup untuk memberi tenaga, karena aku tahu kalau sudah berhubungan dengan Ken aku pasti tidak bakalan sanggup bangun apalagi makan. Tidak lama setelah aku merapikan dandanan lagi sehabis makan, kudengar pintu diketuk dan aku bergegas membukanya. <br /><br />"Hallo cantik," Ken mencium bibirku dan mencubit pantatku di balik handuk yang kukenakan sebelum masuk dan memutar film blue. <br />Dia memang suka merangsang dirinya dengan menonton film begituan sebelum meniduriku. Setelah mengunci pintu aku menyusulnya dan segera kuciumi bibir dan lehernya habis-habisan dengan napas memburu. Aku memang tidak butuh film untuk merangsang diriku, sebab dengan bugil di depan cowok saja dan membayangkan bahwa sebentar lagi aku akan menjerit-jerit kesenangan cukup untuk membuatku merasa horny. <br /><br />"Umhh.. aku kangen sekali Yang," <br />Kubuka kancing kemejanya satu persatu sambil kuciumi dadanya, dia tetap tidak bergeming sambil terus menatap layar TV. Kujilati sekujur tubuhnya mulai dari wajah, leher, dada hingga ke perut dan pusarnya, dia hanya mendesah sedikit. Memang cowok ini susah dirangsang, tapi kalau sudah on, wuiihh dasyat..! Oleh sebab itu meski harus kurendahkan diriku dengan menari-nari erotis menjilat kepala sampai ujung kakinya pun aku rela, bahkan bila aku diharuskan merengek dan menangis memohon padanya untuk sudi menusuk kemaluanku, aku pasti mau. <br /><br />Dia telah membuatku bertekuk lutut dan memujanya. Seluruh sendiku terlanjur dibuatnya tergila-gila pada jilatannya, hisapannya, kecupannya, sentuhannya, remasannya, cubitannya, bahkan pada pukulan dan tamparannya. Bercinta dengannya berarti merelakan diri menjadi budak seks yang sangat hina yang hanya dapat menerima perlakuannya tanpa banyak cincong. <br /><br />Puas bermain dengan dada dan putingnya, aku membuka ikat pinggangnya dan kurebahkan dirinya di atas kasur agar aku dapat menelanjanginya dengan mudah. Kulempar jauh-jauh handuk yang menutup tubuhku, lalu mulailah aku beraksi merangsangnya, mulai dari kuciumi jari-jari kakinya, kukulum dan kujilat dengan penuh perasaan lalu naik menuju betisnya, kulakukan hal serupa pada sebelah kakinya. <br /><br />Kurapatkan kedua kakinya dan kurebahkan badanku di atasnya lalu kugesek-gesekkan buah dadaku hingga bersentuhan dengan bulu-bulu kakinya. Iihh.. gelinya.. merangsang. Kubuka kembali kedua kakinya dan kutekuk, lalu aku masuk di antaranya dan merapatkan wajahku ke selangkangannya. Kumanja dia dengan oral seks kebanggaanku, membuatnya makin lama makin mengerang tidak karuan. <br /><br />Akhirnya usahaku tidak sia-sia, bersamaan dengan adegan memancarnya mani pria di film porno itu Ken segera merenggut rambutku dan menarikku hingga rebah di kasur. Aku gemetar dan berdebar-debar menanti luapan birahinya atasku. Dengan ahlinya Ken menggerayangi tubuh bugilku dengan lidah dan tangannya sekaligus menyentuh setiap titik rangsangku, membuatku tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mendesah, melenguh dan menggelinjang hebat tatkala sebelah putingku digigit, sedangkan sebelahnya lagi dipelintir jarinya dan tangan satunya sibuk bermain di daerah kemaluanku, sebelum akhirnya kedua jarinya amblas ke dalam vaginaku. <br /><br />"Aakkhh.. Ooww yeah..!" kugigit bibirku erat-erat mencegah jeritan penuh kenikmatan yang hendak keluar. <br />Badanku mulai bergoyang seirama dengan sodokan jari-jarinya di dalam vaginaku. Tanganku bergerak meraih wajahnya dan kukulum bibirnya penuh nafsu. Kubayangkan lidahnya sebagai sebuah penis dan kuhisap dengan semangatnya. Kemaluanku pastilah sangat banjir sebab dapat kudengar bunyi kecipaknya beradu dengan tangan Ken semakin jelas. Ken mencabut jarinya dan menarik lidahnya dariku yang langsung memperlihatkan wajah kecewa tapi tidak lama kemudian wajahku segera berubah menjadi meringis nikmat tatkala kurasakan lidah Ken menari-nari di lubang sanggama hingga anusku sambil tidak lupa menghadiahkanku beberapa gigitan di klitoris, bibir vagina dan daerah panggulku. <br /><br />Enaknya cumbuan Ken membuatku merintih-rintih dan melambungkan dadaku hingga payudaraku yang bengkak berisi bergoyang-goyang liar menggoda Ken untuk meremasnya sambil tetap menghisap vaginaku menelan semua cairan yang keluar dari vagina merah jambuku ini. Adakalanya dia begitu lembut menjilati tubuhku dan membelai seluruh permukaan kulitku, membuatku mendesah nikmat, namun kadang pula dia begitu liar dan kasar melahap semua kenikmatan yang ditawarkan tubuh bugil dan menggoda yang terbaring menyerah tanpa syarat kepadanya ini. <br /><br />Dia memang tidak dapat ditebak, semakin keras aku menjerit kesakitan, makin bernafsu dia menyakiti dan membuatku menjerit lebih keras lagi. Jika sampai di satu titik dimana aku tidak dapat menjerit lagi dan hanya dapat menangis lirih menahan rasa sakit sekaligus nikmat, maka dia tampak sangat puas dan mulai melembutkan cara bercintanya. Namun anehnya, dari pertama kuserahkan diriku bulat-bulat padanya, aku telah jatuh cinta pada cara bercintanya yang aneh ini, atau dengan kata lain lama-lama aku kecanduan berat ditiduri olehnya hingga satu hari saja tidak kurasakan penisnya menyodok vaginaku, maka pastilah aku terus uring-uringan tidak menentu. <br /><br />Ketika aku tidak berdaya lagi, akhirnya Ken mau meloloskan permohonanku untuk disenggamai olehnya. Sebagai permulaan, dipaksanya aku mengulum penisnya agar licin jika dimasukkan ke dalam vaginaku. Tentu saja pekerjaan itu kusambut dengan senang hati dan kukerahkan seluruh kemampuanku menjilat, mengulum dan mengisap penis yang sangat kudamba itu. <br /><br />Pekerjaanku itu memang 'tokcer', buktinya Ken segera mengalihkan penisnya ke arah vaginaku, dan amblas lah batang lumayan besar itu, meski tidak sebesar punya Rio atau Leo itu ke dalam liang senggamaku dan tentu saja disambut vaginaku penuh sukacita dengan langsung menjepitnya erat-erat. Dari gerak tubuh Ken kutahu dia pun sangat terangsang dan ingin menyalurkan nafsunya itu sesegera mungkin. <br /><br />Dalam beberapa saat selanjutnya hanya terdengar dengusan napas terengah cepat dan gesekan seprei di antara bunyi 'pak-pak-pak' yang timbul dari terpaan daerah selangkang Ken dengan pantatku. Tubuh kami menyatu bergoyang seirama tidak beraturan, kadang cepat kadang pelan, lalu cepat lagi hingga beberapa kali aku tidak sanggup menahan erangan keras yang keluar sebagai ungkapan nikmat yang kurasakan tatkala gesekan kejantanan Ken terasa sekali dalam dinding vaginaku. Tengah asyiknya aku mendaki gunung kenikmatan birahi itu, tiba-tiba Ken menghentikan sodokannya dan menarik rambutku hingga leherku serasa akan patah. <br /><br />"Hana, kamu habis ditiduri orang lain ya?" tanyanya marah sambil lebih keras lagi menarik rambutku sampai kepalaku mendongak ke atas dalam posisi doggy style. <br />"I.., iya Ken." jawabku ketakutan. <br />"Kapan dan di mana, Han..?" <br />"Tadi siang di rumah temanku." erangku pelan menahan sakit. "Aku dipaksa Ken, aku nggak bisa menolak, abis mereka berdua sih." tambahku sambil berbohong sedikit untuk membela diri. <br /><br />"Ooo.. jadi sekarang kamu udah terima servis massal ya? Dasar perempuan jalang nggak tau diri, memekmu gatal apa kalau nggak dimasuki kontol? Rasanya aku harus memberimu pelajaran deh." <br />Tanpa mencabut penisnya dari liang senggamaku, tangannya meraih ikat pinggangnya yang tadi kuletakkan di sisi tempat tidur. Aku tidak berani bersuara sedikit pun, bahkan tidak berani mengembalikan kepalaku ke posisi normal. <br /><br />Selanjutnya dapat ditebak, Ken menaikiku bagaikan seorang rodeo. Dicambuknya tubuhku sambil terus mengocok kejantanannya di dalam liangku. Setiap pukulan yang hinggap di tubuhku hingga berbekas merah sangat dinikmatinya, begitu pula setiap jeritan yang keluar dari bibirku, semakin mendorongnya mencapai orgasme, sementara mulutnya tidak berhenti memaki-maki aku. <br /><br />"Aakh.. kkhh.." setelah berganti gaya beberapa kali agar dia dapat terus menyodokku sambil memukul hingga tidak ada bagian tubuhku kecuali wajah yang luput dari ciuman ikat pinggangnya, akhirnya dia mencapai orgasme yang sangat hebat. <br />Semprotan air maninya terasa hangat ketika tumpah di wajah dan mulutku. Mau tidak mau meski badanku penuh bilur kemerahan aku juga mencapai orgasme yang sangat hebat pula hingga tubuhku bergetar liar sebelum akhirnya diam terpuruk di atas kasur. Kupejamkan mataku sambil menjilati sperma yang masih tersisa di sekitar mulut dan wajahku. <br /><br />"Kamu memang berbakat jadi perek Han. Dari pertama aku menidurimu, aku langsung tahu kalau kamu ini memang perempuan binal yang sangat-sangat gatal. Tapi nggak pa-pa, mungkin itu malah menguntungkan suatu hari kelak." <br />Ditepuknya pahaku sebentar, lalu dia cepat-cepat berkemas memakai bajunya. <br /><br />"Besok kuhubungi lagi kalau ada waktu. Kamu boleh tidur dengan orang lain tapi ingat, kamu harus beritahu aku dulu. Mulai sekarang aku yang akan menentukan dengan siapa kamu bisa bersanggama dan siapa yang boleh menidurimu. Dengar?" <br />Aku hanya dapat mengangguk menerima ultimatumnya meski masih tidak jelas dengan maksudnya. Dia masih sempat menggigit klitorisku sebelum meninggalkanku terbaring tanpa daya penuh memar dan sperma di dada dan wajah. Tanpa repot-repot membersihkan diri aku langsung jatuh tertidur kecapaian. <br /><br />Keesokkan hari dan hari-hari selanjutnya hingga saat ini Ken mewujudkan kata-katanya dengan menjadikan aku pelacur sungguhan yang melayani semua permintaan kapan saja dan dimana saja sesuai keinginan klien yang tidak lain adalah teman-temannya sendiri. Aku tidak pernah menyesali semua yang terjadi pada diriku, sebab justru dengan menjadi pelacur di tangan Ken aku dapat memenuhi semua kebutuhanku, terutama kebutuhan akan seks yang tidak kusangka semakin hari semakin besar. <br /><br />Sejak saat itu aku telah enam bulan menjadi pelacur di kalangan teman dan relasi Ken. Rio dan Leo menjadi klien tetapku setiap Jumat malam tanpa dipungut bayaran. Ken sendiri masih sering meniduriku, terutama bila tidak ada pesanan. Sebagai tambahan pula semenjak lima bulan yang lalu aku pindah kos ke sebuah rumah kontrakkan bersama empat orang gadis lain termasuk Vivi agar kami lebih bebas menerima klien dan bebas ditiduri oleh pacar-pacar kami dan berorgy semalam suntuk. Tapi peranku di dunia kampus tetap tidak berubah. Di mata teman-teman yang tidak mengetahui kerja sembilanku, aku tetap Hana yang dulu, mahasiswi semester delapan yang cemerlang dan nyaris tanpa cela di mata dosen.<br /><br />
<br /></body>
<br /></html>Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-38072706316816725392010-02-21T12:27:00.001+07:002010-02-21T12:32:34.349+07:00Memijit Mama<html>
<br /><head>
<br /><title>Memijit Mama-http://ngesex-ngesex.blogspot.com</title>
<br /></head>
<br /><body><br /><br /><br />"Mah, kemana saja sih kok sudah sebulan ini baru datang?", tanyaku sengit ketika Mama ku datang mengunjungiku di Bandung.<br />"Mama sudah dapat pacar baru ya? sampe enggak sempet datang? Pokoknya aku enggak mau kalo Mama dapat Papa baru".<br />Mama ku terlihat kaget ketika aku marah, padahal beliau baru saja datang dari Jakarta hari jumat sore itu. Tetapi ketika kepalaku di elus-elusnya dan mama mengatakan minta maaf karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan sekaligus juga mengatakan kalau mama tetap sayang denganku, perasaan marahku pun jadi luluh.<br /><br />"Masak sih Mas (namaku sebenarnya Pur tetapi mama selalu memangggilku Mas sejak aku masih kecil), kamu enggak percaya sama mama? Mama terlalu sayang padamu, jadi kamu jangan curiga kalau mama pacaran lagi", katanya terisak sambil menciumi pipiku dan akhirnya kami berpelukan.<br />Setelah makan malam, lalu kami berdua ngobrol di ruang tamu sambil melihat acara TV.<br />"Mas, rambutmu itu sudah mulai banyak lagi yang putih... sini mama cabutin", kata mama yang biasanya selalu mencabuti ubanku bila datang ke Bandung. Segera saja aku bergegas ke kamar untuk mengambil cabutan rambut lalu duduk menghadap kearah TV di lantai sambil sandaran di sofa yang diduduki mama.<br />Terus terang, aku paling senang kalau mama sudah mulai mencabuti ubanku, soalnya bisa sampai ngantuk.<br />"Banyak betul sih Mas ubanmu ini?", komentar mama sambil mulai mencabuti ubanku.<br />"Habis sih... Mama sudah lama enggak kesini... cuman ngurusin kerjaan melulu."<br />"Ya sudah, sekarang deh mama cabutin ubanmu sampai habis." <br />Kami lalu diam tanpa berkata kata.<br />"Mas""ngomong2 kamu sudah punya pacar apa belum?", tanya mama tiba2, sambil masih tetap mencabuti ubanku di kepala bagian belakang.<br />"Belum kok Ma"..masih dalam penjajakan", sahutku.<br />"Tuh... kan. Kamu ngelarang mama cari pacar, tapi kamu sendiri malah mau pacaran.", sahut mama dengan nada agak kesal.<br />"Pokoknya, mama enggak mau lho kalau kamu mulai pacaran, apalagi masih sekolah bisa2 pelajaranmu jadi ketinggalan dan berarti kamu juga sudah enggak sayang lagi sama mama", tambahnya.<br />"Enggak kok Ma, aku masih sayang kok sama mama."<br /><br />"Sudah selesai Mas yang belakang, sekarang yang bagian depan", perintahnya. <br />Lalu kuputar dudukku menghadap ke arah Mama dan tetap duduk dilantai diantara kedua paha mamaku serta Mamapun langsung saja meneruskan mencabuti uban-ubanku.<br />"Mas, kamu kan sekarang sudah tambah dewasa, apa enggak pingin punya pacar atau pingin meluk atau dipeluk seorang perempuan?", kata mama tiba2. <br />"Atau kamu sudah jadi laki-laki yang enggak normal barangkali ya, Sayang?", lanjut Mama.<br />"Ah, mama ini kok nanyanya yang enggak2 sih?", sambil kucubit paha mama yang mulus dan putih bersih.<br />"Habisnya selama ini kan kamu enggak pernah cerita soal temen wanita kamu, Mas.", sahut mama.<br />"Aku ini masih laki-laki tulen Mah. Kalau mama enggak percaya, boleh deh dibuktiin atau di test ke dokter.", tambahku sambil kuelus-elus paha mama. Kata Mama, aku enggak boleh pacaran dulu, tambahku.<br />"Naaah... gitu dong Mas. Pacarannya nanti-nanti saja deh Mas, kalau kamu sudah lulus".<br />"Tapi, kamu kan sudah dewasa, apa enggak kepingin meluk dan mencium lawan jenis kamu", tanyanya lagi.<br />"Kadang-kadang sih kepingin juga sih Ma, apalagi banyak teman-temanku yang sudah punya pasangan masing-masing. Tapi ngapain sih Ma, kok nanya2 gituan?"<br />"Ya... enggak apa apa sih, mama cuman pingin tahu saja.", sahut mama sambil tetap mencari ubanku.<br /><br />Karena aku duduk menghadap mama dan jaraknya sangat dekat, tanpa kusadari mataku tertuju kebagian dada mama dan karena Mama ku hanya memakai baju tidur putih yang tipis sekali, maka tetek dan puting susunya secara transparan terlihat dengan jelas.<br />"Mah... ngapain sih Mama pake baju tidur ini?"<br />"Lho... memangnya kenapa mas dengan baju tidur mama ini? emangnya kamu enggak suka ya Mas?", tanya mamaku, tanpa menghentikan kerjanya mencabuti ubanku.<br />"Emangnya Mama enggak malu?"... tuh kelihatan?", sambil kututul puting tetek mama yang terlihat menonjol keluar dari balik baju tidurnya dengan ujung jariku.<br />"Huuuusss, teriak mama kaget. Mama kirain kenapa? wong enggak ada orang lain saja kecuali kamu dan bibi dirumah ini. Lagipula mama kan enggak keluar rumah. Memangnya kamu enggak suka ya Mas?", sahut mama menghentikan kerjanya dan memandang mataku.<br />"Wah"... ya suka bangeet dong Mah. Apalagi kalau boleh megang...", senyumku.<br />"Huussss...", sambil menjundul dahiku.<br />"Wong kamu ini masih kecil saja", tambahnya.<br />"Mah. Aku ini sudah mahasiswa lho.. bukan anak TK lagi, masak sih aku masih kecil? kalo ngeliat sedikit kan enggak apa apa kan mah... boleh kan Mah?", rengekku.<br /><br />Mama tidak segera menjawab dan tetap saja meneruskan mencabuti ubanku seolah olah enggak ada apa-apa.<br />Setelah kutunggu sebentar dan mama tidak menjawab atau melarangku, akhirnya kuberanikan untuk menjulurkan tanganku kearah kancing baju tidurnya didekat dadanya.<br />"Sebentar aja lho Mas ngelihatnya", ujarnya tanpa menghalangi tanganku yang sudah melepas 3 buah kancing bajunya.<br />"Aduh Mah...putih betul sih tetek mama." komentarku sambil membuka baju tidurnya sehingga tetek mamaku tersembul keluar. Aku enggak tahu ukurannya, tetapi yang pasti tidak terlalu besar sehingga kelihatan tegang menantang serta berwarna merah gelap di sekitar puting nya.<br />"Sudah ah Mas, tutup lagi sekarang", katanya sambil tetap mencabuti ubanku.<br />"Lho... Kok malah bengong, tutup dong Mas?", katanya lagi ketika kata-kata mama enggak aku ikutin dan tetap memandang kedua tetek mama yang kupandang begitu indah.<br />"Bentar dong Mah... aku belum puas nih Mah, melihat tetek mama yang begitu indah ini. Boleh ya Mah pegang dikit?"<br />"Tuh kan... Mas ini sudah ngelunjak. Katanya tadi cuman mau ngelihat sebentar, eeeh sekarang pingin pegang.", sahut mama sambil tetap melanjutkan mencabut ubanku. <br />"Sebentar aja lho...", sahutnya tiba2 ketika melihatku hanya bengong aja mengagumi tetek mama.<br /><br />Setelah Mama mengizinkan dan dengan penuh keraguan serta tanpa berani melihat wajah Mama, segera saja kuremas pelan kedua tetek mama dengan kedua telapak tanganku.<br />"Aahh... sungguh terasa halus dan kenyal tetek mama", gumanku dalam hati. Lalu kedua tetek mama kuelus2 dan kuremas2 dengan kedua tanganku.<br />Karena asyiknya meremasi tetek mama, baru aku sadar kalau tangan mama sudah tidak lagi mencabuti ubanku lagi di kepalaku dan setelah kulirik, ternyata mama telah bersandar di sofa dengan mata tertutup rapat, mungkin sedang menikmati nikmatnya remasan tangan ku di tetek nya.<br /><br />Melihat mamaku hanya diam saja dan memejamkan matanya, lalu timbul keberanianku dan segera saja kumajukan wajahku mendekati tetek kirinya dan mulai kujilat puting teteknya dengan ujung lidahku.<br />Setelah beberapa kali teteknya kuremas dan tetek satunya kujilati, kudengar desahan mama sangat pelan "ssshhh... ssssshhhh... aaaahh.. Maaaass... suuuudaaaahh..."<br />Desahan ini walaupun hampir tidak terdengar membuat ku semakin berani dan jilatan di puting teteknya dan kuselingi dengan hisapan halus serta remasan di tetek mama sebelah kanan pun kuselingi dengan elusan elusan lembut.<br />Tiba2 saja terdengar bunyi "kling" di lantai dan itu mungkin cabutan ubanku yang sudah terlepas dari tangan mama, karena bersamaan dengan itu, terasa kedua tangan mama sudah meremas remas rambutku dan kepalaku di tekannya kearah badannya sehingga kepalaku sudah menempel rapat di tetek mama dan nafasku pun sedikit tersengal. Desahan dari mulut mamaku pun semakin keras.<br />"Ssssshhh... ooooohh... aaaaahhh... Maaaaaassss..."<br /><br />Desahan yang keluar dari mulut mamaku ini menjadikan ku semakin bersemangat dan kugeser kepalaku yang sedang dipegangi mama kearah tetek yang satunya dan tangan kananku kuremaskan lembut di tetek kiri mama dan tak henti2 nya desahan mama terdengar semakin kuat dengan nafas cepat.<br />"Maaasss... aaaaahhh", desah mama dengan keras dan tubuhnya meliuk liuk, seraya mendekap kepalaku sangat kuat sehingga wajahku tenggelam kedalam teteknya. <br />"Aaaahhhh", teriaknya dan diakhiri dengan nafasnya yang cepat dan tersengal-sengal.<br />"Maaas, mama lemes sekali", kata mama dengan suara yang hampir tidak terdengar dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal. "Maass, tolong bawa mama ke kamar", tambahnya dengan nafasnya yang masih cepat.<br />"Ayoooo Maas. Cepat bawa mama ke kamar", katanya lagi dan tanpa berfikir panjang akhirnya kubopong mama dan kuangkat ke tempat tidurnya dan dengan hati2 kutidurkan terlentang di tempat tidurnya dan mata Mama masih tetap merem tapi nafasnya yang cepat sudah sedikit mereda.<br /><br />Aku enggak tahu harus berbuat apa, jadi aku hanya tiduran saja disamping mama sambil ku elus elus dahi yang berkeringat dan rambutnya serta pandanganku tidak pernah lepas dari wajah mama karena takut terjadi apa2, tapi sering juga mataku tertuju ke tetek mama yang menyembul keluar dari baju tidurnya yang terbuka. Nafas mama makin lama semakin teratur.<br />Tak lama kemudian mata mama mulai terbuka pelan-pelan dan ketika melihatku ada disampingnya, mama tersenyum manis sambil tangannya dieluskan ke wajahku.<br />"Kenapa Mah. Aku sampai takut", kataku sambil kuciumi tangan yang sedang memegang wajahku.<br />"Mama lemes sekali sayang... kaki mama gemetaran, tolong kamu pijitin mama", perintahnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.<br /><br />Tanpa membantah, segera saja aku berpindah ke dekat kaki mama dan ketika kedua kakinya di geser kearah berlawanan, lalu kutempatkan dudukku diantara kedua paha mama yang sudah terbuka lebar. Kulihat mama sudah menutup matanya kembali.<br />Penisku yang tadi sudah tidur karena rasa takut, kembali mulai bangun ketika baju tidur mama yang tersingkap dan cd nya terlihat jelas. Benar-benar merupakan pemandangan yang sangat indah, pahanya yang putih mulus serta padat berisi itu membuat jantungku serasa mau copot.<br /><br />Karena enggak pernah tahu bagaimana caranya memijat, akhirnya kedua tanganku kuletakkan di kedua paha mama dan kupijit-pijit dari bawah ke atas. Aku enggak tahu, apakah pijitanku itu enak apa tidak, tetapi kelihatannya mama tetap memejamkan matanya tanpa ada protes. Demikian juga ketika kedua tanganku kusodokan di cdnya beberapa kali, mama pun tetap diam saja.<br />Memang godaan syahwat bisa mengalahkan segalanya. Penisku pun sudah begitu tegang sehingga kugunakan salah satu tanganku untuk membetulkan arahnya keatas agar tidak terasa sakit.<br />"Mah... celana mama mengganggu nih. Aku buka saja ya mah?", tanyaku minta izin sambil memandang ke arah nya.<br />Mama enggak segera menjawab, tapi kuperhatikan mama mengangguk sedikit.<br /><br />Tanpa berlama-lama walaupun aku masih ragu, segera kutarik turun cdnya dan ketika bagian bawah pantat mama sulit kutarik, mama malah membantunya dengan mengangkat badannya sedikit sehingga cdnya dengan mudah kupelas dari kedua kakinya. Lalu sekalian saja kulepas beberapa kancing baju tidur nya yang tersisa dengan salah satu tanganku dan dengan cepat, kupelas juga kaos dan celana yang melekat di tubuhku.<br />Sambil kembali kupijati paha mama, mataku enggak lepas memandang memek mama yang baru pertama kali ini kulihat. Bulu jembutnya terlihat hanya beberapa lembar sehingga bentuk memeknya terlihat dengan jelas dan dari celah bibirnya kulihat sudah berair. Detak jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik mamaku.<br />Karena enggak tahan cuma memelototi lubang kenikmatan mama, lalu kuselonjorkan badanku kebelakang sehingga wajahku pun sudah berada tepat diatas memek mama tapi tanganku pun masih memijati pahanya walaupun itu hanya berupa elusan elusan barangkali.<br />Awalnya sih aku hanya mencoba membaui memek mama dengan hidungku. Ah, ada bau yang meruap asing di hidungku, segar dan membuatku tambah terangsang. Eeeh... kuperhatikan mama tetap tenang saja, walaupun nafasnya sudah lebih cepat dari biasanya.<br /><br />Ketika lidahku mulai kumainkan dengan menjilat di seputar belahan bibir memeknya yang sudah terlihat basah dari tadi dan terasa asin tapi enak, pinggul mama tergelinjang keras sehingga hidungku basah terkena cairan mama.<br />"Aduuuuh Mas!", teriak mama tiba2 dengan suara serak dan tersendat sendat diantara nafasnya yang sudah memburu. tetapi mama kembali diam dan aku artikan mama setuju saja dengan apa yang aku lakukan dan walaupun kedua tangannya memegangi kepalaku.<br />Tanpa minta izin, segera saja jari-jariku kugunakan untuk membuka bibir vagina dan memainkan bibir vagina serta daging kecil yang sudah menyembul dari sela-sela bibir vaginanya. <br />"Aduh... aaaaaah... aaahhh... Maaaaas", kudengar desahan mama agak keras.<br />Dapat kurasakan cairan lendirnya yang sudah semakin membasahi vagina mama yang indah itu. Betapa nikmat rasanya, apalagi dengan desahan mama yang semakin lama semakin keras, membuatku semakin bersemangat dan mulai kujilati, kuendus dan kumasukkan hidungku kedalam vaginanya serta kumainkan lidahku di lobang memek mama.<br /><br />Mungkin karena keenakan, desahan mama sudah menjadi erangan yang keras dan rambut kepalaku pun sudah diremas remas mama seraya di tekan tekannya kepalaku dan pantatnya pun digoyangnya naik turun sehingga seluruh wajahku terasa basah semua terkena cairan yang keluar dari memek mama. Aku terus saja memainkan lidahku tetapi tidak berapa lama kemudian bisa kurasakan goyangan tubuh mama semakin cepat dan nafasnya pun sudah terdengar cepat dan keras sekali. Tubuh mama mengejang dan akhirnya dia mendesah keras,<br />"Maaaas... addduuuuh... aaaaaah... ssssh. teee..ruuuuusss..maaas", sambil kepalaku ditekannya dalam dalam kearah memeknya. Lalu mama terkapar melepas tangan nya dari kepalaku dengan nafas ngos2an yang cepat dan aku yakin sekali kalau mama sudah mencapai orgasmenya lagi.<br />Tanpa disuruh aku segera naik dan tiduran miring menghadapnya disamping mama yang terlentang dengan nafasnya yang masih cepat.<br /><br />"Aduuuh"maaas, kamu nakal sekali ya? kamu bikin mama jadi keenakan sampe lemes sekali", katanya setelah nafasnya agak normal sambil memencet hidungku.<br />"Mah... booo leeeh enggak aaaa kuuuu?", tanyaku tapi enggak berani meneruskan kalimatnya, sambil ku usap2 dahi mama yang masih berkerigat. Mudah2an saja mama mengerti maksudku itu, soalnya penisku sudah tegang sekali.<br />"jangan ya sayang...", jawab mama seraya mengecup pipiku dan jawaban itu tentu saja membuatku menjadi sedikit kecewa.<br />Mungkin mama melihat perubahan wajahku dan karena merasa kasihan, lalu katanya "...Mas, boleh deh, tapi hanya digesek gesekin saja ya di luar?". Mendengar jawaban itu membuat hatiku agak lega. Yah... dari pada enggak boleh sama sekali, padahal rasa kepinginku sudah sampe diujung.<br /><br />"Sini sayang naiklah", lanjut nya sambil meraih tubuhku untuk naik di atas tubuh mama dan dari rasa sentuhan dikakiku, terasa mama juga sudah membuka ke dua pahanya, tapi tidak terlalu lebar.<br />Tanpa berkata kata, lalu kunaiki tubuh mama dengan penisku yang sudah siap tempur dengan kepalanya yang mengkilap tegang. Tangan mama sudah memegangi penisku dan mengarahkan batang kemaluanku ke memeknya. Lalu, penisku yang sedang dipegangnya di gesek2an keatas dan kebawah secara perlahan-lahan di memeknya yang memang sudah licin dan kupergunakan kesempatan ini untuk menjilati leher mama.<br /><br />Aku pun harus bersabar sedikit dan menunggu agar nafsu mama naik kembali karena sentuhan penisku dimemeknya dan jilatan2 ku di lehernya. Sesekali kuperhatikan wajah mama dan kulihat mama sedang memejamkan kedua matanya yang mungkin sedang menikmati gesekan2 penisku di memeknya.<br />Suatu ketika, mama menghentikan gerakan tangannya dan melepaskan pegangan tangannya di penisku.<br />Kedua tangan mama lalu memegangi kepalaku dan melepaskanku dari dadanya yang sedang kujilati serta memandangku dengan mata sayu.<br />"Gimana... sayang, enak enggak?", tanyanya.<br />"Ya enak dong maaaah... tapiii...", jawabku di telinganya tanpa berani meneruskan.<br />"Tapi... kenapa Maaas?", tanya mama pura2 enggak mengerti kata-kataku tadi.<br />"Boo.. leh ya maaaah dimasukin?", jawabku agak gugup didekat telinganya lagi.<br />Belum sampai kata-kata yang aku ucapkan itu selesai, terasa ibu telah berusaha merenggangkan ke dua kakinya pelan2 lebih lebar lagi dan kulihat ibu tidak berusaha menjawab, tapi malah terus menutup matanya.<br />Dengan tanpa melihat, karena aku sibuk menjilati telinga dan leher mama dan kedua tangan mama hanya dipelukannya di punggungku, kutekan pantatku sedikit dan mama lalu menggeser pantatnya sedikit saat penisku sudah menempel di memeknya, sepertinya mama yang memang sudah lebih berpengalaman, sedang berusaha menempatkan lobang memeknya agar penisku mudah memasukinya.<br /><br />Ketika mama sudah tidak menggerakkan tubuhnya lagi, pelan2 kutekan penisku ke memek mama, tetapi sepertinya kepala penisku terganjal dan tidak mudah masuk atau mungkin salah tempat, walau aku tahu memek ibu sudah basah sekali dari tadi.<br />Tetapi ketika kuperhatikan wajah mama yang lagi merem itu, sepertinya mama agak menyeringai, mungkin sedang menahan rasa sakit sewaktu penisku kutekan ke memeknya...<br />"Peel.. laaan.. pelaaan sayyy...aang, saaa...kiiitt, mama sudah lama enggak pernah lagi", kudengar bisik mama didekat telingaku. Karena kasihan mendengar suara mama yang kesakitan, segera saja kuangkat pelan2 penisku tetapi tangan mama yang dari tadi ada di punggungku sepertinya berusaha menahannya.<br /><br />"Nggggak aaapppaa aapa Maaas", terdengar bisik mama lagi. Aku nggak menjawab apa2, tetapi kemudian terasa tangan mama sepertinya menekan pantatku, mungkin menyuruhku untuk mencoba memasukan penisku, lalu kutusukkan lagi saja penisku pelan2 ke memek mama dan "..ssssrreeeeeeeet", terasa kepala penisku seperti menguak sesuatu yang tadinya tertutup rapat dan langsung saja kuhentikan tusukan penisku ke memek mama, karena terlihat mama menyeringai menahan sakit dan terdengar lagi mama merintih.<br />"Aduuuuhh... maaaaas...", sambil kedua tangannya menahan punggungku sedikit dan kembali tekanan pantatku kebawah segera kuhentikan. Aku jadi kasihan melihat wajah mama selalu menyeringai seperti kesakitan.<br />Tetapi beberapa saat kemudian, <br />"Teken lagi mas, tapi pelan pelan ya...", sambil kedua tangan mama menekan pantatku pelan-pelan, langsung saja aku mengikuti tekanan tangan dipantatku menekan pelan2 dan tiba2 "..sssrrrrreeett... bleesss...", terasa kepala penisku masuk ke memek mama. <br />"...Maaaaasss!..", teriak mama pelan bersamaan dengan masuknya kepala penisku.<br />"Sudah maaass..suuuuukk... saaa... yaang...", lanjutnya sambil melepas nafas panjang tapi tangan mama malah menahan tekanan pantatku.<br />Aku diamkan sebentar pergerakan penisku sambil menunggu reaksi mama, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, aku merasa penisku sedang terhisap kuat di dalam memek mama dan tanpa kusadari terucap dari mulutku, <br />"..Maaah... maaah... terr... uuusss... Maaah e...naaaaak.'<br /><br />Saking enaknya, aku sudah nggak memperhatikan tangan atau wajah mama lagi, lalu kegerakkan pantatku naik turun pelan2 dan mamapun mengimbanginya dengan mengerakkan pantatnya seperti berputar-putar. <br />"Maaasss.. terus... maaas.. enaaakk... aduuuhhh... enak Mas...", kudengar kata-kata mama terbata-bata dan kubungkam bibir mama dengan mulutku sambil lidahku kuputar didalam mulutnya, serta kedua tanganku kucengkeram kuat diwajah mama..<br />Sedang kan kedua tangan mama masih tetap di posisi pantatku dan menekan pantatku apabila pantatku lagi naik. Goyangan dan gerakan aku dan mama semakin cepat dan kudengar bunyi<br />"Crreeettt... creeettt.. creeetttt."<br />Secara teratur sesuai dengan gerakan naik-turunnya pantatku serta bunyi suara mama, "Hhhmmm... aaahhhh... aaahhh...", yang nggak keluar karena bibirnya tertutup bibirku.<br /><br />Tiba2 saja mama menghentikan gerakan tubuhnya dan mengatakan, "berhenti sebenar sayang".<br />"Kenapa Ma?"<br />"Maasss, tolong cabut punyamu dulu, mama mau mengelap punya mama supaya agak kering sedikit, biar kita sama sama enak nantinya", katanya.<br />Bener juga kata Mama, kataku dalam hati, tadi memek Mama terasa sangat basah sekali. Lalu pelan2 kontolku kucabut keluar dari Memek Mama dan kuambil handuk kecil yang ada di tempat tidur sambil kukatakan, "Maaam, biar aku saja deh yang ngelap..boleeeh kan Maaam?"<br />"Terserah kamu deh Maasss", jawab Mama pendek sambil membuka kedua kakinya lebar2 dan aku merangkak mendekati memek Mama dan setelah dekat dengan memek Mama, lalu kukatakan, "Aku bersihkan sekarang ya maaaaa?", dan kudengar Mama hanya menjawab pendek.<br />"Boleh sayaaang". Lalu kupegang dan kubuka bibir memek Mama dan kutundukkan kepalaku ke memeknya lalu kujilat-jilat itil dan belahan memek mama dan pantat Mama tergelinjang keras mungkin karena kaget sambil berseru, "Maaas... kamu... nakal yaaaaa!". <br />Tanpa menjawab, aku teruskan isapan dan jilatan di semua bagian memek Mama dan membuat Mama menggerak-gerakkan terus pantatnya dan kedua tangannya kembali menekan kepalaku. Beberapa saat kemudian, terasa kepalaku seperti ditarik Mama sambil berkata, "Maas... sudaaaah sayaaaaang. Mama nggak tahaaan. Kalau kamu gituin terus. Sini... yaaaang". <br /><br />Lalu kuikuti tarikan tangan Mama dan aku langsung naik diatas badan Mama dan setelah itu kudengar mama seperti berbisik di telingaku, "Mas, masukin lagi... punyamu... sayaaang... Mama sudah ngak tahan... ya aang", dan tanpa membuang-buang waktu, kuangkat kedua kaki Mami dan kutaruh diatas pundakku sambil ingin mempraktekkan seperti apa yang kulihat di blue film yang sering kulihat dan sambil kupegang batang kontolku, kuarahkan ke memek Mama yang bibirnya terbuka lebar lalu kutusukkan pelan2, sedangkan mama dengan menutup matanya seperti pasrah saja dengan apa yang kuperbuat. <br /><br />Karena memek Mama masih tetap basah dan apalagi baru kujilat dan kuisap-isap, membuat memek mama semakin basah sehingga sodokan kontolku dapat dengan mudah memasuki lobang memek Mama.<br />Mama mulai meggerakkan pantatnya naik turun mengikuti gerakan kontolku yang keluar masuk memeknya.<br />"Mas, terus teken yang kuat", desah mama dan tanpa perintah kedua kalinya, akupun menggenjot memeknya lebih kuat sehingga terdengar bunyi "crroooooot... croooott", mungkin akibat memek mamaku yang sudah basah sekali. <br />"Ayyooo maaasss", serunya lagi dengan nafasnya yang sudah tersengal sengal.<br />"Maas... turunkan kaki mama", mintanya dan sambil kontolku masih kusodok sodokkan kedalam memek mama, satu persatu kakinya kuturunkan dari bahuku dan akupun sudah menempel tubuh mama serta mama mulai menciumi seluruh wajahku sampai basah semua...<br /><br />Nggak lama kemudian gerakan pantat mama yang berputar itu semakin cepat dan kedua tangannya mencengkeram kuat2 di pantatku dan... tiba-tiba mama melepas ciumanku serta berkata tersendat-sendat agak keras ".. Maaaaassss... mama.. haam.. piirr.. maaaas... aa... yyoooo ..maass.. cepppaaaat..'<br />Moment ini nggak kusia-siakan, karena aku sudah nggak kuat menahan desakan pejuku yang akan keluar. "Ayyooo maaaah... Aduuuh... maaah...", sambil kutekan kontolku kuat2 kedalam memek mama dan kurasakan cengkeraman kuat kedua tangan mama di pantatku makin keras dan agak sakit seakan ada kukunya yang menusuk pantatku.<br /><br />Kuperhatikan mama dengan nafas yang masih ter-engah2 terdiam lemas seperti tanpa tenaga dan kedua tangannya walau terkulai tapi masih dalam posisi memelukku, sedangkan posisiku yang masih diatas tubuh mama dengan kontolku masih menancap semuanya didalam memeknya.<br />Karena mama hanya diam saja tapi nafasnya mulai agar teratur, aku berpikir mama mau istirahat atau langsung tidur, lalu kuangkat pantatku pelan2 untuk mencabut kontolku yang masih ada di dalam memek mama, eeehh... nggak tahunya mama dengan kedua tangannya yang masih tetap di punggungku dan memiringkan badannya sehingga aku tergeletak disampingnya lalu dengan matanya masih terpejam dia berguman pelan, "Maaas... biarkan.. Mas. Biarkan punyamu itu didalam sebentar. Rasanya enak... ada yang mengganjel didalam...", sambil mencium bibirku mesra sekali dan kami terus ketiduran sambil berpelukan.<br /><br />Entah berapa lama aku sudah tertidur dan akhirnya aku terbangun karena aku merasakan ada sesuatu yang menghisap-hisap kontolku. Ketika kulihat jam diding, kulihat sudah jam 5 pagi dan kulihat pula mamaku sudah berada di bagian bawah lagi asyik mengulum dan mengocok ngocok kontolku. Aku pura2 masih tidur sambil menikmati kuluman mulut mama di kontolku. Mama mengulum kontolku dan memainkan dengan lidahnya, aku terasa geli.<br />Sambil mengulum, terasa kelembutan jari jemari mama mengusap dan membelai batang kontolku. Diusap dan diurutnya keatas dan kebawah. Terasa mau tercabut batang kontolku diperlakukan seperti itu. Aku hanya mendesis geli sambil mendongakkan kepala menahan nikmat yang luar biasa.<br /><br />Setelah itu, giliran pangkal paha kananku diselusurinya. Lidah mama mengusap-usap pangkal pahaku, terus menyusur ke paha dan terus naik lagi ke buah zakar, ke batang kontolku, ke kepala kontolku, enuaaaknyaa.<br />Tetapi lama lama tidak tahan juga sehingga mau tak mau pantanku pun mulai kugerakkan naik turun dan yang membuat mama nengok kearahku dan melepas kuluman di kontolku tapi tetap masih memeganginya.<br />"Sudah bangun saayaaang.", katanya dengan suara lembut.<br />"Terus maaah, enaaaaakk", kataku dan kembali mamaku mengulum kontolku sehingga terlihat kontolku keluar masuk mulut mama. Setelah beberapa lama kontolku dikulum dan mengurut batang kontolku, tiba-tiba saja mama melepas kontolku. Kini, lidah mama sudah naik menyusuri perutku, menjilat-jilat pusarku, terus naik lagi ke dada kanan, melumuri puting susu kananku dengan air liur yang hangat, lalu ke leher, dan akhirnya ke mulutku.<br /><br />Lidah mama ketika memasuki mulutku, kugigit sedikit dengan gemas... Tiba-tiba, aduuhhhh... aku merasa batang kemaluanku memasuki jepitan daging hangat, kenyal dan berlendir.... memek mama. Rupanya saat mulutku asyik menikmati lidahnya, mama menyodokkan vaginanya ke kontolku yang memang sudah tegang sekali. Tanpa mengeluarkan lidahnya dari mulutku, mama mulai menekan pantatnya ke bawah. "Blesssss...", kontolku menerobos masuk kedalam memek mama. Hangat rasanya.<br />Mama terus melakukan gerakan memompa. <br />Aduhhhhh batang kontolku merasakan elusan dan remasan dinding vagina mama... Akupun menggelepar sehingga lidah mama keluar dari mulutku. Tapi lidah mama terus mengejar mulutku sehingga bisa kembali masuk ke dalam mulutku. Sementara pantatnya tetap memompa dan terdengar bunyia "crooot... croott..."<br />"Aduhhhh... enaaaknya", seruku tanpa sadar.<br />"Enaaak sayaaaaang?", tanya mama.<br />"Terruuss maaaaah, enak sekali..."<br /><br />Tiba-tiba saja mama melepaskan mulutnya dari mulutku. Lalu tangan mama diletakkan dan bertumpu di dadaku, serta mulai naik turun memompa dan memutar-mutar pantatnya. <br />"Serrrr... serrr..." <br />Batang kontolku pun serasa ikut terputar seirama dengan putaran pantat mama. <br />"Addduuuuuuhhhh, maaaaah, aku nggak tahaannn nih..." ,desisku.<br />Mama kelihatannya tidak ambil pusing dengan rintihanku, dia tetap memutar, memompa, memutar, memompa pantatnya, tapi nafasnya pun sudah begitu cepat.<br />Tetek mama yang ada dihadapanku pun juga ikut tergoyang-goyang seirama dengan gerakkan tubuhnya dan kuremas remas keduanya dengan tanganku.<br /><br />Sekitar beberapa menit aku terombang-ambing dalam kenikmatan yang luar biasa, sampai akhirnya ketika ibu mulai mengubah posisi dengan membalik tubuhku sehingga aku sekarang sudah berada diatas tubuh mama dan nafas mama kuperhatikan sudah begitu cepat.<br />"Maaaas... ceeepaaaat, teken yang kuat maaass", perintahnya sambil memeluk punggungku erat-erat serta menggerakkan pinggulnya naik turun dengan cepat sehingga membuat kontolku terasa sedikit ngilu.<br />"Cepaaaat Maaas", serunya lagi dengan nada suara yang cukup keras seraya tangannya mendekap punggungku kuat-kuat. Mungkin mama sudah mendekati orgasmenya barangkali, padahal akupun sudah hampir tidak kuat menahan air maniku agar tidak keluar.<br />"Ini maaaah. Ini tahan yaaa maaah...", sahutku seraya kugenjot memek mama kuat2 beberapa kali.<br />"Ter..rrruss..saaayang terruuuus", katanya lagi dengan gerakan pinggulnya semakin liar saja.<br />"Maaah...maaaaaaah. Aku gak tahan lagiiiiiii", teriakku kuat-kuat kutekan kontolku lebih kuat lagi kedalam memek mama dan "crreeeeet...", air maniku akhirnya jebol dan menyemprot kuat kedalam memek mama dan mungkin setelah menerima semprotan air maniku akhirnya mama pun berteriak, "Maaaaassss, mama juuuugaaaaaaaa", teriaknya sambil merangkulkan kedua kakinya kuat2 dipunggungku dan cengkeraman tangannya pun membuat punggungku terasa sakit.<br /><br />Akupun akhirnya menjatuhkan tubuh ku disamping mama dan sama2 terengah engah kecapaian.<br /><br />Setelah nafas kami mulai teratur, sambil memelukku mama berkata serasa berbisik dekat telingaku.<br />"Enaaak.. maaaaaasss?"<br />"Enak sekali maaaah.".<br />"Mas, jangan sampai ada yang tahu soal ini yaaaa? Kamu kan bisa jaga rahasia kita ya", kata mama.<br />"Iya maaah".<br />"Dan satu lagi...", kata mama sambil memandangku tajam.<br />"Apa itu Maaah?"<br />"Yang ini punya mama. Jangan kamu kasihkan ke orang lain ya?", katanya seraya mencengkeram kontolku yang lagi tidur kecapean dan mengelus elusnya.<br />"Janji ya.. saaaayang?", tambahnya lagi.<br />"Asal ini semua juga buat saya ya Maaah.", sahutku sambil kuremas memek mama dan kueluskan jariku dibelahan memek mama yang masih terasa basah oleh air maniku.<br />Akhirnya kami tertawa berbarengan dan tiba2 saja ada ketukan di pintu kamar, "Buuuu... sudah siang!". Rupanya ketukan dari pembantu karena saat itu sudah jam 9.00 pagi.<br /><br />Setelah itu, mama selalu tidak pernah absen mengunjungiku di Bandung atau kalau mama berhalangan, maka akulah yang datang ke Jakarta.<br /><br /><strong>TAMAT</strong><br /><br />
<br /></body>
<br /></html>Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-47051638498565739552010-02-21T11:59:00.000+07:002010-02-21T12:03:49.514+07:00Kencan Dengan Bruno<html>
<br /><head>
<br /><title>Kencan Dengan Bruno-http//ngesex-ngesex.blogspot.com</title>
<br /></head>
<br /><body><br />
<br /><font size="6">Kencan Dengan Bruno</font><br /><br />
<br />Cerita ini berawal ketika aku dan Vivi belajar bareng di rumahku. Waktu itu hanya kami dan si mbok yang berada di rumah, karena mami dan papi ku lagi ke bandung. Sedangkan kakakku selama mami dan papi ngga dirumah dia juga suka pulang larut malam. <br /><br />"Vi, sudah jam empat nich, kita istirahat dulu yuk", ajak ku. <br />"ok, aku juga sudah capek nich wi", kata Vivi. <br />"O..ya dew, aku haus nich, campur ama ngantuk juga, suruh dong si mbok bikinin es sirop. <br />"Ok..ok tuan putri", jawabku. <br /><br />Tidak lama setelah aku pesan datanglah si mbok membawakan dua gelas es sirop. Lalu kami cerita-cerita sambil ngegosipin teman-teman di sekolah. Tidak lama kami cerita-cerita, akhirnya Vivi ketiduran, aku pergi ke luar mengambil handuk, aku ingin mandi karena sudah sore. Sehabis mandi, aku menuju kamar, aku masih belum berpakaian, hanya lilitan handuk yang menutup tubuhku. <br /><br />Betapa kagetnya aku sewaktu masuk kamar, kulihat si bruno anjingku sedang menjilat-jilat paha Vivi, karena Vivi memakai rok mini, sesekali si bruno menjilat CDnya. Vivi hanya menggeliat geliat dan sesekali merintih, mungkin dia bermimpi sedang dicumbui pacarnya, pikirku. Lama juga tertegun aku menonton adegan yang mendebarkan dan membuat nafasku sesak. "non.., ada telpon dari nyonya", kata si mbok. <br />"Achhk", aku kaget mendengar sapaan si mbok, aku benar benar kaget, langsung saja aku tutup pintu, dan nyuruh si mbok bilang ke mami bahwa aku lagi tidur. <br /><br />Lalu aku konci pintu kamar ku, aku lepas handuk yang membalut tubuh ku. Lalu aku kenakan bra warna biru dan CD warna biru juga. Sedangkan si bruno aku biarin menjilat jilat dewi. Setelah selesai mengenakan pakaian dalam ku, aku hampiri Vivi yang lagi dijilati si bruno. Aku tarik si bruno, dia nya menggonggong, mungkin si bruno merasa terusik. Akhirnya Vivi kebangun mendengar gonggongan si bruno. <br />"ada apa wi", tanya Vivi keheranan ngeliat si bruno menggonggong kearahnya. <br />Dari wajahnya juga terlihat keheranan karena ngeliat aku hanya pake bra dan CD. <br />"akh, ngga apa-apa", ini.. aku habis mandi, waktu mo masuk kamar si bruno nyelonong juga, lalu aku tarik, eh malah gonggongin kamu." <br />"Dewi kok CD aku basah nich, padahal aku ngga mimpi basah lo." <br />"oh, ah, itu..", aku bingung juga mo jawab, nanti salah-salah malah Vivi marah banget sama aku. <br />"ada apa wi..?", desak Vivi. <br /><br />Setelah lama diam, baru aku jelasin kejadiannya. Vivi kaget, aku diam takut kalo Vivi marah dan musuhin aku. Lalu ia tetsenyum, <br />"Masa sich wi..?", Vivi ngga yakin. <br />"Bener swer dech" jawab ku. <br />Lalu Vivi berdiri, tanpa aku duga dia melepas t-shirtnya. <br />"Dewi, sini..", panggil Vivi, <br />"Ada apa vi..?" jawabku. <br />"Tolong bukain resleting rok aku wi." <br /><br />Seperti di hipnotis aku lepas resleting rok Vivi, dan aku tarik roknya. Sekarang Vivi hanya pake bra dan CD aja. Lalu Vivi naik lagi ke tempat tidur ku, dan berbaring, kakinya di buka lebar-lebar. <br />"Wi, lepasin lagi si bruno", pinta Vivi, aku menatap Vivi heran. <br />"Iya lepasin, aku pengen di jilatin lagi" <br />Lalu aku lepasin si bruno dan bruno pun langsung menjilat-jilat paha Vivi. Tangan Vivi meremas-remas sprai ku, menahan geli. Dia senyum-senyum, tapi lama-kelamaan suaranya seperti orang merintih, karena mulai terangsang dengan jilatan si bruno. <br />"Dewi.., tarik CD ku Wi..", rintih Vivi. <br />Aku langsung melepas CD Vivi tanpa diperintah dua kali. Tangan Vivi melepas bra nya, melihat adegan itu aku juga terangsang, aku lepas juga CD dan braku. Sekarang aku juga bugil tanpa ada sehelai benangpun menutup tubuh mulusku, Vivi juga bugil. <br />"Wi..suruh bruno jilatin Vagina aku, ayo wi.. ", pinta Vivi. <br />Suaranya mulai serak, aku pegang bruno dan mengarahkan kepalanya ke Vagina Vivi. Bruno langsung menjilat Vagina Vivi. <br />"Ooochh, achhk aooch.."suara Vivi mengerang. <br />Matanya sudah mulai merem, kakinya semakin terbuka lebar. Lidah bruno semakin lincah menjilat-jilat lobang Vagina Vivi, aku melihat penis si bruno sudah mulai keluar, warnanya kemerah-merahan. Aku angkat si bruno, maksudku biar bruno menjilat dada Vivi. <br />"Wi.., kenapa diangkat si bruno", tanya Vivi, <br />"Aku mau bruno jilat dada kamu vi.. " Rupanya Vivi juga melihat penis bruno, <br />"Wi lihat penis si bruno keluar, rupanya dia terangsang juga wi." <br />"Iya.., jawab ku". <br />"Sebentar Wi, aku nungging dulu", lalu Vivi nungging. <br />"Wi, suruh bruno masukin penisnya Wi, aku mau disetubuhi si bruno" pinta Vivi. <br />"Apa..?"tanya ku kaget. <br />"Iya aku pengen disetubuhi si bruno" jawab Vivi. <br /><br />Lalu aku angkat kaki depan si bruno, aku letakkan di punggung Vivi. aku arahkan penisnya biar masuk ke Vagina Vivi. "Aaachh.." Vivi menjerit kecil. <br />"Ooochh..oochh..aaccggh." jerit Vivi membuat aku tambah terangsang. <br />Si bruno semakin kencang mengocok penisnya ke vagina Vivi. <br />"Vivi.., aku pengen kamu jilat Vagina ku vi, aku juga mau merasakan enaknya", pinta ku sama Vivi. <br />"Ayo.. sayang berbaring didepan ku sayang, kata Vivi" <br /><br />Rupanya Vivi sudah ngga ingat apa-apa lagi, yang dia tau hanyalah kenikmatan disetubuhi bruno. <br />"Ooochh..acchh. oohh.. enakk, penis bruno panjang dan keras..enak sekali.." kata Vivi dalam erangannya. <br />Si bruno semakin kencang menggenjot Vagina Vivi, Vivi juga semakin garang menjilat vaginaku, sesekali dihisapnya cairan pelicin yang keluar dari vaginaku. <br />"Ooochh..aacchh," erangan Vivi semakin memburu. <br />"Ooochhcch." erangan panjang Vivi terdengar, <br />Vivi tersungkur di perut ku, rupanya Vivi sudah mencapai organsme. Tapi bruno tetap mengocok-ngocokkan penisnya, karena Vivi sudah ngga nungging lagi jadi penis bruno nempel di punggung Vivi, dan gesekan itu hanya dipunggung Vivi, sampai bruno juga memuncratkan cairan dari penisnya. <br /><br />Akhirnya kami terbaring dan sampai ketiduran karena letih. Waktu dibangunin si mbok, rupanya hari sudah jam sembilan malam. Malam itu Vivi nginap di rumah ku, dia nelpon ke maminya, untuk minta izin nginap di rumah ku. Waktu mau tidur malam kami cerita-cerita mengenai pengalaman yang baru pertama kali kami alami, dan buat janji ngga diceritain keorang-orang. Biar Vivi yakin aku ngga cerita ke orang-orang, Vivi minta aku bersetubuh dengan bruno besok hari. <br /><br />Keesokan harinya waktu pulang sekolah aku diajak Vivi kerumahnya, untuk minta izin ke maminya mo nginap dirumah ku lagi, sekalian mengambil baju seragam sekolah, karena hari ini Vivi pake baju seragam sekolah ku. Sorenya aku dan Vivi naik taxi ke rumah ku. Sampai dirumah kami mandi berdua, setelah mandi aku disetubuhi bruno seperti bruno menyetuBHi Vivi kemarin. Akhirnya kami ketagihan disetubuhi bruno. jika Vivi lagi nafsu dia nginap dirumah ku, dan malamnya bruno menyetubuhi Vivi. Tapi kalo mami ku di rumah kami ngajak bruno jalan-jalan dengan mobil, di mobil bruno menyetubuhi Vivi. Kadang-kadang aku disetubuhi bruno di mobil. <br /><br />Perbuatan itu kami lakukan sampai akhirnya bruno mati kelindas mobil waktu kami ngajak jalan-jalan ke taman, bruno lepas dan lari ke jalan lalu datang mobil dengan kecepatan tinggi melindas bruno. Setelah bruno mati, untuk melepas hasrat, kami melakukan berdua, tapi kami ngga lesbi tulen lo, karena kami juga punya pacar. Begitulah kisahku.., sekarang aku sudah kuliah semester empat. <br />Salam sayang buat Vivi yang sudah pindah ke jakarta.<br /><br />
<br /></body>
<br /></html>Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-10935883505329076742010-02-21T01:06:00.001+07:002010-02-21T11:33:01.429+07:00Ayahku SendiriIni adalah kisah saya semasa kecil dan bukan cerita rekaan. Saya membuat cerita ini sebagai gambaran agar tiap wanita terutama remaja putri tidak mudah merangsang lelaki.<p>Nama saya Maria, 18 tahun, Kejadian ini bermula pada bulan April 1995 di rumah saya di Jakarta Selatan, ketika itu usia saya baru 11 tahun. Saya berasal dari keluarga berada dan ayah saya seorang dokter spesialis THT.<p>Ayah saya sangat menyayangi saya dan memang saya adalah anak tunggal. Pada awal bulan Maret 1995, ibu saya pergi ke Kalimantan untuk kerja dinas dari kantornya selama 2 bulan.<p>Selama 1/2 bulan pertama keadaan biasa-biasa saja, hanya saja saya melakukan kesalahan yang tidak saya sadari yaitu saya menjadi senang memakai daster tipis yang sebatas lutut saja tanpa memakai BH. Ibu saya memang selalu menganjurkan saya untuk memakai BH semenjak 2 bulan yang lalu karena usia saya mulai menginjak 11 tahun. Tetapi karena saya terlalu cuek, maka saya tidak memakai BH saya karena terasa panas kalau dipakai.<p>Tapi setelah 1/2 bulan kepergian Ibu saya ke Kalimantan, saya mulai memperhatikan gerak gerik ayah saya yang kadang-kadang memperhatikan ke arah paha saya kalau saya sedang menonton (saya suka menonton di lantai dengan mengangkat sebelah kaki saya), tapi saya tidak menghiraukan itu semua.<p>Kadang pula ketika saya sedang mengerjakan PR ayah saya suka melirik ke arah belahan daster saya. Saya tahu buah dada saya akan terlihat oleh ayah, yang pada saat itu dada saya masih kecil tapi sudah mulai agak terbentuk. Tapi saya berpikir, kenapa harus malu, khan ayah saya sendiri ??<p>Pada suatu hari saya merasa tidak enak badan. Saya mengatakan ke ayah saya untuk tidak sekolah saya besok. Lalu pada malam harinya ayah saya meminta kepada saya untuk membuka daster saya supaya dipijit saja agar lekas sembuh. Mulanya saya merasa agak risih juga sih!. tapi ya sudahlah ! Lalu saya membuka daster saya dengan badan membelakangi ayah saya. Soalnya saya agak malu juga !! lalu saya tidur tengkurap dengan hanya memakai CD saja . Ayah saya lalu memijit betis saya dengan lembut dan perlahan-lahan kearah paha saya. Saya merasa geli juga soalnya pijitannya itu lebih pantas disebut belaian !<p>Lalu tangan ayah saya mulai merayap ke arah pangkal paha saya. Di situ saya merasa perasaan campur aduk antara geli, risih, malu dan nikmat ! Saya jadi bingung, jantung saya berdebar-debar, keringat mulai keluar. Sesekali jari ayah saya menyentuh belahan vagina saya yang masih tertutup CD. Saya menengok ke arah kanan saya, astaga ! ayah saya tidak memakai CD di balik belahan celana pendeknya ! Saya melihat sebuah batang yang berotot, tegang dan besar dengan kepalanya bewarna pink.<p>Tiba-tiba tangan ayah saya merayap ke dalam CD saya dan menyentuh vagina saya.<br />"Geli yah !" kataku<br />Lalu dia menjawab,<br />"Ria..biar ayah buka saja celana dalammu supaya ayah bisa memijit bagian pantatmu, soalnya penyakitnya mungkin ada di bagian tulang ekor kamu !".<p>Saya menganggukkan kepala saya lalu ayah membuka CD saya (tubuh saya masih tengkurap saat itu). Lalu dia mulai memijit pantat saya dengan lembut dan perlahan. Tangannya kadang membuka belahan pantat saya..saya jadi malu juga..pasti terlihat anus dan belahan vagina saya ! Dia lalu berkata<br />"Ria coba balikkan badanmu supaya ayah bisa memijit perutmu".<br />Saya bingung ! Akhirnya saya membalikkan badan saya dan terlihatlah dada saya yang mulai terbentuk sedikit dengan pentil bewarna merah jambu dan vagina yang belum tumbuh 1 bulu pun ! Ayah saya mulai memijit perut saya lalu ke dada saya dan menyentuh puting susu saya.<br />"Geli yah !" kata saya.<br />Lalu ayah saya menurunkan tangannya ke perut saya lagi dan akhirnya ke bagian vagina saya dan sekali lagi saya berkata<br />"Geliiiii yahh!"<br />Lalu dengan tenang dia berkata<br />"Ria tenang saja, ayah kan dokter, jadi ayah tahu cara menyembuhkan kamu, biar ayah lihat bagian dalam vagina mu, mungkin disitu ayah bisa ngeliat gejala penyakitnya"<br />Saya heran..kok ngeliatnya di dalam vagina saya padahal saya kan cuma nggak enak badan !<p>Yah sudah ! akhirnya saya melentangkan kedua kaki saya. dia mulai membuka bagian vagina saya dengan jarinya. Terlihatlah sudah seluruh bagian dalam vaginaku ! Malu,risih,nikmat, dan perasaan sedikit sakit terasa dalam hatiku, saya hanya bisa menutup mata saya !<p><br />Tiba tiba saya merasa ada belaian yang basah di vaginaku "astaga ! dia menjilat vaginaku" malu dan nikmat bercampur menjadi satu. Saya hanya bisa melenguh saja dan memegang kepalanya. Lalu kepalanya berpindah ke dadaku dan menghisap puting susuku. Nikmatnya ! geli dan nikmat !<p>Akhirnya dia membuka baju dan celana pendeknya dan menyodorkan batang zakarnya ke mulutku,<br />"Ria, hisaplah penis ayah, enak kok ! jangan malu-malu, saya khan ayah mu sendiri"<br />Lalu saya mulai menjilat-jilat, dan akhirnya mengulum sebagian zakar ayahku (soalnya penis ayahku besar). Tangannya juga membelai sebelah dadaku dan vaginaku.<br />Dia mengubah posisi ke atas tubuhku sambil memegang ke-2 kakiku dan berusaha memasukkan batangnya ke mulut vaginaku ! Tapi dia kelihatannya kesulitan, lalu tangannya memegang zakarnya dan mendorong zakarnya dan akhirnya tembuslah kepala zakarnya ke mulut vaginaku. Aku merasa kesakitan<br />"Sakit yah !" tapi itu hanya sementara.<br />Saya merasa nikmat kemudian ! Dia mulai menghempas-hempaskan tubuhnya dan saya hanya pasrah sambil menikmati goyangan tubuhnya.<p>Akhirnya saya merasa ingin kencing tapi kencing kali ini beda ! Terasa nikmat kencing saya dan saya merasa lemas.<br />"Ngilu yah"<br />itu yang saya katakan karena dia saya masih saya bergoyang diatas badan saya. "Sebentar lagi sayang"<br />Tiba-tiba dia memegang dengan keras kedua dada saya dan akhirnya jatuh lemas di atas tubuh saya.<br />"Ria, kamu cantik sekali !, jangan bilang ke Ibu, janji loh!"<br />Saya hanya mengangguk kepala saya.<p>Kejadian ini terus berlangsung sampai sekarang. Hendaknya kepada remaja putri untuk tidak bergaya merangsang kepada lelaki manapun juga !Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-75430201822656178812010-02-21T00:10:00.000+07:002010-02-21T00:13:37.734+07:00Memijit Mama<html>
<br /><head>
<br /><title>Memijit Mama</title>
<br /></head>
<br /><body><br /><font size="6"><b>Memijit Mama</b></font><br /><br /><br />Mah, kemana saja sih kok sudah sebulan ini baru datang?", tanyaku sengit ketika Mama ku datang mengunjungiku di Bandung.<br />"Mama sudah dapat pacar baru ya? sampe enggak sempet datang? Pokoknya aku enggak mau kalo Mama dapat Papa baru".<br />Mama ku terlihat kaget ketika aku marah, padahal beliau baru saja datang dari Jakarta hari jumat sore itu. Tetapi ketika kepalaku di elus-elusnya dan mama mengatakan minta maaf karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan sekaligus juga mengatakan kalau mama tetap sayang denganku, perasaan marahku pun jadi luluh.<br /><br />"Masak sih Mas (namaku sebenarnya Pur tetapi mama selalu memangggilku Mas sejak aku masih kecil), kamu enggak percaya sama mama? Mama terlalu sayang padamu, jadi kamu jangan curiga kalau mama pacaran lagi", katanya terisak sambil menciumi pipiku dan akhirnya kami berpelukan.<br />Setelah makan malam, lalu kami berdua ngobrol di ruang tamu sambil melihat acara TV.<br />"Mas, rambutmu itu sudah mulai banyak lagi yang putih... sini mama cabutin", kata mama yang biasanya selalu mencabuti ubanku bila datang ke Bandung. Segera saja aku bergegas ke kamar untuk mengambil cabutan rambut lalu duduk menghadap kearah TV di lantai sambil sandaran di sofa yang diduduki mama.<br />Terus terang, aku paling senang kalau mama sudah mulai mencabuti ubanku, soalnya bisa sampai ngantuk.<br />"Banyak betul sih Mas ubanmu ini?", komentar mama sambil mulai mencabuti ubanku.<br />"Habis sih... Mama sudah lama enggak kesini... cuman ngurusin kerjaan melulu."<br />"Ya sudah, sekarang deh mama cabutin ubanmu sampai habis." <br />Kami lalu diam tanpa berkata kata.<br />"Mas""ngomong2 kamu sudah punya pacar apa belum?", tanya mama tiba2, sambil masih tetap mencabuti ubanku di kepala bagian belakang.<br />"Belum kok Ma"..masih dalam penjajakan", sahutku.<br />"Tuh... kan. Kamu ngelarang mama cari pacar, tapi kamu sendiri malah mau pacaran.", sahut mama dengan nada agak kesal.<br />"Pokoknya, mama enggak mau lho kalau kamu mulai pacaran, apalagi masih sekolah bisa2 pelajaranmu jadi ketinggalan dan berarti kamu juga sudah enggak sayang lagi sama mama", tambahnya.<br />"Enggak kok Ma, aku masih sayang kok sama mama."<br /><br />"Sudah selesai Mas yang belakang, sekarang yang bagian depan", perintahnya. <br />Lalu kuputar dudukku menghadap ke arah Mama dan tetap duduk dilantai diantara kedua paha mamaku serta Mamapun langsung saja meneruskan mencabuti uban-ubanku.<br />"Mas, kamu kan sekarang sudah tambah dewasa, apa enggak pingin punya pacar atau pingin meluk atau dipeluk seorang perempuan?", kata mama tiba2. <br />"Atau kamu sudah jadi laki-laki yang enggak normal barangkali ya, Sayang?", lanjut Mama.<br />"Ah, mama ini kok nanyanya yang enggak2 sih?", sambil kucubit paha mama yang mulus dan putih bersih.<br />"Habisnya selama ini kan kamu enggak pernah cerita soal temen wanita kamu, Mas.", sahut mama.<br />"Aku ini masih laki-laki tulen Mah. Kalau mama enggak percaya, boleh deh dibuktiin atau di test ke dokter.", tambahku sambil kuelus-elus paha mama. Kata Mama, aku enggak boleh pacaran dulu, tambahku.<br />"Naaah... gitu dong Mas. Pacarannya nanti-nanti saja deh Mas, kalau kamu sudah lulus".<br />"Tapi, kamu kan sudah dewasa, apa enggak kepingin meluk dan mencium lawan jenis kamu", tanyanya lagi.<br />"Kadang-kadang sih kepingin juga sih Ma, apalagi banyak teman-temanku yang sudah punya pasangan masing-masing. Tapi ngapain sih Ma, kok nanya2 gituan?"<br />"Ya... enggak apa apa sih, mama cuman pingin tahu saja.", sahut mama sambil tetap mencari ubanku.<br /><br />Karena aku duduk menghadap mama dan jaraknya sangat dekat, tanpa kusadari mataku tertuju kebagian dada mama dan karena Mama ku hanya memakai baju tidur putih yang tipis sekali, maka tetek dan puting susunya secara transparan terlihat dengan jelas.<br />"Mah... ngapain sih Mama pake baju tidur ini?"<br />"Lho... memangnya kenapa mas dengan baju tidur mama ini? emangnya kamu enggak suka ya Mas?", tanya mamaku, tanpa menghentikan kerjanya mencabuti ubanku.<br />"Emangnya Mama enggak malu?"... tuh kelihatan?", sambil kututul puting tetek mama yang terlihat menonjol keluar dari balik baju tidurnya dengan ujung jariku.<br />"Huuuusss, teriak mama kaget. Mama kirain kenapa? wong enggak ada orang lain saja kecuali kamu dan bibi dirumah ini. Lagipula mama kan enggak keluar rumah. Memangnya kamu enggak suka ya Mas?", sahut mama menghentikan kerjanya dan memandang mataku.<br />"Wah"... ya suka bangeet dong Mah. Apalagi kalau boleh megang...", senyumku.<br />"Huussss...", sambil menjundul dahiku.<br />"Wong kamu ini masih kecil saja", tambahnya.<br />"Mah. Aku ini sudah mahasiswa lho.. bukan anak TK lagi, masak sih aku masih kecil? kalo ngeliat sedikit kan enggak apa apa kan mah... boleh kan Mah?", rengekku.<br /><br />Mama tidak segera menjawab dan tetap saja meneruskan mencabuti ubanku seolah olah enggak ada apa-apa.<br />Setelah kutunggu sebentar dan mama tidak menjawab atau melarangku, akhirnya kuberanikan untuk menjulurkan tanganku kearah kancing baju tidurnya didekat dadanya.<br />"Sebentar aja lho Mas ngelihatnya", ujarnya tanpa menghalangi tanganku yang sudah melepas 3 buah kancing bajunya.<br />"Aduh Mah...putih betul sih tetek mama." komentarku sambil membuka baju tidurnya sehingga tetek mamaku tersembul keluar. Aku enggak tahu ukurannya, tetapi yang pasti tidak terlalu besar sehingga kelihatan tegang menantang serta berwarna merah gelap di sekitar puting nya.<br />"Sudah ah Mas, tutup lagi sekarang", katanya sambil tetap mencabuti ubanku.<br />"Lho... Kok malah bengong, tutup dong Mas?", katanya lagi ketika kata-kata mama enggak aku ikutin dan tetap memandang kedua tetek mama yang kupandang begitu indah.<br />"Bentar dong Mah... aku belum puas nih Mah, melihat tetek mama yang begitu indah ini. Boleh ya Mah pegang dikit?"<br />"Tuh kan... Mas ini sudah ngelunjak. Katanya tadi cuman mau ngelihat sebentar, eeeh sekarang pingin pegang.", sahut mama sambil tetap melanjutkan mencabut ubanku. <br />"Sebentar aja lho...", sahutnya tiba2 ketika melihatku hanya bengong aja mengagumi tetek mama.<br /><br />Setelah Mama mengizinkan dan dengan penuh keraguan serta tanpa berani melihat wajah Mama, segera saja kuremas pelan kedua tetek mama dengan kedua telapak tanganku.<br />"Aahh... sungguh terasa halus dan kenyal tetek mama", gumanku dalam hati. Lalu kedua tetek mama kuelus2 dan kuremas2 dengan kedua tanganku.<br />Karena asyiknya meremasi tetek mama, baru aku sadar kalau tangan mama sudah tidak lagi mencabuti ubanku lagi di kepalaku dan setelah kulirik, ternyata mama telah bersandar di sofa dengan mata tertutup rapat, mungkin sedang menikmati nikmatnya remasan tangan ku di tetek nya.<br /><br />Melihat mamaku hanya diam saja dan memejamkan matanya, lalu timbul keberanianku dan segera saja kumajukan wajahku mendekati tetek kirinya dan mulai kujilat puting teteknya dengan ujung lidahku.<br />Setelah beberapa kali teteknya kuremas dan tetek satunya kujilati, kudengar desahan mama sangat pelan "ssshhh... ssssshhhh... aaaahh.. Maaaass... suuuudaaaahh..."<br />Desahan ini walaupun hampir tidak terdengar membuat ku semakin berani dan jilatan di puting teteknya dan kuselingi dengan hisapan halus serta remasan di tetek mama sebelah kanan pun kuselingi dengan elusan elusan lembut.<br />Tiba2 saja terdengar bunyi "kling" di lantai dan itu mungkin cabutan ubanku yang sudah terlepas dari tangan mama, karena bersamaan dengan itu, terasa kedua tangan mama sudah meremas remas rambutku dan kepalaku di tekannya kearah badannya sehingga kepalaku sudah menempel rapat di tetek mama dan nafasku pun sedikit tersengal. Desahan dari mulut mamaku pun semakin keras.<br />"Ssssshhh... ooooohh... aaaaahhh... Maaaaaassss..."<br /><br />Desahan yang keluar dari mulut mamaku ini menjadikan ku semakin bersemangat dan kugeser kepalaku yang sedang dipegangi mama kearah tetek yang satunya dan tangan kananku kuremaskan lembut di tetek kiri mama dan tak henti2 nya desahan mama terdengar semakin kuat dengan nafas cepat.<br />"Maaasss... aaaaahhh", desah mama dengan keras dan tubuhnya meliuk liuk, seraya mendekap kepalaku sangat kuat sehingga wajahku tenggelam kedalam teteknya. <br />"Aaaahhhh", teriaknya dan diakhiri dengan nafasnya yang cepat dan tersengal-sengal.<br />"Maaas, mama lemes sekali", kata mama dengan suara yang hampir tidak terdengar dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal. "Maass, tolong bawa mama ke kamar", tambahnya dengan nafasnya yang masih cepat.<br />"Ayoooo Maas. Cepat bawa mama ke kamar", katanya lagi dan tanpa berfikir panjang akhirnya kubopong mama dan kuangkat ke tempat tidurnya dan dengan hati2 kutidurkan terlentang di tempat tidurnya dan mata Mama masih tetap merem tapi nafasnya yang cepat sudah sedikit mereda.<br /><br />Aku enggak tahu harus berbuat apa, jadi aku hanya tiduran saja disamping mama sambil ku elus elus dahi yang berkeringat dan rambutnya serta pandanganku tidak pernah lepas dari wajah mama karena takut terjadi apa2, tapi sering juga mataku tertuju ke tetek mama yang menyembul keluar dari baju tidurnya yang terbuka. Nafas mama makin lama semakin teratur.<br />Tak lama kemudian mata mama mulai terbuka pelan-pelan dan ketika melihatku ada disampingnya, mama tersenyum manis sambil tangannya dieluskan ke wajahku.<br />"Kenapa Mah. Aku sampai takut", kataku sambil kuciumi tangan yang sedang memegang wajahku.<br />"Mama lemes sekali sayang... kaki mama gemetaran, tolong kamu pijitin mama", perintahnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.<br /><br />Tanpa membantah, segera saja aku berpindah ke dekat kaki mama dan ketika kedua kakinya di geser kearah berlawanan, lalu kutempatkan dudukku diantara kedua paha mama yang sudah terbuka lebar. Kulihat mama sudah menutup matanya kembali.<br />Penisku yang tadi sudah tidur karena rasa takut, kembali mulai bangun ketika baju tidur mama yang tersingkap dan cd nya terlihat jelas. Benar-benar merupakan pemandangan yang sangat indah, pahanya yang putih mulus serta padat berisi itu membuat jantungku serasa mau copot.<br /><br />Karena enggak pernah tahu bagaimana caranya memijat, akhirnya kedua tanganku kuletakkan di kedua paha mama dan kupijit-pijit dari bawah ke atas. Aku enggak tahu, apakah pijitanku itu enak apa tidak, tetapi kelihatannya mama tetap memejamkan matanya tanpa ada protes. Demikian juga ketika kedua tanganku kusodokan di cdnya beberapa kali, mama pun tetap diam saja.<br />Memang godaan syahwat bisa mengalahkan segalanya. Penisku pun sudah begitu tegang sehingga kugunakan salah satu tanganku untuk membetulkan arahnya keatas agar tidak terasa sakit.<br />"Mah... celana mama mengganggu nih. Aku buka saja ya mah?", tanyaku minta izin sambil memandang ke arah nya.<br />Mama enggak segera menjawab, tapi kuperhatikan mama mengangguk sedikit.<br /><br />Tanpa berlama-lama walaupun aku masih ragu, segera kutarik turun cdnya dan ketika bagian bawah pantat mama sulit kutarik, mama malah membantunya dengan mengangkat badannya sedikit sehingga cdnya dengan mudah kupelas dari kedua kakinya. Lalu sekalian saja kulepas beberapa kancing baju tidur nya yang tersisa dengan salah satu tanganku dan dengan cepat, kupelas juga kaos dan celana yang melekat di tubuhku.<br />Sambil kembali kupijati paha mama, mataku enggak lepas memandang memek mama yang baru pertama kali ini kulihat. Bulu jembutnya terlihat hanya beberapa lembar sehingga bentuk memeknya terlihat dengan jelas dan dari celah bibirnya kulihat sudah berair. Detak jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik mamaku.<br />Karena enggak tahan cuma memelototi lubang kenikmatan mama, lalu kuselonjorkan badanku kebelakang sehingga wajahku pun sudah berada tepat diatas memek mama tapi tanganku pun masih memijati pahanya walaupun itu hanya berupa elusan elusan barangkali.<br />Awalnya sih aku hanya mencoba membaui memek mama dengan hidungku. Ah, ada bau yang meruap asing di hidungku, segar dan membuatku tambah terangsang. Eeeh... kuperhatikan mama tetap tenang saja, walaupun nafasnya sudah lebih cepat dari biasanya.<br /><br />Ketika lidahku mulai kumainkan dengan menjilat di seputar belahan bibir memeknya yang sudah terlihat basah dari tadi dan terasa asin tapi enak, pinggul mama tergelinjang keras sehingga hidungku basah terkena cairan mama.<br />"Aduuuuh Mas!", teriak mama tiba2 dengan suara serak dan tersendat sendat diantara nafasnya yang sudah memburu. tetapi mama kembali diam dan aku artikan mama setuju saja dengan apa yang aku lakukan dan walaupun kedua tangannya memegangi kepalaku.<br />Tanpa minta izin, segera saja jari-jariku kugunakan untuk membuka bibir vagina dan memainkan bibir vagina serta daging kecil yang sudah menyembul dari sela-sela bibir vaginanya. <br />"Aduh... aaaaaah... aaahhh... Maaaaas", kudengar desahan mama agak keras.<br />Dapat kurasakan cairan lendirnya yang sudah semakin membasahi vagina mama yang indah itu. Betapa nikmat rasanya, apalagi dengan desahan mama yang semakin lama semakin keras, membuatku semakin bersemangat dan mulai kujilati, kuendus dan kumasukkan hidungku kedalam vaginanya serta kumainkan lidahku di lobang memek mama.<br /><br />Mungkin karena keenakan, desahan mama sudah menjadi erangan yang keras dan rambut kepalaku pun sudah diremas remas mama seraya di tekan tekannya kepalaku dan pantatnya pun digoyangnya naik turun sehingga seluruh wajahku terasa basah semua terkena cairan yang keluar dari memek mama. Aku terus saja memainkan lidahku tetapi tidak berapa lama kemudian bisa kurasakan goyangan tubuh mama semakin cepat dan nafasnya pun sudah terdengar cepat dan keras sekali. Tubuh mama mengejang dan akhirnya dia mendesah keras,<br />"Maaaas... addduuuuh... aaaaaah... ssssh. teee..ruuuuusss..maaas", sambil kepalaku ditekannya dalam dalam kearah memeknya. Lalu mama terkapar melepas tangan nya dari kepalaku dengan nafas ngos2an yang cepat dan aku yakin sekali kalau mama sudah mencapai orgasmenya lagi.<br />Tanpa disuruh aku segera naik dan tiduran miring menghadapnya disamping mama yang terlentang dengan nafasnya yang masih cepat.<br /><br />"Aduuuh"maaas, kamu nakal sekali ya? kamu bikin mama jadi keenakan sampe lemes sekali", katanya setelah nafasnya agak normal sambil memencet hidungku.<br />"Mah... booo leeeh enggak aaaa kuuuu?", tanyaku tapi enggak berani meneruskan kalimatnya, sambil ku usap2 dahi mama yang masih berkerigat. Mudah2an saja mama mengerti maksudku itu, soalnya penisku sudah tegang sekali.<br />"jangan ya sayang...", jawab mama seraya mengecup pipiku dan jawaban itu tentu saja membuatku menjadi sedikit kecewa.<br />Mungkin mama melihat perubahan wajahku dan karena merasa kasihan, lalu katanya "...Mas, boleh deh, tapi hanya digesek gesekin saja ya di luar?". Mendengar jawaban itu membuat hatiku agak lega. Yah... dari pada enggak boleh sama sekali, padahal rasa kepinginku sudah sampe diujung.<br /><br />"Sini sayang naiklah", lanjut nya sambil meraih tubuhku untuk naik di atas tubuh mama dan dari rasa sentuhan dikakiku, terasa mama juga sudah membuka ke dua pahanya, tapi tidak terlalu lebar.<br />Tanpa berkata kata, lalu kunaiki tubuh mama dengan penisku yang sudah siap tempur dengan kepalanya yang mengkilap tegang. Tangan mama sudah memegangi penisku dan mengarahkan batang kemaluanku ke memeknya. Lalu, penisku yang sedang dipegangnya di gesek2an keatas dan kebawah secara perlahan-lahan di memeknya yang memang sudah licin dan kupergunakan kesempatan ini untuk menjilati leher mama.<br /><br />Aku pun harus bersabar sedikit dan menunggu agar nafsu mama naik kembali karena sentuhan penisku dimemeknya dan jilatan2 ku di lehernya. Sesekali kuperhatikan wajah mama dan kulihat mama sedang memejamkan kedua matanya yang mungkin sedang menikmati gesekan2 penisku di memeknya.<br />Suatu ketika, mama menghentikan gerakan tangannya dan melepaskan pegangan tangannya di penisku.<br />Kedua tangan mama lalu memegangi kepalaku dan melepaskanku dari dadanya yang sedang kujilati serta memandangku dengan mata sayu.<br />"Gimana... sayang, enak enggak?", tanyanya.<br />"Ya enak dong maaaah... tapiii...", jawabku di telinganya tanpa berani meneruskan.<br />"Tapi... kenapa Maaas?", tanya mama pura2 enggak mengerti kata-kataku tadi.<br />"Boo.. leh ya maaaah dimasukin?", jawabku agak gugup didekat telinganya lagi.<br />Belum sampai kata-kata yang aku ucapkan itu selesai, terasa ibu telah berusaha merenggangkan ke dua kakinya pelan2 lebih lebar lagi dan kulihat ibu tidak berusaha menjawab, tapi malah terus menutup matanya.<br />Dengan tanpa melihat, karena aku sibuk menjilati telinga dan leher mama dan kedua tangan mama hanya dipelukannya di punggungku, kutekan pantatku sedikit dan mama lalu menggeser pantatnya sedikit saat penisku sudah menempel di memeknya, sepertinya mama yang memang sudah lebih berpengalaman, sedang berusaha menempatkan lobang memeknya agar penisku mudah memasukinya.<br /><br />Ketika mama sudah tidak menggerakkan tubuhnya lagi, pelan2 kutekan penisku ke memek mama, tetapi sepertinya kepala penisku terganjal dan tidak mudah masuk atau mungkin salah tempat, walau aku tahu memek ibu sudah basah sekali dari tadi.<br />Tetapi ketika kuperhatikan wajah mama yang lagi merem itu, sepertinya mama agak menyeringai, mungkin sedang menahan rasa sakit sewaktu penisku kutekan ke memeknya...<br />"Peel.. laaan.. pelaaan sayyy...aang, saaa...kiiitt, mama sudah lama enggak pernah lagi", kudengar bisik mama didekat telingaku. Karena kasihan mendengar suara mama yang kesakitan, segera saja kuangkat pelan2 penisku tetapi tangan mama yang dari tadi ada di punggungku sepertinya berusaha menahannya.<br /><br />"Nggggak aaapppaa aapa Maaas", terdengar bisik mama lagi. Aku nggak menjawab apa2, tetapi kemudian terasa tangan mama sepertinya menekan pantatku, mungkin menyuruhku untuk mencoba memasukan penisku, lalu kutusukkan lagi saja penisku pelan2 ke memek mama dan "..ssssrreeeeeeeet", terasa kepala penisku seperti menguak sesuatu yang tadinya tertutup rapat dan langsung saja kuhentikan tusukan penisku ke memek mama, karena terlihat mama menyeringai menahan sakit dan terdengar lagi mama merintih.<br />"Aduuuuhh... maaaaas...", sambil kedua tangannya menahan punggungku sedikit dan kembali tekanan pantatku kebawah segera kuhentikan. Aku jadi kasihan melihat wajah mama selalu menyeringai seperti kesakitan.<br />Tetapi beberapa saat kemudian, <br />"Teken lagi mas, tapi pelan pelan ya...", sambil kedua tangan mama menekan pantatku pelan-pelan, langsung saja aku mengikuti tekanan tangan dipantatku menekan pelan2 dan tiba2 "..sssrrrrreeett... bleesss...", terasa kepala penisku masuk ke memek mama. <br />"...Maaaaasss!..", teriak mama pelan bersamaan dengan masuknya kepala penisku.<br />"Sudah maaass..suuuuukk... saaa... yaang...", lanjutnya sambil melepas nafas panjang tapi tangan mama malah menahan tekanan pantatku.<br />Aku diamkan sebentar pergerakan penisku sambil menunggu reaksi mama, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, aku merasa penisku sedang terhisap kuat di dalam memek mama dan tanpa kusadari terucap dari mulutku, <br />"..Maaah... maaah... terr... uuusss... Maaah e...naaaaak.'<br /><br />Saking enaknya, aku sudah nggak memperhatikan tangan atau wajah mama lagi, lalu kegerakkan pantatku naik turun pelan2 dan mamapun mengimbanginya dengan mengerakkan pantatnya seperti berputar-putar. <br />"Maaasss.. terus... maaas.. enaaakk... aduuuhhh... enak Mas...", kudengar kata-kata mama terbata-bata dan kubungkam bibir mama dengan mulutku sambil lidahku kuputar didalam mulutnya, serta kedua tanganku kucengkeram kuat diwajah mama..<br />Sedang kan kedua tangan mama masih tetap di posisi pantatku dan menekan pantatku apabila pantatku lagi naik. Goyangan dan gerakan aku dan mama semakin cepat dan kudengar bunyi<br />"Crreeettt... creeettt.. creeetttt."<br />Secara teratur sesuai dengan gerakan naik-turunnya pantatku serta bunyi suara mama, "Hhhmmm... aaahhhh... aaahhh...", yang nggak keluar karena bibirnya tertutup bibirku.<br /><br />Tiba2 saja mama menghentikan gerakan tubuhnya dan mengatakan, "berhenti sebenar sayang".<br />"Kenapa Ma?"<br />"Maasss, tolong cabut punyamu dulu, mama mau mengelap punya mama supaya agak kering sedikit, biar kita sama sama enak nantinya", katanya.<br />Bener juga kata Mama, kataku dalam hati, tadi memek Mama terasa sangat basah sekali. Lalu pelan2 kontolku kucabut keluar dari Memek Mama dan kuambil handuk kecil yang ada di tempat tidur sambil kukatakan, "Maaam, biar aku saja deh yang ngelap..boleeeh kan Maaam?"<br />"Terserah kamu deh Maasss", jawab Mama pendek sambil membuka kedua kakinya lebar2 dan aku merangkak mendekati memek Mama dan setelah dekat dengan memek Mama, lalu kukatakan, "Aku bersihkan sekarang ya maaaaa?", dan kudengar Mama hanya menjawab pendek.<br />"Boleh sayaaang". Lalu kupegang dan kubuka bibir memek Mama dan kutundukkan kepalaku ke memeknya lalu kujilat-jilat itil dan belahan memek mama dan pantat Mama tergelinjang keras mungkin karena kaget sambil berseru, "Maaas... kamu... nakal yaaaaa!". <br />Tanpa menjawab, aku teruskan isapan dan jilatan di semua bagian memek Mama dan membuat Mama menggerak-gerakkan terus pantatnya dan kedua tangannya kembali menekan kepalaku. Beberapa saat kemudian, terasa kepalaku seperti ditarik Mama sambil berkata, "Maas... sudaaaah sayaaaaang. Mama nggak tahaaan. Kalau kamu gituin terus. Sini... yaaaang". <br /><br />Lalu kuikuti tarikan tangan Mama dan aku langsung naik diatas badan Mama dan setelah itu kudengar mama seperti berbisik di telingaku, "Mas, masukin lagi... punyamu... sayaaang... Mama sudah ngak tahan... ya aang", dan tanpa membuang-buang waktu, kuangkat kedua kaki Mami dan kutaruh diatas pundakku sambil ingin mempraktekkan seperti apa yang kulihat di blue film yang sering kulihat dan sambil kupegang batang kontolku, kuarahkan ke memek Mama yang bibirnya terbuka lebar lalu kutusukkan pelan2, sedangkan mama dengan menutup matanya seperti pasrah saja dengan apa yang kuperbuat. <br /><br />Karena memek Mama masih tetap basah dan apalagi baru kujilat dan kuisap-isap, membuat memek mama semakin basah sehingga sodokan kontolku dapat dengan mudah memasuki lobang memek Mama.<br />Mama mulai meggerakkan pantatnya naik turun mengikuti gerakan kontolku yang keluar masuk memeknya.<br />"Mas, terus teken yang kuat", desah mama dan tanpa perintah kedua kalinya, akupun menggenjot memeknya lebih kuat sehingga terdengar bunyi "crroooooot... croooott", mungkin akibat memek mamaku yang sudah basah sekali. <br />"Ayyooo maaasss", serunya lagi dengan nafasnya yang sudah tersengal sengal.<br />"Maas... turunkan kaki mama", mintanya dan sambil kontolku masih kusodok sodokkan kedalam memek mama, satu persatu kakinya kuturunkan dari bahuku dan akupun sudah menempel tubuh mama serta mama mulai menciumi seluruh wajahku sampai basah semua...<br /><br />Nggak lama kemudian gerakan pantat mama yang berputar itu semakin cepat dan kedua tangannya mencengkeram kuat2 di pantatku dan... tiba-tiba mama melepas ciumanku serta berkata tersendat-sendat agak keras ".. Maaaaassss... mama.. haam.. piirr.. maaaas... aa... yyoooo ..maass.. cepppaaaat..'<br />Moment ini nggak kusia-siakan, karena aku sudah nggak kuat menahan desakan pejuku yang akan keluar. "Ayyooo maaaah... Aduuuh... maaah...", sambil kutekan kontolku kuat2 kedalam memek mama dan kurasakan cengkeraman kuat kedua tangan mama di pantatku makin keras dan agak sakit seakan ada kukunya yang menusuk pantatku.<br /><br />Kuperhatikan mama dengan nafas yang masih ter-engah2 terdiam lemas seperti tanpa tenaga dan kedua tangannya walau terkulai tapi masih dalam posisi memelukku, sedangkan posisiku yang masih diatas tubuh mama dengan kontolku masih menancap semuanya didalam memeknya.<br />Karena mama hanya diam saja tapi nafasnya mulai agar teratur, aku berpikir mama mau istirahat atau langsung tidur, lalu kuangkat pantatku pelan2 untuk mencabut kontolku yang masih ada di dalam memek mama, eeehh... nggak tahunya mama dengan kedua tangannya yang masih tetap di punggungku dan memiringkan badannya sehingga aku tergeletak disampingnya lalu dengan matanya masih terpejam dia berguman pelan, "Maaas... biarkan.. Mas. Biarkan punyamu itu didalam sebentar. Rasanya enak... ada yang mengganjel didalam...", sambil mencium bibirku mesra sekali dan kami terus ketiduran sambil berpelukan.<br /><br />Entah berapa lama aku sudah tertidur dan akhirnya aku terbangun karena aku merasakan ada sesuatu yang menghisap-hisap kontolku. Ketika kulihat jam diding, kulihat sudah jam 5 pagi dan kulihat pula mamaku sudah berada di bagian bawah lagi asyik mengulum dan mengocok ngocok kontolku. Aku pura2 masih tidur sambil menikmati kuluman mulut mama di kontolku. Mama mengulum kontolku dan memainkan dengan lidahnya, aku terasa geli.<br />Sambil mengulum, terasa kelembutan jari jemari mama mengusap dan membelai batang kontolku. Diusap dan diurutnya keatas dan kebawah. Terasa mau tercabut batang kontolku diperlakukan seperti itu. Aku hanya mendesis geli sambil mendongakkan kepala menahan nikmat yang luar biasa.<br /><br />Setelah itu, giliran pangkal paha kananku diselusurinya. Lidah mama mengusap-usap pangkal pahaku, terus menyusur ke paha dan terus naik lagi ke buah zakar, ke batang kontolku, ke kepala kontolku, enuaaaknyaa.<br />Tetapi lama lama tidak tahan juga sehingga mau tak mau pantanku pun mulai kugerakkan naik turun dan yang membuat mama nengok kearahku dan melepas kuluman di kontolku tapi tetap masih memeganginya.<br />"Sudah bangun saayaaang.", katanya dengan suara lembut.<br />"Terus maaah, enaaaaakk", kataku dan kembali mamaku mengulum kontolku sehingga terlihat kontolku keluar masuk mulut mama. Setelah beberapa lama kontolku dikulum dan mengurut batang kontolku, tiba-tiba saja mama melepas kontolku. Kini, lidah mama sudah naik menyusuri perutku, menjilat-jilat pusarku, terus naik lagi ke dada kanan, melumuri puting susu kananku dengan air liur yang hangat, lalu ke leher, dan akhirnya ke mulutku.<br /><br />Lidah mama ketika memasuki mulutku, kugigit sedikit dengan gemas... Tiba-tiba, aduuhhhh... aku merasa batang kemaluanku memasuki jepitan daging hangat, kenyal dan berlendir.... memek mama. Rupanya saat mulutku asyik menikmati lidahnya, mama menyodokkan vaginanya ke kontolku yang memang sudah tegang sekali. Tanpa mengeluarkan lidahnya dari mulutku, mama mulai menekan pantatnya ke bawah. "Blesssss...", kontolku menerobos masuk kedalam memek mama. Hangat rasanya.<br />Mama terus melakukan gerakan memompa. <br />Aduhhhhh batang kontolku merasakan elusan dan remasan dinding vagina mama... Akupun menggelepar sehingga lidah mama keluar dari mulutku. Tapi lidah mama terus mengejar mulutku sehingga bisa kembali masuk ke dalam mulutku. Sementara pantatnya tetap memompa dan terdengar bunyia "crooot... croott..."<br />"Aduhhhh... enaaaknya", seruku tanpa sadar.<br />"Enaaak sayaaaaang?", tanya mama.<br />"Terruuss maaaaah, enak sekali..."<br /><br />Tiba-tiba saja mama melepaskan mulutnya dari mulutku. Lalu tangan mama diletakkan dan bertumpu di dadaku, serta mulai naik turun memompa dan memutar-mutar pantatnya. <br />"Serrrr... serrr..." <br />Batang kontolku pun serasa ikut terputar seirama dengan putaran pantat mama. <br />"Addduuuuuuhhhh, maaaaah, aku nggak tahaannn nih..." ,desisku.<br />Mama kelihatannya tidak ambil pusing dengan rintihanku, dia tetap memutar, memompa, memutar, memompa pantatnya, tapi nafasnya pun sudah begitu cepat.<br />Tetek mama yang ada dihadapanku pun juga ikut tergoyang-goyang seirama dengan gerakkan tubuhnya dan kuremas remas keduanya dengan tanganku.<br /><br />Sekitar beberapa menit aku terombang-ambing dalam kenikmatan yang luar biasa, sampai akhirnya ketika ibu mulai mengubah posisi dengan membalik tubuhku sehingga aku sekarang sudah berada diatas tubuh mama dan nafas mama kuperhatikan sudah begitu cepat.<br />"Maaaas... ceeepaaaat, teken yang kuat maaass", perintahnya sambil memeluk punggungku erat-erat serta menggerakkan pinggulnya naik turun dengan cepat sehingga membuat kontolku terasa sedikit ngilu.<br />"Cepaaaat Maaas", serunya lagi dengan nada suara yang cukup keras seraya tangannya mendekap punggungku kuat-kuat. Mungkin mama sudah mendekati orgasmenya barangkali, padahal akupun sudah hampir tidak kuat menahan air maniku agar tidak keluar.<br />"Ini maaaah. Ini tahan yaaa maaah...", sahutku seraya kugenjot memek mama kuat2 beberapa kali.<br />"Ter..rrruss..saaayang terruuuus", katanya lagi dengan gerakan pinggulnya semakin liar saja.<br />"Maaah...maaaaaaah. Aku gak tahan lagiiiiiii", teriakku kuat-kuat kutekan kontolku lebih kuat lagi kedalam memek mama dan "crreeeeet...", air maniku akhirnya jebol dan menyemprot kuat kedalam memek mama dan mungkin setelah menerima semprotan air maniku akhirnya mama pun berteriak, "Maaaaassss, mama juuuugaaaaaaaa", teriaknya sambil merangkulkan kedua kakinya kuat2 dipunggungku dan cengkeraman tangannya pun membuat punggungku terasa sakit.<br /><br />Akupun akhirnya menjatuhkan tubuh ku disamping mama dan sama2 terengah engah kecapaian.<br /><br />Setelah nafas kami mulai teratur, sambil memelukku mama berkata serasa berbisik dekat telingaku.<br />"Enaaak.. maaaaaasss?"<br />"Enak sekali maaaah.".<br />"Mas, jangan sampai ada yang tahu soal ini yaaaa? Kamu kan bisa jaga rahasia kita ya", kata mama.<br />"Iya maaah".<br />"Dan satu lagi...", kata mama sambil memandangku tajam.<br />"Apa itu Maaah?"<br />"Yang ini punya mama. Jangan kamu kasihkan ke orang lain ya?", katanya seraya mencengkeram kontolku yang lagi tidur kecapean dan mengelus elusnya.<br />"Janji ya.. saaaayang?", tambahnya lagi.<br />"Asal ini semua juga buat saya ya Maaah.", sahutku sambil kuremas memek mama dan kueluskan jariku dibelahan memek mama yang masih terasa basah oleh air maniku.<br />Akhirnya kami tertawa berbarengan dan tiba2 saja ada ketukan di pintu kamar, "Buuuu... sudah siang!". Rupanya ketukan dari pembantu karena saat itu sudah jam 9.00 pagi.<br /><br />Setelah itu, mama selalu tidak pernah absen mengunjungiku di Bandung atau kalau mama berhalangan, maka akulah yang datang ke Jakarta.<br /><br /><strong>TAMAT</strong><br /><br />
<br /></body>
<br /></html>Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-28468481964132547842010-02-20T12:31:00.000+07:002010-02-20T12:38:47.371+07:00Aku Korban Pleki<html>
<br /><head>
<br /><title>Aku Korban Pleki-http://ngesex-ngesex.blogspot.com</title>
<br /></head>
<br /><body>
<br />Namaku Diva, umurku masih 15 tahun, saat ini aku masih SMU. Aku ingin berbagi pengalamanku yang benar - benar nyata. Aku mulai saja ceritanya. </font><br /><br /><font size="2">Pada waktu bulan mei kemarin ada liburan sekolah selama 2 minggu. Saat itu orang tuaku sedang ada acara pesta di luar kota yaitu perkawinan teman ayahku saat SMP. Bulan Juni aku ada test Ulangan Umum Cawu 3, sehingga aku tidak boleh ikut ke pesta. </font><br /><br /><font size="2">Aku di rumah sendirian bersama anjing peliharaanku namanya pleki. Hari pertama aku di rumah sendirian perasaanku biasa-biasa saja.Pada hari ke 2, saat aku bangun tidur aku rasanya males banget di rumah(bete). Karena di rumah tidak ada seorangpun, setelah selesai mandi aku tidak mengenakan sehelai benang apapun karena aku merasa males untuk pake baju, apalagi di rumah sendirian. Nah, setelah mandi aku memberi makan anjingku, aku memanggilnya "pleki, pleki.." lalu dia datang menghampiriku soalnya dia tahu kalau dia akan aku beri makan, sambil menggonggong dia melihat makanan yang sedang aku buatkan. </font><br /><br /><font size="2">Pada saat dia jongkok entah kenapa aku melihat batang kemaluannya yang besar berwarna merah menjulur keluar dari sarungnya. Tiba- tiba birahiku naik dan kutaruh makanannya di lantai, lalu aku masuk ke kamarku dan masturbasi sambil membayangkan seandainya aku berhubunganungan seks dengan pleki. </font><br /><br /><font size="2">Pada saat aku sedang terbaring di ranjang sambil meremas payudaraku, pleki datang dan menggonggong meminta makan lagi, aku lalu mengambil mentega dan kembali berbaring di ranjangku lagi sambil mengoleskannya pada bibir vagina ku yang sudah basah. Lalu aku menyuruhnya menjilatnya, pleki pun datang dan menjilati mentega yang aku oleskan, sehingga aku klimaks. </font><br /><br /><font size="2">Setelah dia selesai menjilat mentega yang bercampur cairan kewanitaanku, dia ingin keluar dari kamarku, tetapi aku cepat-cepat menutup pintu kamarku sehingga dia tidak bisa keluar. Lalu aku bergaya doggi style dan menarik pleki yang berbadan besar ke punggungku, aku menggesek - gesekan kemaluanku ke kemaluannya. Dia pun mengerti apa yang diinginkan majikannya, lalu dia mencoba menucukan batang kemaluannya ke vaginaku. Karena gagal masuk, lalu aku membantu memasukannya, </font><br /><br /><font size="2">Setelah masuk ah..ah..ah. Rasa perih karena kemaluanya yang besar bercampur rasa geli membuatku nikmat, lalu setelah beberapa saat aku merasa ada cairan hangat yang menyembur dalam liang vaginaku. Akhirnya aku klimaks dan rasanya benar nikmat, tetapi saat klimaks kemaluan pleki masih tertanam dalam kemaluanku yang basah, karena kemaluannya yang membesar seperti kacang yang besar sehingga tidak dapat keluar. Aku dan pleki bergesek-gesekan pantat. </font><br /><br /><font size="2">Setelah selesai aku mandi dan membersihkan tubuhku, sedangkan pleki menjilati kemaluannya yang basah karena cairanku. Saat ini aku masih sering melakukan hubungan seks dengan anjingku saat aku sendirian di rumah.<br /><br />
<br /></body>
<br /></html>Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-8878426437940325652010-01-31T11:23:00.000+07:002010-02-20T13:01:29.149+07:00Tangisan Cinta LauraSebuah mobil menelusuri ramainya jalan raya ibu kota ketika hujan lebat. Di dalam mobil itu terlihat seorang cewek yang sedang nyetir sambil asyik mendengarkan hentakan musik. Tidak lain cewek itu adalah Cinta Laura, artis cantik yang mempunyai bentuk tubuh yang bila dipandang membuat cowok-cowok menelan ludah.<br /><br />"Ihh...udah ujan...macet lagi..." gerutu Cinta yang lagi kesel karena jalanan macet.<br />"kalau begini terus, kapan nyampai rumah" Cinta terus menerus ngomel sendirian. Semakin lama Cinta semakin bete, sehingga musik yang tadinya tidak begitu keras sekarang volumenya ditambah hingga suara musiknya terdengar sampai keluar mobil.<br /><br />"akhirnya...." Cinta berkata sambil menghela nafas panjang merasa lega karena sudah keluar dari kemacetan dengan cara mengambil jalan lain. Cinta terpaksa mengambil jalan meskipun rutenya lebih panjang dari pada jalan yang biasa ditempuh sehari-hari. Keadaan jalannya juga sangat sepi, bahkan Cinta jarang ketumu atau berpapas dengan kendaraan lain.<br /><br />Ternyata kondisi hari ini memang tidak berpihak kepada Cinta. Cinta yang tadi mengira bisa sampai di rumah dengan cepat, ternyata jauh diluar dugaannya mobil yang Cinta pakai tiba-tiba mesinnya mati.<br />"Lho...kenapa lagi ni mobil?" Cinta kebingungan sambil berusaha menghidupkan mobilnya. Yang ternyata nggak bisa hidup lagi.<br />"Ohh...my...god..." gerutu Cinta lebih kesel lagi dari pada kena macet tadi.<br />"Tadi macet...sekarang mobil mogok...sial...!!! Mana sepi banget lagi" Cinta terus menerus ngomel-ngomel sendiri.<br /><br />Cinta keluar dari mobil sambil melihat kanan kiri mencari orang yang bisa dimintai tolong, tetapi dia tidak menemukan orang yang bisa dimintai tolong. Cinta masuk kembali ke dalam mobilnya mencari handphone. Kayaknya situasi memang tidak berpihak pada Cinta. Karena tiba-tiba handphone Cinta lowbat.<br />"Ohh...shitttt....!!!"<br />Cinta dilanda rasa kesal bercampur bingung harus bagaimana.<br /><br />Matahari sudah tidak nampak lagi, karena habis hujan ditambah hari sudah sore. Sehingga menambah kebingungan Cinta yang sedang takut kemalaman disitu. Kemudian dengan terpaksa Cinta berjalan kaki untuk mencari bantuan. Setelah sekian lama berjalan kaki, Cinta belum juga bertemu seseorang yang bisa dimintai pertolongan. Tapi tidak lama kemudian dari kejauhan Cinta melihat ada rumah kecil semacam pos ronda. Dengan perasaan senang Cinta berlari menuju rumah tersebut supaya cepat mendapat bantuan.<br /><br />"Ehh...Jo...Jo...ada cewek cakep lari kesini" seseorang berkata kepada temannya yang tidak lain bernama Parjo.<br />"mana Ron...??" Parjo yang tadi duduk santai segera langsung berdiri sambil memfokuskan pandangannya ke arah cewek itu.<br />"mana...??mana???" yang lain ikut dengan antusias melihat ke arah cewek itu.<br />Di dalam pos ronda tersebut ada 11 orang yang bermuka seram-seram dan sangar-sangar.<br /><br />Setelah Cinta sampai di pos tersebut, Cinta langsung menyapa memberi salam kepada orang yang ada di pos tersebut.<br />"Sore pak...!!"<br />"sore juga non, ada yang bisa saya bantu?" Baron menawarkan bantuan kepada Cinta.<br />"Ee...gini pak, mobil saya mogok. Apa.....emmmm....hhmmmm" Cinta tidak dapat meneruskan lagi kata-katanya karena seseorang telah mendekapnya dari belakang.<br />"cepat masukin ke dalam To...." Baron menyuruh Wanto supaya memasukan membawa Cinta ke dalam.<br />"Lepppaas.....lepasskaaannn.....apa-apaan ini" Cinta berkata sambil berusaha melepaskan diri. Tapi apakah artinya tenaga Cinta dibandingkan dengan mereka yang bertubuh besar tegap dan sangar. Kemudian dua ora lainnya telah memegangi tangan Cinta dengan sangat keras sehingga Cinta kesakitan. Kemudian Cinta dibaringkan di ranjang tua tanpa kasur tempat mereka duduk santai tadi. Lalu kedua tangan dan kaki Cinta telah diikat pada masing-masing sudut ranjang tersebut, sehingga membentuk huruf X. Jangankan melepaskan diri, untuk bergerak saja terasa susah karena mereka mengikatnya dengan kencang. Cinta hanya bisa menangis dan merenungi apa yang akan terjadi pada dirinya. Sebuah kenyataan buruk akan menimpa dirinya, ternyata hari ini akan menjadi hari terburuk bagi dirinya.<br />"Haah.....hahh.....haa.....ha....." suara tawa para orang-orang yang akan memperkosa Cinta.<br />"nggak nyangka hari ini kita bisa dapat mangsa cakep kayak gini..." Baron bicara kepada teman-temannya dan ditanggapi dengan suara tawa mereka.<br /><br />Cinta menangis sejadi-jadinya sambil mengiba minta dilepaskan.<br />"ampun....lepasin saya...ampunn...."<br />"brissiiiiiiikk lo...." bentak salah satu dari mereka.<br />"tenang manis...!!! Sebentar lagi kita akan menerbangkan kamu ke langit ke tujuh" Baron menenangkan Cinta sambil mengelus-elus pipi Cinta. Cinta bukannya tenang malah semakin takut dibuatnya.<br />"tapi....kalau kamu macam-macam dan tidak mau menuruti kita. Kita tidak segan-segan akaannn....." Baron tidak meneruskan kata-katanya sambil menggesek-gesekan pisau berwarna putih mengkilap ke wajah cantik Cinta.<br />"mau tidaakkk......??!!!" Baron membentak Cinta hingga kaget. Cinta hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian dengan cepat Baron menurunkan pisaunya ke dada Cinta dan memasukan mata pisaunya diantara dada Cinta, kemudian menariknya kebawah dengan cepat.<br />"aaaaa..............." Cinta menjerit karena kaget dan takut tubuhnya tergores.<br /><br />Baju dan bh Cinta telah terbelah oleh pisau tadi, sehingga payudara Cinta yang belum tumbuh besar tapi padat berisi terpampang dengan jelas. Semua mata yang melihatnya terpana sambil bersorak kemenangan. Baron yang sudah terangsang melihat payudara Cinta, langsung meremas-remas payudara kanan Cinta dengan sangat keras, sehingga membuat Cinta kesakitan tapi tidak mampu untuk berontak.<br />"aaa....dduuuhhh....." Cinta mengeluh kesakitan. Namun Baron bukannya malah seperti kesetanan meremas payudara Cinta. Kemudian Parjo yang dari tadi cuma melihat langsung maju dan mulai menjilati payudara sebelah kiri. Sehingga membuat Cinta merasakan sensasi berbeda.<br /><br />"mmmmmhhhhh........" Cinta tanpa sadar mendesis pelan karena merasakan perasaan aneh yang mulai menguasai dirinya.<br />"kenapa ini? Kenapa aq nenikmati....??" Cinta bertanya dalam hati tidak mengerti apa yang ia rasakan. Parjo terus menerus melumat dan menjilati puting Cinta. Lidah dan bibirnya terus menerus memainkan puting Cinta. Membuat Cinta mau tidak mau, terima tidak terima hanyut kedalam gairah jiwanya. Tubuh Cinta samikin menggeliat menikmati perlakuan para preman-preman yang memperkosanya.<br /><br />Kemudian Baron melepaskan ikatan pada kaki Cinta dan melepas celana serta cd Cinta. Kini Cinta benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya yang putih dan mulus tanpa cacat sedikit pun. Lalu tangan Baron yang kasar mengelus-elus memek Cinta. Membuat Cinta semakin menggeliat tak kuasa menerima perlakuan Baron dan Parjo. Semakin lama memek Cinta semakin becek, cairan memeknya membanjir keluar.<br /><br />"ohhh......aahhh......" Cinta mulai mendesah tertahan menikmati perlakuan Baron dan Parjo. Hingga kemudian tubuh Cinta mengejang dilanda orgasme. Otot-ototnya berkontraksi dan kakinya menendang-nendang tak terkendali.<br />"aahhhh....ehmmmmm" Cinta mengerang dengan keras sambil mengeluarkan cairan kental bening dari memeknya. Lalu tubuh Cinta lemas tak berdaya.<br /><br />Kemudian baron melumat bibir mungil Cinta dengan sangat nafsu, hingga membuat Cinta tidak bisa bernafas. Cinta berusaha memalingkan mukanya untuk menghindari ciuman bibir Baron. Hingga kemudian Cinta tidak bisa menggerakan kepalanya karena Baron memegangi dagunya. Lalu Baron berusaha memasukan lidahnya ke dalam mulut Cinta. Lidahnya menari-nari di dalam mulut Cinta. Lama-lama Cinta tak kuasa menahan gairah dalam dirinya, sehingga mebalas ciuman Baron. Sekarang lidah mereka saling mengait dan meraka saling menghisap lidah masing-masing.<br /><br />Parjo yang tadi bermain di payudara Cinta kini pindah ke memek Cinta. Parjo menempatkan kepalanya di selangkangan Cinta dan mulai menjilati memek Cinta. Lidahnya menjulur keluar masuk pada lubang memek Cinta dan ibu jarinya memainkan klitorisnya. Mendapat perlakuan seperti ini membuat Cinta semakin hilang kesadarannya. Sementara itu, Baron bangun dan melepaskan kaos dan celananya sendiri. Penisnya yang sudah tegang langsung keluar ngangguk-ngangguk. Cinta kaget melihat penis Baron yang begitu besar berurat.<br />"ehh...buka mulut lo....!!!"<br />"ngggakk......" Cinta menolak dengan nada membentak.<br />"anjriiiitt......" Baron membentak sambil menampar Cinta.<br />"auoowwww....." Cinta kesakitan.<br /><br />Kemudian Baron memaksa penisnya masuk ke mulut Cinta. Dengan perasaan jijik akhirnya Cinta berusaha mengulum penis Baron. Cinta merasakan ada sesuatu yang akan meledak sebentar lagi, yaitu orgasme karena permainan Parjo pada memeknya yang begitu hebat.<br />"Emmmmm....." Desahan Cinta tertahan penis Baron didalam mulutnya. Kemudian Badanya mengejang-ngejang dan pahanya menjepit kepala Parjo di selangkangannya. Cairan yang keluar dari memek Cinta langsung di hisap dan diminum dengan rakus oleh Parjo. Parjo yang sudah tidak tahan lagi lalu melepas semua pakaian yang ia kenakan hingga telanjang. Sementara itu, Baron sudah kelonjotan menikmati mulut Cinta. Hingga pada akhirnya<br />"ohhh........enakkk.......banget...." Baron mendesah menikmati mulut Cinta. Penis Baron langsung berkedut-kedut dan memuntahkan pejunya. Dan dengan terpaksa Cinta mau tidak mau harus menelan pejunya sampai habis hingga membuat Cinta tersendat. Kemudian Baron menarik penisnya keluar dari mulut Cinta. Dan langsung beristirahat duduk di lantai.<br /><br />Parjo yang sudah telanjang duduk berlutut diantara kaki Cinta dan sambil memegang batang penisnya yang sudah tegang diarahkan ke memek Cinta. Tubuh Cinta yang sudah lemas akibat orgasme tadi ditambah kedua tangannya yang masih terikat tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kemudian Parjo menggesek-gesekan kepala penisnya pada bibir memek Cinta, sehingga membuat Cinta menggelinjang kegelian. Lalu Parjo berusaha menekan penisnya masuk ke dalam memek Cinta. Kepala penis Parjo telah terbenam dalam memek Cinta. Penisnya senti demi senti mulai menerobos masuk membuat Cinta menringis kesakitan karena penis Parjo yang begitu besar. Tanpa merasa iba, Parjo lalu mendorong penis dengan sekali hentakan yang sangat keras.<br />"auww....sakk........kitttt........" Cinta meringis kesakitan sambil melelehkan air matanya.<br /><br />Orang-orang yang tadinya hanya jadi penonton ikut maju dan meremas-remas payudara Cinta. Semua bagian tubuh Cinta tidak ada yang luput dari tangan-tangan mereka yang meraba tubuh Cinta. Setiap bagian tubuh sensitif Cinta mendapat rangsangan demi rangsangan. Parjo semakin lama semakin cepat menggenjot penisnya pada memek Cinta. Sehingga mengantar Cinta menuju orgasmenya yang ketiga. Dan tidak lama setelah itu, Cinta menjerit menikmati orgasmenya yang begitu dahsyat.<br />"ahhh........ouuhhh........akkhhh............" tubuh cinta melenting diiringi dengan desahan yang begitu hebat. Otot-otot memeknya meremas-remas penis Parjo dalam memeknya. Hingga membuat Parjo mendesah keenakan.<br />"gilaa....enakkk....banget memeknya. Ahhh........sempit banget...."<br />Kemudian Parjo sudah tidak tahan lagi dan menyempotkan pejunya dalam memek Cinta.<br /><br />Tanpa menung lama lagi, salah satu dari mereka yang bernama Mamat. Langsung menggantikan posisi Parjo. Cinta sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tubuhnya begitu lemas tak berdaya. Dia hanya bisa pasrah dengan keadaan dirinya. Mamat langsung memasukan penisnya dengan mudah karena memek Cinta sudah sangat basah dan licin. Hanya dengan sekali hentakan penis Mamat langsung tertelan semua. Sementara orang-orang yang lain asyik meremas payudara Cinta, ada juga yang mendapatkan servis oral mulut Cinta. Entah sudah berapa kali Cinta menelan peju yang keluar dari penis-penis yang telah dia oral.<br />"ohhhhh......fuck....me....harder........ahhh...." Cinta mendesah menyambut ledakan orgasme pada dirinya. Tubuhnya menyentak-nyentak bagai kesetrum listrik. Cairan Cinta meleleh membasahi penis Mamat yang mengocok memeknya.<br />"sssstt........ahh........" mulut mamat mendesis merasakan remasan otot-otot memek Cinta ketika orgasme. Mamat semakin cepat memompa memek Cinta hingga membuat Cinta orgasme untuk yang kelima kali dan membuat Cinta multi orgasme. Cinta tak henti-hentinya meracau tak terkontrol. Tak lama kemudian Mamat mengejang dan menancapkan penisnya lebih dalam lagi dan menyemprotkan pejunya di dalam rahim Cinta. Cinta sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi, tubuhnya yang lemas ditambah tangan yang terikat membuat Cinta tak berdaya. Cinta hanya bisa menangis meratapi nasib buruk yang menimpanya.<br /><br />Baron yang sudah pulih tenaganya berdiri dan mengambil tempat untuk menggantikan posisi Mamat. Baron langsung memasukan penisnya yang telah mengeras kembali setelah orgasme didalam mulut Cinta tadi.<br />"aghh........ahhh............" Cinta mendesah tertahan merasakan penis Baron yang besar berurat mendesak memasuki memeknya. Pergesekan penis Baron dengan memeknya membuat Cinta mengerang. Penis Baron yang besar terasa memenuhi semua ruang dalam memeknya membuat jiwa Cinta tembang entah kemana. Baron semakin cepat menggenjot Cinta, serta ditambah dengan tangan-tangan yang meremas dan memilin puting payudara Cinta. Sehing Cinta tidak dapat lagi gejolak orgasme untuk yang kesekian kalinya. Tubuh Cinta kelonjotan menerima orgasme.<br />"ahhhh....auuhh....ohhh........awww........" erangan Cinta semakin menjadi-jadi. Tulang-tulang sendinya terasa mau lepas tak kuasa menahan orgasme. Cairan putih kental pun akhirnya keluar membasahi penis Baron.<br /><br />Kemudian salah satu dari mereka melepaskan ikatan tangan Cinta. Baron terus menerus menggenjot Cinta tanpa henti. Membuat Cinta semakin kualahan menerima serangan kenikmatan. Penis Baron terasa berkedut-kedut didalam memek Cinta. Baron kemudian dengan cepat menarik penisnya keluar dan menyemprotkan pejunya di perut Cinta, sebagian sampai mengenai wajah Cinta karena begitu kuatnya penis Baron menyemprotkan peju.<br /><br />Setelah itu tanpa membiarkan Cinta beristirahat sambil mengatur nafasnya yang ngosngosan karena telah orgasme berkali-kali. Salah satu dari anggota preman tersebut sudah kembali menggenjot Cinta yang sudah tak berdaya lagi. Hingga pada akhirnya Cinta tak sadarkan diri. Entah berapa kali lagi dia orgasme, dan entah berapa lama para preman tersebut memperkosa Cinta.<br /><br />Ketika sadar Cinta sudah berada di rumah sakit. Mata Cinta menerawang berusaha mengingat apa yang telah menimpa dirinya. Cinta merasakan badannya sakit semua, terutama pada selangkangannya.<br /><br />TAMATCerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3356097266807099894.post-18822402355986038652010-01-31T11:10:00.000+07:002010-02-20T13:05:07.269+07:00Kos-kosan NikmatCerita ini terjadi ketika aku masih kelas 1 SMA. Pada waktu itu aku kos di daerah tempat aku sekolah. Tempat kosku berada tidak jauh dari sekolahanku. Namaku Dodo, tinggi 167 cm, berat 58 kg, dan aku mempunyai wajah yang boleh dibilang lumayan tampan (menurut temen-temenku).<br /><br />Cerita ini merupakan pengalaman pertamaku melakukan hubungan seksual. Cewek yang pertama kali merasakan penis ku adalah teman kos ku sendiri. Namanya Nita, tinggi kurang lebih 155 cm, dan mempunyai wajah yang cantik. Dan didukung dengan bodi yang bisa bikin cowok merangsang ketika melihatnya.<br /><br />Nita adalah cewek yang baik dan ramah pada setiap orang. Aku menganggap Nita sudah kayak saudara sendiri. Karena aku memang anak tunggal, jadi aku ingin mempunyai seorang saudara. Dan menurut ku Nita bisa jadi kakak yang baik buat aku. Usia ku selisih 5 tahun dengan usia Nita, aku kelas 1 SMA dan Nita sudah mahasiswi semester 7.<br /><br />Pada malam itu aku baru datang dari pulang kampung karena pada saat itu lagi liburan sekolah. Sampai di kos-kosan aku lihat masih sepi karena teman-teman belum pada kembali ke kos-kosan. Aku merasa capek setelah melakukan perjalanan selama 2 jam dari rumah menuju kos-kosan. Aku segera istirahat sambil tiduran dikamar. Tapi aku tidak bisa beristirahat dengan nyaman, karena telah terjadi peperangan adu tembak didalam perut ku. Rasa lapar tidak bisa ditahan lagi sehingga aku keluar dan membeli makanan.<br /><br />Setelah aku kembali, peperangan didalam perut ku yang tadi begitu heboh, ternyata sudah melakukan perdamaian. Saat aku membuka pintu kamar, aku dikagetkan dengan suara yang datangnya dari arah belakangku.<br /><br />"Baru datang ya Do...?"<br /><br />Suara itu sudah tidak asing lagi di telingaku. Tidak salah lagi itu adalah suara Nita.<br /><br />"Ehh...mbak Nita. Iya mbak aku baru datang tadi"<br />aku menjawab pertanyaan Nita sambil melempar senyum kepadanya.<br /><br />"Kamu bisa nganterin mbak sebentar nggak Do?"<br />"Nganterin kemana mbak?"<br />aku bertanya kepada Nita.<br />"mbak mau ngambil buku dirumah teman"<br />"aduh...gimana ya?" aku berkata sambil garuk-garuk kepala mengekspresikan kebingungan. Lalu dengan kelihatan sedikit kesal Nita berkata<br />"ya udah dehh...mbak pergi sendiri saja kalau kama nggak bisa"<br />"Jangan...!!!! Ini kan sudah malam mbak. Aku bukannya tidak mau, tapi aku capek banget"<br />Lalu Nita tersenyum dan berkata<br>"ouw gitu? Tenang saja Do, entar mbak pijatin dehh!!! Lagian rumah teman mbak deket kok dari sini"<br />"ya udah deh, kalau gitu aku ambil kunci motor sebentar ya!" aku berkata sambil berjalan menuju ke kamar untuk mengambil kunci motor ku.<br /><br />"Thanks ya Do..." Nita berkata dengan wajah gembiranya.<br /><br />Setelah aku keluar dari kamar, aku segara menghidupkan motor dan mengantar mbak Nita. Ternyata tidak lama kemudian sudah sampai didepan rumah teman mbak Nita.<br /><br />"kamu nggak ikut masuk Do?"<br />"nggak usah deh aku tunggu disini saja"<br />Tidak lama kemudian Nita keluar dari rumah temannya dan langsung mengajakku balik.<br /><br />Setelah sampai di kos-kosan, aku langsung masuk ke kamar. Tidak lama kemudian ada yang mengetok pintu kamar ku.<br />"Do...udah tidur apa belum" suara Nita dibalik pintu.<br />"masuk saja mbak! Nggak dikunci kok" aku menyuruh Nita masuk dengan masih tiduran. Aku kaget melihat Nita memakai tank top dan rok mini masuk kedalam kamarku.<br />"ada apa mbak?" aku bertanya kepada Nita.<br />"kamu kan tadi bilang, kalau kamu lagi capek. Gimana kalau mbak pijatin kamu"<br />"Boleh..." aku menjawab sambil membalikkan badan ku yang tadi terlentang menjadi tengkurap.<br />"Lapasin dong baju kamu, kan biar lebih enak mijatnya"aku langsung bangun dan melepas bajuku terus kembali tengkurap. Setelah sekian lama memijat Nita bertanya<br />"enak nggak pijatan mbak?"<br />"hemmm...." aku hanya bergumam tanpa menjawab<br /><br />"ehh...jangan mau enak sendiri dong!! Gantian dong!" Nita berkata sambil menghentikan pijatannya.<br />"ya dehh..." aku berkata dan langsung bangun.<br /><br />Tanpa aku suruh, Nita langsung tengkurap disebelah ku. Kemudian aku mengambil baby oil dan menuangkannya sedikit di telapak tanganku. Aku mulai memijat dari kaki Nita. Semakin lama semakin naik hingga ke pahanya. Selama itu pula suasana dikamar ku jadi hening, karena diantara kita nggak ada yang bicara. Setelah lama aku memijat daerah paha Nita. Aku mendengar Nita mendesis pelan. Sangat pelan, tapi masih bisa aku dengar karena pada saat itu sausana begitu hening.<br /><br />"ehhmmmm....sshhhh...."<br /><br />Mendengarkan Nita mendesis, tiba-tiba ada perasaan aneh muncul di otak ku dan menjalar keseluruh tubuh ku hingga terkumpul menjadi satu di selangkangan ku. Tiba-tiba penis ku yg tadinya lemas, langsung tegang. Aku semakin semangat memijat Nita. Lama-lama pijatan ku berubah menjadi rabaan lembut pada paha Nita. Nita yang tadi tidak bergerak, sekarang mulai menggeliat kayak cacing kepanasan. Kemudian perlahan Nita membuka pahanya guna memberi ruang untuk kedua tangan ku meraba bagian dalam pahanya.<br /><br />Posisi ku sekarang sudah berubah. Sekarang aku duduk diantara kedua kaki Nita yang terkekang. Karena Nita pakek rok mini yang begitu pendek, mau tidak mau, suka tidak suka aku dengan jelas bisa melihat celana dalam Nita yang berwarna putih. Tampak jelas disitu ada gundukan yang membuat penis ku semakin ingin melompat dan menusuknya. Semakin aku menaikan kedua tangan ku, Nita semakin menggelinjang kegelian. Entah dia sadar apa tidak dia berkata lirih<br />"Do...kalau rok ku mengganggu, lepasin aja..."<br />Tanpa berpikir dua kali aku langsung melepaskan roknya, dia membantu dengan mengangkat tubuhnya. Kemudian aku menarik roknya kebawah sampai terlepas. Aku terdiam sesaat waktu melihat patatnya yang begitu bulat mengembang. Hati semakin dag dig dug tak menentu menyaksikan pemandangan yg begitu indah.<br /><br />"kok diem sihh Do...?? Terusin dong...!!!" kata Nita mengiba.<br /><br />Lamunan ku langsung buyar. Tanpa menjawab pertanyaan Nita, aku kemudian meneruskan tugas ku. Semakin lama perasaan ku jadi tambah tak menentu dan penis ku semakin keras. Semakin lama aku memandangi patat bulat milik Nia, aku semakin gemas dibuatnya. Tanpa aku sadari tangan ku meremas dengan keras pantat Nita.<br /><br />"aawwhhh....pelan-pelan dong! Kan sakit..."<br /><br />Tanpa menghiraukan kata-kata Nita aku terus menerus meremas patat Nita. Aku melihat celana dalam Nita telah basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya. Yang menandakan kalau Nita sudah terbuai dalam rangsangan. Kemudian tangan kanan ku turun dan meraba vagina Nita yang masih tertutup celana dalam.<br /><br />"Ohhh....sshttt.....aahhhhhh" Nita mendesah pelan.<br /><br />Tubuh Nita menggelinjang semakin tidak terkontrol dan semakin banyak cairan yang keluar dari vaginanya. Kemudian Nita membalikan badannya, sekarang dia terlentang kemudian aku melepas celana dalam Nita yang telah basah. Setelah celana dalamnya lepas aku menurunkan kepala ku hingga berada diantara selangkangan Nita. Aku mulai menjilati paha mulus milik Nita dan menyupangi beberapa kali hingga meninggalkan bekas merah pada paha Nita. Semakin lama jilatan ku naik ke pangkal paha dan menjilati daerah pangkal paha Nita. Aroma khas memek tercium begitu menyengat di hidung ku. Aku meneruskan jilatan ku pada memek Nita. Desahan dan erangan Nita samakin tak bisa di tahan. Wajahnya yang cantik telah basah oleh peluh-peluh yang keluar karena sang pemilik lagi menahan siksaan kenikmatan yang luar biasa.<br /><br />Kedua tanganku mulai mengangkat tank top dan BH Nita. Kemudian meremas-remas payudara dan ibu jari ku menggesek-gesek serta menekan putingnya. Kadang mencubit dan memilinnya, membuat sang pemilik semakin tak kuasa menahan kenikmatan. Mulut Nita semakin meracau-racau tak jelas.<br />"Ahhh....uuuhhh...ohhh...."<br />"aduhh....akh...ggeeell....lliii....!!!!"<br />Nita menggelinjang kayak cacing kepanasan.<br />Mulut semakin kuat menghisap vagina Nita. Lidahku semakin liar menari-nari dan menyentil-nyentil klitorisnya. Kadang aku menggigit lembut klitoris Nita yang membuat Nita semakin tak kuasa menahan nikmat dan cairan vaginanya semakin banjir. Kemudian aku menjulurkan lidahku semakin panjang dan memasukannya kedalam liang vagina Nita.<br /><br />"Uhh...achh....amm....puunnn.....Dooo....!!! Hisss....ssaaap terus Do...!!!" Nita tak henti-hentinya mengerang.<br /><br />Aku memasukan jari tengah ke dalam liang vaginanya hingga aku menemukan g-spotnya. Aku menekan dan menggesek terus daerah tersebut sambil mulut ku menghisap klitorisnya semakin lama semakin keras. Hingga aku dapat membobol pertahanan Nita.<br /><br />"Ahhh....akkhh...teee....rrruss diisss...tuuu"<br />Aku semakin keras menghisap klitoris Nita.<br />"Oohhhh.....sssse....dikkk....kittt lagggii akkkuuu....achhh....ouwhhh......ahhhhhhhhhh........!!!!"<br />Nita tidak dapat lagi meneruskan kata-katanya serta mengeluarkan erangan panjang yg tertahan karena dilanda orgasme yang begitu hebat. Dan tubuhnya mengejang hebat, pahanya menjepit kepala ku, tangannya menekan kepala ku semakin dalam di selangkangannya. Pinggulnya terangkat dan menyentak-nyentak tanpa bisa dia kendalikan. Ketika itu vaginanya juga mengeluarkan cairan putih lengket.<br />ccrrrettt....ccrrrettt....ccrrrettt.... Cairan itu meleleh dan langsung aku hisap dan aku jilat sampai habis. Kemudian Nita terkulai lemas bagai tidak punya tulang.<br /><br />Aku bangun dan melepas semua pakaian hingga aku telanjang bulat. Kemudian aku melepas tank top dan BH Nita yang telah tersingkap ke atas. Kami berdua telah bugil tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami. Aku segera menggagahi tubuh bugil Nita yang begitu menggairahkan untuk disetubuhi. Aku mencium bibir Nita yang merekah indah. Aku lumat bibirnya. Kita saling memainkan lidah, saling membelit dan menghisap. Aku menurunkan ciuman ku ke leher jenjangnya. Menelusuri senti demi senti leher Nita dan turun lagi hingga sampai pada payudara. Aku menciumi dan menjilat payudaranya, hingga lidah ku sampai pada puncaknya yaitu putingnya. Aku mengulum putingnya serta menghisap seperti bayi yang menyusu. Hingga membuat libido Nita memuncak lagi.<br /><br />"Please.....fuck....me" Nita mengiba karena sudah tak kuasa menahan serangan dariku. Sementara aku masih menyusu pada payudaranya.<br />"Do....jangan siksa aku seperti ini!!! Masukan aku sudah tidak tahan....!!!"<br /><br />Aku memegang penis ku yang telah ereksi sempurna dan mengarahkannya ke liang vagina Nita. Aku mulai menggesek-gesekan kepala penis ku ke bibir vagina Nita hingga membuat dia mendesis kayak orang kepedasan. Aku mulai menekan masuk sedikit demi sedikit namun gagal, karen vagina Nita sangat sempit. Aku menekannya lagi lebih keras hingga kepala penis ku sekarang sudah masuk. Nita memejamkan matanya sambil meringis kesakitan karena penis ku yang berukuran diameter 4 cm dan panjang 18 cm memaksa masuk liang vaginanya yang sempit. Aku tekan lagi hingga kepala penis ku merasakan ada sesuatu yang menghalanginya masuk lebih dalam. Akal sehat ku sudah hilang sehingga yang ada di otak ku hanyalah perasaan ingin cepat-cepat menyelesaikan semua ini.<br /><br />Aku sudah tidak sabar lagi. Kemudian aku menarik penis ku keluar sedikit dan menekannya lagi dengan sekali hentakan yang kuat sekali maka lenyaplah sudah seluruh batang penis ku ditelan oleh vagina Nita.<br /><br />"Aaaa.....saaaakk....kitttt. Pellann....pellaaann...." Nita menjerit keras karena selaput daranya sobek. Aku melihat Nita meneteskan air matanya. Aku jadi iba melihatnya sehingga aku membiarkan penis ku sebentar agar vagina Nita bisa beradaptasi dengan penis ku. Sambil aku mengulum lagi putingnya biar rasa sakitnya sedikit berkurang. Setelah Nita berhenti meringis kesakitan, aku mulai memompa penis ku meskipun dengan pelan-pelan. Nita mulai mendesah lagi merasakan kenikmatan yang luar biasa. Semakin lama aku semakin menaikan tempo penis ku hingga membuat vagina Nita menjadi gagat dengan sejuta rasa kenikmatan.<br /><br />"Ohhh....ahh....enak bangettsss" mulut ku mulai mendesah merasakan jepitan vagina Nita yang begitu sempit. Begitu pula Nita juga mulai menggoyangkan pinggulnya mengimbangi penis ku yang semakin cepat menggenjot vaginanya.<br /><br />"Sayang....lebih keras lagi....!!! Aku...sudah hampir...." Nita tidak dapat meneruskan kata-katanya karena aku menggenjotnya dengan lebih cepat lagi. Nita menggeleng-gelengkan kepalanya tak kuasa menahan nikmat. Tangannya mencengkram lengan ku.<br />Clekk....clek....clokk....clok.... Suara perpaduan antara kedua alat kelamin kami.<br /><br />"Ahhhh.....akuu......sammpai.....ahhhhhh.........." Nita mengerang panjang sambil tubuhnya meliuk-liuk menandakan dia orgasme untuk yang kedua kali. Tubuhnya mengejang dan otot-otot vaginanya berkontraksi. Vaginanya menghisap penis ku dengan sangat kuat. Dan penis ku terasa disembur cairan hangat yang keluar dari dalam vagina Nita. Hingga membuat pertahanan ku jebol karena tak kuasa menahan rasa geli dan nikmat pada penis ku.<br /><br />"Ahhhhhh...................."<br />Aku mengerang keras ketika penis ku berkedut terus aku menghentakkan penis ku lebih dalam lagi serta mengeluarkan lahar panas sperma ku. Kemudian aku terjatuh di samping Nita yang telah lemas tak berdaya. Aku melihat cairan sperma ku meleleh keluar dari vagina Nita disertai dengan darah perawan Nita. Sebenarnya aku merasa menyesal telah merenggut keprawanan Nita. Sejuta rasa bersalah membayangi pikiranku. Akhirnya aku dan Nita tertidur sampai pagi.<br /><br />Setelah peristiwa itu, kami selalu melakukannya kalau ada kesempatan. Atau jika salah satu dari kami ada yang menginginkannya akan kami lakukan, entah itu di kos-kosan atau pun di hotel. Kita selalu berusaha saling memberi dan melayani dengan baik.Cerita-cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/18286868928174716446noreply@blogger.com1